Mohon tunggu...
Didi Subandi
Didi Subandi Mohon Tunggu... desainer,writter, visualis.id

Desainer grafis yang menulis. Saya membagikan ide dan proses saya di titik temu antara desain, kreativitas, dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mengapa Proyek Klien Terkesan Mendekati Kematian? Analisis Melalui Pengalaman Desainer Grafis

16 Oktober 2025   11:29 Diperbarui: 16 Oktober 2025   11:29 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
seorang desainer bergaya, netral gender, dengan alat kreatif terlihat tekun menggali sebuah makam kecil Ai Generate. Dok. Visualis.id

Tahap 3: Investigasi Etika  

Risiko Yang Mengintai

Kasus Klien C: Saya menerima proyek besar dan menciptakan visual dengan gaya modern. Terinspirasi dari berbagai gambar di Pinterest, saya menggunakan aset dari generative AI tanpa memverifikasi lisensinya. Setelah proyek selesai, enam bulan kemudian Klien C menghubungi saya dengan panik; konten mereka di media sosial dihapus karena pelanggaran hak cipta. Klien menggugat saya.

Temuan: 

Penyebab kematian proyek ini bukanlah kualitas desain, melainkan ketidakprofesionalan.
Masalah 5: 

Mengabaikan Etika dan Hukum. Saya abai terhadap lisensi aset, tidak memahami prinsip Content Credentials (C2PA) untuk keluaran AI, dan tidak mencantumkan hak penggunaan dalam kontrak. Risiko klien menghadapi tindakan hukum adalah "bom waktu" yang saya pasang sendiri.

Kesimpulan Tahap 3: 

Proyek ini total gagal dan reputasi saya hilang. Klien mencari profesionalisme, lebih dari sekadar keterampilan.

Penutup: Mengarahkan Evolusi Profesi Desain

Pada akhirnya, kita tidak menuju kematian, melainkan evolusi dalam profesi ini. Sebagai penjaga profesi, tanggung jawab kita adalah mengarahkan evolusi ini ke jalan yang benar. Kita dituntut untuk menjadi manusia, penuh empati dan menyadari ketidaksempurnaan kita, di tengah kemajuan algoritma.

Baca juga artikel lainnya di

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun