Mohon tunggu...
Epetebang
Epetebang Mohon Tunggu... Wiraswasta - untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

credit union, musik, traveling & writing

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Maham Anga Indonesia, Ha... ha... ha...

4 Februari 2015   18:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:50 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari terakhir ini saya ketularan menonton sinetron berlatar belakang India, Jodha Akbar. Tanpa bermaksud menyalahkan siapa-siapa, namun karena tiga perempuan cantik di rumah (isteri dan dua anak kami) rutin menontonnya,  saya pun sesekali mengikuti kisahnya juga.

Ada banyak nilai positif dibalik opera sabun ini. Yang paling terkesan buat saya adalah praktek toleransi di sebuah kerajaan besar kala itu, kerajaan Mugal, dari seorang rajanya yang bernama Jalaludin Akbar. Betapa mulianya sang raja yang meski dia seorang Muslim, tapi membolehkan dan bahkan memberi ruang yang leluasa bagi sang isteri mudanya (Jodha) untuk mempraktekkan keyakinan Hindu-nya.

Kita di Indonesia dan banyak negara di dunia sekarang ini, harusnya malu dengan praktek toleransi beragama di kerajaan mugal tersebut. Manusia jaman ini yang mengakunya lebih beradap dan berbudaya, namun dalam prakteknya toleransi beragama ini masih terjadi ketidakadilan, diskriminasi.

Selain semangat toleransi, sosok yang membesut perhatian penonton, selain Jalal dan Jodha, adalah Maham Anga. Sosok perdana menteri yang juga mama asuh Jalal ini sangatlah penting perannya; terutama sebelum ia ketahuan Jalal berkonspirasi untuk merebut kekuasan Jalal dan menyingkirkan Jodha. Menurut saya,peran Maham Anga ini mirip peran Sengkuni dalam epic Mahabaratha.

Di sebuah negara antah berantah, ada seseorang yang berakting seperti Maham Anga. Meski bukan mama asuh rajanya, maham anga di negara antah berantah ini menjadi seperti kepala pemerintahan bayangan; sedangkan anak pungutnya yang kemudian menjadi orang hebat, menjadi kepala negara. Meski cuma bayangan, Sang kepala pemerintah ini memegang peran kunci atas kepala negara. Banyak hal yang ia atur yang membuat kekacauan.

Seperti maham anga di sinetron Jodha Akbar yang akhirnya diadili Jalal, semoga maham anga di negara antah berantah ini bisa segera sadar sebelum pimpinannya mengadilinya. Apalagi jangan sampai rakyat yang mengadilinya, malu....

selamat menyaksikan jodha-akbar lagi, ha....

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun