Mohon tunggu...
Rijal  Ashari
Rijal Ashari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menyaksikan Si Kabut-kabut Putih

2 November 2016   20:35 Diperbarui: 2 November 2016   20:49 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumat 28 Oktober 2016, sebuah perjalanan di Peringatan Hari Sumpah Pemuda kembali mengingatkan diriku pada kerinduan tanah kelahiran. Tak sendiri, kali ini terasa berbeda dengan edisi sebelum-sebelumnya, berkat kehadiran dua teman yang sudah sedari dulu selalu ingin menginjakkan kakinya di Bumi Panrita Kitta, Kabupaten Sinjai.

Tepat jam 14:00 WITA, Tiga motor Jenis bebek berjalan dari arah Makassar menembus hujan menuju Kabupaten Gowa. Perjalanan pulang kali ini saya memilih jalur Malino untuk tembus ke Sinjai.

Perlahan hujan yang mengguyur perjalanan kami seakan memperbesar frekwensinya, alhasil kami pun tak dapat menambah tarikan gas namun mengencangkan balutan jas hujan di tubuh.

Satu jam lebih berlalu, kami sampai di Objek Wisata Hutan Pinus Malino, cuaca berbeda kami rasakan karena hujan telah reda. Yang ada adalah paparan sinar matahari, tapi tak mampu mengalahkan suhu dingin dan kesejukan hutan Pinus di area tersebut.

Rehat sejenak, perjalanan kembali dilanjutkan. Kali ini melewati lembah menanjak dengan sisi jalan bertepikan pohon-pohon Pinus yang lebat, setelahnya pemukiman penduduk yang sudah meramai. Para petani sayur berjalan beriringan, entah itu beranjak ke kebun ataukah kembali dari kebunnya. Juga terdapat banyak mobil-mobil yang sudah penuh karung-karung. Di sinilah asal bahan-bahan sayuran yang kemudian di jual ke berbagai daerah yang ada di Sulawesi Selatan, terlihat banyaknya lahan yang mirip area persawahan, namun yang di tanam adalah jenis sawi, kol, tomat, aneka bawang dan juga buah-buahan.

Lanjut cerita, jalur Gowa-Sinjai ini kian mendapat perhatian pemerintah di kedua wilayah tersebut, salah satunya perbaikan jalur yang relatif pendek di daerah perbatasan kedua daerah. Perjalanan kami pun semakin dipersingkat dengan adanya jalur alternatif ini.

Di tengah perjalanan, sesekali mata ini tak sanggup berkedip menyaksikan dari kejauhan gumpalan kabut berwarna putih perlahan menyelimuti pepohonan dan tampak menutupi rumah-rumah penduduk. Rasanya ingin segera menghampirinya. Dalam benak Sungguh Indah dan sepatutnya rasa syukur atas ciptaan Yang Maha Kuasa.

Tak lama kemudian jarak pandang kedepan menjadi kabur, perlahan semakin kabur. Hanya kisaran 3-5 meter saja. Melihatnya begitu halus, warnanya putih, dan tak ada kepulan pekat seperti asap biasanya.

Suhu dingin yang diberikan seakan menyentuh kehidupan-kehidupan di dalamnya. pepohonan, burung-burung, hingga rerumputan seakan semuanya merasakan kesejukan yang di berikan Si Kabut-Kabut Putih, begitu aku menyebutnya!

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Kejadian seperti ini biasanya tak berlangsung lama, hanya hitungan menit kabut-kabut putih itu mulai beranjak naik atau bergeser oleh hembusan angin. Namun kami tak mau melewatkan momen ini, sesekali kami berhenti untuk mengambil potret.

Berfoto bersama atau hanya mengambil gambar pemandangan saja berulang kali kami lakukan. Lima hingga Sepuluh jepretan rasanya tak cukup untuk momen menarik itu. kami pun melepas kelengkapan berkendara seperti jaket dan helm untuk sejenak menyaksikan si kabut-kabut putih datang dan pergi menutupi lereng-lereng pegunungan. Pemandangan indah ini rupanya juga membuat pemudik-pemudik lainnya yang juga satu tujuan ikut rehat sejenak, sembari menikmati kesejukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun