Dua monyet hitam lainnya seakan menunggu di luar gua. Untuk menjaga.
". Nguk... Ngukk... Ciaaa... Aaa..," teriaknya ribut. Mengakibatkan serombongan sepuluhan ekor monyet hitam berbagai ukuran datang dari berbagai penjuru, kemudian berkumpul, menunggu di depan gua.
Apa yang terjadi?...
Monyet hitam yang menyambar tubuh Aji Panjalu, memasuki lorong gua yang panjang. Gua yang bersih.
Suara celoteh Aji Panjalu, memantul di dinding gua.Â
Tak beberapa lama kemudian, sampailah di ujung gua bawah jurang itu.
Tempat yang datar luas dan bersih bermandikan cahaya matahari senja yang masuk kemudian terpantul dari batu putih selebar meja pualam memberikan efek penerang bagian dalam gua.
Monyet hitam itu berhenti berlari, mengangkat ke dua tangannya yang berbulu menenteng Aji Panjalu yang masih aayik tertawa-tawa.
Diangsurkan kedua tangannyaa kepada seorang yang... Ah... Aneh sekali.... Semua rambut di kepala, alis, kumis, jenggot sudah memutih semua.
Duduk bersila... bukan... duduk dengan kedua pahanya... Sedang menutup mata semedi.
Yang luar biasa, dia adalah seorang kakek tua gendut berhidung besar, bermulut lebar... Kedua anggota geraknya, kedua kaki dan kedua tangganya dalam keadaan buntung!