Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Kompasianer Terpopuler 2024

"Menggapai Angan di Tengah Badai"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Minum Air Tanpa Plastik? Edible Water Bottle Jawabannya!

1 Juni 2025   00:00 Diperbarui: 31 Mei 2025   23:52 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edible Water Bottle. (sumber foto: Tha Translations/pinterest)

Edible Water Bottle, gaya hidup eco-friendly masa kini, solusi minum ramah lingkungan tanpa botol plastik.

Dalam era modern yang ditandai dengan peningkatan konsumsi dan mobilitas tinggi, botol plastik menjadi benda yang sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 

Hampir di setiap aktivitas luar rumah, mulai dari bekerja, berolahraga, hingga bepergian, kita pasti membawa air minum dalam kemasan. 

Namun di balik kepraktisan itu, penggunaan botol plastik sekali pakai telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran lingkungan global. 

Sampah plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai, dan sebagian besar darinya berakhir di laut, membahayakan kehidupan laut dan rantai makanan manusia. 

Edible water bottle. (sumber foto: Total Beauty/pinterest)
Edible water bottle. (sumber foto: Total Beauty/pinterest)

Untuk menjawab tantangan tersebut, muncullah sebuah inovasi menarik: Edible Water Bottle atau botol air yang bisa dimakan.

Edible water bottle merupakan solusi inovatif yang menghadirkan cara baru dalam mengonsumsi air minum tanpa menimbulkan limbah. 

Produk ini memiliki bentuk menyerupai bola kecil atau gumpalan air yang dibungkus oleh membran transparan, fleksibel, dan dapat dimakan. 

Edible water bottle. (sumber foto: CGTN/pinterest)
Edible water bottle. (sumber foto: CGTN/pinterest)

Bahan dasar dari membran ini adalah alga atau lebih spesifiknya natrium alginat (salah satu senyawa dari rumput laut), serta kalsium klorida. 

Keduanya adalah bahan alami dan aman dikonsumsi, bahkan sudah digunakan secara luas dalam industri makanan.

Konsep edible water bottle dipopulerkan oleh Skipping Rocks Lab, sebuah startup asal Inggris, yang meluncurkan produk bernama Ooho!. 

Edible water bottle. (sumber foto: CNET/pinterest)
Edible water bottle. (sumber foto: CNET/pinterest)

Wadah air ini dirancang sebagai alternatif ramah lingkungan dari botol plastik satu porsi. Ooho dibuat melalui proses bernama spherification, yaitu teknik modern yang berasal dari dunia kuliner molekuler. 

Proses ini pada dasarnya menciptakan bola atau kapsul air yang dibungkus oleh lapisan tipis namun kuat, layaknya kulit buah anggur. 

Ketika dikonsumsi, seluruh bagian dari Ooho dapat dimakan tanpa menyisakan limbah sama sekali. 

Bahkan jika tidak dimakan, membrannya akan terurai secara hayati dalam waktu kurang dari 6 minggu jauh lebih cepat dibanding botol plastik biasa.

Menariknya, teknologi ini tidak memerlukan alat atau bahan kimia yang mahal, dan bahkan telah didistribusikan secara bebas dalam lisensi Creative Commons, sehingga siapa pun dapat mereplikasi dan mengembangkan teknologi ini secara lokal. 

Hal ini membuka peluang besar, terutama bagi pelaku usaha kecil atau komunitas lingkungan, untuk membuat inovasi ini lebih masif dan dapat diakses lebih luas.

Secara manfaat, edible water bottle tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga sangat praktis. 

Kapsul air ini sangat cocok digunakan dalam berbagai situasi seperti acara olahraga, festival musik, distribusi air darurat dalam misi kemanusiaan, hingga konsumsi harian. 

Karena ukurannya kecil dan dapat langsung ditelan, pengguna tidak perlu membawa botol atau membuang sampah setelah minum. 

Ini tentu menghemat ruang, mengurangi jejak karbon, dan memberikan pengalaman konsumsi air yang berbeda dari biasanya.

Namun tentu saja, sebagaimana inovasi baru lainnya, edible water bottle masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu kendala utamanya adalah masa simpan yang relatif pendek. 

Karena terbuat dari bahan alami dan tidak dilapisi plastik, kapsul ini tidak tahan lama dan harus segera dikonsumsi setelah dibuat. 

Selain itu, penggunaannya masih terbatas untuk air dalam porsi kecil, bukan untuk menyimpan air dalam jumlah besar. 

Distribusi dan penyimpanan dalam skala besar juga membutuhkan sistem yang berbeda dari sistem botol plastik konvensional.

Meski demikian, edible water bottle merupakan langkah awal yang signifikan dalam mengubah cara kita berpikir dan bertindak terhadap konsumsi air minum. 

Di tengah meningkatnya kesadaran global akan pentingnya hidup berkelanjutan, solusi seperti ini memberikan harapan bahwa teknologi dan kreativitas dapat berjalan seiring untuk menyelamatkan bumi. 

Inovasi ini juga sejalan dengan tujuan-tujuan global dalam Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab serta SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim.

Selain itu, penggunaan edible water bottle dapat menjadi bagian dari edukasi dan kampanye lingkungan, terutama untuk generasi muda. 

Mengajarkan kepada anak-anak dan remaja bahwa ada cara alternatif dan menyenangkan untuk mengurangi sampah plastik bisa menjadi langkah kecil yang berdampak besar di masa depan. 

Bahkan, edible water bottle dapat dikembangkan lebih lanjut untuk digunakan dalam penyimpanan cairan lain seperti jus, minuman isotonik, atau bahkan bahan farmasi.

Pada akhirnya, edible water bottle bukan sekadar tren sesaat, tetapi bagian dari gerakan besar menuju planet yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan. 

Dengan terus dikembangkan, diperbaiki, dan disosialisasikan, teknologi ini berpotensi menjadi standar baru dalam konsumsi air global. 

Karena di masa depan, bukan tidak mungkin kita akan berkata, "Minum air tanpa botol plastik? Sudah biasa!"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun