Mohon tunggu...
Jamiati Rosita
Jamiati Rosita Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa PPG Pra Jabatan 2023 Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Saya adalah mahasiswa yang bercita-cita menjadi pendidik yng profesional dan dapat memberi kemerdekaan bagi peserta didik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ciptakan Pendidikan Bersih Anti Kekerasan dengan Menghidupkan Kembali Nilai-nilai Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

10 Oktober 2023   13:49 Diperbarui: 10 Oktober 2023   14:29 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: SuaraPemerintah.ID

Oleh : Jamiati Rosita

Mahasiswa PPG Pra Jabatan 2023 Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Pendahuluan

            Sekolah merupakan tempat institusi sosial yang didirikan oleh masyarakat untuk melaksanakan tugas-tugas pendidikan kepada anak-anak (generasi muda). Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk menciptakan seseorang menjadi manusia yang lebih berkualitas. Namun betapa mirisnya ketika kita melihat kasus-kasus kekerasan dalam pendidikan sekarang ini. Hal ini memerlukan perhatian dari kita bersama. Awal tahun 2020 terjadi aksi kekerasan dilingkungan sekolah tepatnya di Kota Malang. Korban kekerasanya yakni seorang Siswa SMP yang menjadi korban perundungan teman-temanya. Pada aksi kekerasan tersebut korban diangkat secara bersama oleh teman-temanya kemudian dibanting di atas lantai paving.

Kemudian kasus pelecehan seksual juga terjadi pada dunia pendidikan. Kasus pelecehan seksual tersebut dilakukan oleh seorang staf administrasi di SMP Negeri 6 Kota Bekasi. Pihak sekolah telah memberikan konfirmasi bahwa terdapat 3 siswinya yang menjadi korban. Agustus 2023 kita digemparkan kembali oleh kasus kekerasan pada dunia pendidikan, yang mana Orang Tua peserta didik ketapel mata Guru di SMA Negeri 7 Rejang Lebong, Bengkulu. Akibat aksi tersebut mata sebelah kanan sang Guru mengalami kebutaan. Kasus tersebut berawal dari Orang Tua peserta didik yang tidak terima karena sang anak ditegur saat merokok dan bermain HP dilingkungan sekolahan.

Selanjutnya pada bulan September 2023 salah satu peserta didik Madrasah Aliyah (MA) di kecamatan Kebonagung, Demak tega membacok seorang guru hingga terluka parah. Pembacokan itu terjadi akibat pelaku yang kecewa terhadap Gurunya yang tidak memberi izin dia untuk mengikuti ujian tengah semester karena belum mengerjakan tugas dari sekolah sesuai tenggat dan merasa tidak puas karena mendapatkan nilai jelek.


Kekerasan-kekerasan yang terjadi pada dunia pendidikan Indonesia mecerminkan betapa banyak tantangan yang harus di hadapi pada sistem pendidikan kita. Kekerasan ini memiliki banyak dampak diantaranya yaitu menggoyahkan fondasi pendidikan kita yang mana dalam pendidikan seharusnya kita semua belajar nilai kerjasama, toleransi, rasa saling meghormati dan lainnya. Pendidikan bukan hanya tentang prestasi akademik namun pendidikan merupakan sarana pembentukan karakter, nilai-nilai luhur yang sesuai dengan jiwa pancasila. 

Kasus kekerasan pada lingkungan sekolah atau pada dunia pendidikan harusnya tidak akan terjadi jika seluruh elemen yang terlibat memahami benar makna kata pendidikan. Pendidikan seharusnya memberikan kemerdekaan bagi peserta didik dan pendidik. Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kekerasan pada dunia pendidikan yaitu kita hidupkan dan terapkan kembali implementasi dasar-dasar pemikiran pendidikan oleh Ki Hadjar Dewantara.

Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Perjalanan Pendidikan Indonesia di mulai sejak zaman penjajahan. Pada zaman penjajahan Indonesia hanya diajarkan membaca dan berhitung. Pendidikan diciptakan hanya untuk kepentingan bangsa belanda, yang mana isi dari pendidikan tidak disesuaikan oleh kepribadian jiwa raga bangsa indonesia. Pendidikan di zaman kolonial tidak memberikan kita kemerdekaan dalam belajar. Oleh karena itu Ki Hadjar Dewantara membentuk taman siswa kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa, tepatnya pada tahun 1922. 

Setiap mata pelajaran diberikan sebagai bagian dari peradaban bangsa dan disesuaikan dengan budaya serta  perkembangan zaman. Ki Hajar Dewantara membuat pendidikan bukan hanya menjadikan manusia yang mampu meguasai sesuatu, akan tetapi menjadikan manusia yang cakap, menghasilkan masyarakat Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab pada kesejahteran masyarakat dan tanah air. Namun tentunya setelah kemerdekaan pendidikan di Indonesia masih mempunyai belenggu-belunggu yang harus dihilangkan.

Belenggu yang menjadi pusat perhatian bersama yaitu maraknya kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah. Pendidikan di Indonesia harus dapat menjadikan peserta didik sebagai manusia merdeka dan bebas dari belenggu tersebut. Sebagai masyarakat yang terlibat dalam pendidikan, hendaknya kita bercermin pada pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pengajaran dan pendidikan Indonesia.

Selanjutnya sebagai upaya menanggulangi kekerasan di lingkungan sekolah maka pendidikan harus dapat menciptakan ruang bagi peserta didik untuk dapat tumbuh dan berkembang  secara utuh (maksimal) agar dapat memberikan kemerdekaan bagi diri sendiri dan orang lain. Dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan yaitu :

  • Pendidikan yang menuntun

Menurut Ki Hadjar Dewantara peserta didik diibaratkan sebagai biji tumbuhan yang sedang di semai dan pendidik merupakan petaninya. Tumbuh kembang dari biji tumbuhan tersebut tergantung perhatian dan perawatan dari petani. Artinya sebagai pendidik kita harus dapat memberikan tuntunan terhadap tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar mereka dapat memperbaiki lakunya hidup. Makna kata "menuntun" dalam proses pendidikan anak yaitu memberikan arahan, dukungan dan bimbingan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. "Menuntun" berarti pendidik harus dapat memberikan arahan dan membimbing peserta didik untuk mengembangkan potensi terbaik dan kepribadian mereka secara holistik.

  • Kodrat Alam dan Kodrat Zaman 

Sebagai pendidik kita harus dapat memberikan pendidikan yang relevan dengan kodrat alam dan perubahan zaman yang semakin berkembang. Kodrat alam dapat kita maknai sebagai konteks sosial budaya. Indonesia merupakan Negara dengan bentangan alam yang sangat luas mulai dari pesisir hingga pegunungan sehingga peserta didik Indonesia memiliki keberagaman budaya dan karakter yang berbeda. Peserta didik harus dapat mengenali serta memahami kebudayaan dan nilai-nilai kultural kebudayaan yang ada di Daerahnya masing-masing sehingga kita harus dapat menciptkan pendidikan yang tanggap budaya.

Kemudian kodrat zaman, kita harus mengikuti perkembangan zaman yang dinamis mempengaruhi cara pendidik menuntun peserta didik. Pendidikan zaman abad 21 tentulah sangat berbeda dengan zaman dahulu.Sebagai pendidik saat ini kita harus dapat menguasai peran teknologi yang semakin maju, dengan begitu kita dapat memberikan pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan perubahan zaman. Oleh karena itu pendidikan peserta didik harus sesuai dengan kodrat alam dan zaman.

  • Budi pekerti 

Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa  salah satu tempat yang paling utama dan baik dalam melatih perkembangan karakter dan pendidikan sosial bagi anak dalah keluarga. Oleh sebab itu Orang tua berperan sebagai guru ataupun pemberi teladan dalam membentuk karakter yang baik pada anak. Sebagai Pendidik sudah seharusnya kita memberi edukasi pada Orang tua peserta didik dan ikut serta membangun karakter tersebut.

  • Sistem among, artinya seorang guru sudah seharusnya kita berkewajiban mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu dengan penuh kasih sayang dan teladan.

Pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara sangatlah relavan dengan Pendidikan di Indonesia. Sebagai pendidik kita harus mengingat bahwa manusia-manusia di Indonesia memiliki beragam keragaman kebudayaan dan ciri khas yang berbeda pada setiap daerah, maka peserta didik Indonesia pun sama. 

Sehingga sebagai pendidik kita harus dapat memfasilitasi pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kebutuhan belajar mereka. Sebagai pendidik kita harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai luhur kebudayaan serta nilai-nilai pancasila untuk membentuk karakter mereka. Seorang pendidik harus dapat membuat peserta didik memiliki kemerdekaan belajar, sehingga dengan begitu kita dapat menuntun, mengarahkan, atau membimbing peserta didik agar dapat mencapai potensi mereka. Dengan menciptakan pendidikan yang berdasar pada pemikiran Ki Hadjar Dewantara maka kita dapat mengurangi kasus-kasus kekerasan di Sekolah.  

Kesimpulan dan Penutup

Kekerasan di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab warga sekolah, Kekerasan pada lingkungan sekolah merupakan tanggung jawab dari semua masyarakat yang terlibat dalam pendidikan contohnya guru, peserta didik, orang tua dan warga sekolah lainya. Guru memiliki peran penting dalam menghidupkan kembali dasar-dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara agar kita dapat menciptakan kemerdekaan bagi peserta didik dan dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, kondusif dan anti kekerasan yang sering kita kenal dengan "Sekolah Ramah Anak". 

Selain Guru, Orang tua juga berperan penting dalam memberi didikan karakter peserta didik di rumah.  Sebagai pendidik, orang tua, peserta didik dan masyarakat kita harus mampu menghidupkan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan mampu berkolaborasi (bekerja sama) dengan baik  antara satu sama lainya agar kita dapat memulihkan pendidikan di Indonesia dan menciptakan lingkungan sekolah yang bersih anti kekerasan. Melalui pemikiran-pemikiran pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara, kita dapat bersinergi untuk memperkuat dan memperkokoh pendidikan di Indonesia agar kita dapat mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun