Tantangan dan Perdebatan
Meski menjanjikan, teknologi plastik oxo-biodegradable seperti Oxium tidak lepas dari kontroversi.Â
Beberapa kalangan, terutama dari organisasi lingkungan internasional, mempertanyakan apakah plastik ini benar-benar terurai sepenuhnya atau hanya terpecah menjadi mikroplastik yang tetap berbahaya.Â
Namun, pihak Greenhope menyatakan bahwa Oxium telah melalui uji laboratorium dan lapangan yang menunjukkan hasil positif bahwa fragmen plastik memang habis dikonsumsi mikroorganisme.
Degradasi plastik Oxium tetap membutuhkan kondisi lingkungan yang mendukung, seperti paparan sinar matahari dan sirkulasi udara.Â
Jadi, jika plastik ini dibuang sembarangan ke tempat tertutup seperti TPA yang tidak mendapatkan cukup cahaya dan oksigen, proses penguraian bisa saja melambat.
Upaya Menuju Masa Depan yang Lebih Hijau
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi dunia dalam mengelola sampah plastik, kehadiran Oxium menjadi angin segar yang membawa harapan.Â
Teknologi ini dapat menjadi jembatan solusi antara kebutuhan manusia akan kemasan praktis dan keharusan menjaga kelestarian lingkungan.
Penerapan plastik Oxium telah digunakan di berbagai sektor, mulai dari industri makanan, ritel, hingga logistik.Â
Beberapa gerai ritel besar di Indonesia juga sudah mulai beralih ke kantong plastik berbasis Oxium sebagai bagian dari komitmen mengurangi jejak karbon.
Namun, upaya ini tetap memerlukan dukungan dari semua pihak industri, pemerintah, dan masyarakat.Â
Tanpa perubahan pola konsumsi dan perilaku buang sampah yang lebih bijak, teknologi sebaik apa pun tidak akan memberikan dampak yang maksimal.
Plastik Oxium adalah langkah nyata dari Indonesia dalam menghadapi krisis sampah plastik.Â
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya