Menurut data dari IndoFishMart (2024) dan KKP RI, ikan tenggiri banyak ditangkap di wilayah Laut Natuna Utara dan perairan pesisir Bangka Belitung, Riau, serta Lampung. Palembang, yang tidak memiliki laut lepas, bergantung pada pasokan dari daerah-daerah ini.
Pasokan ikan laut segar pun tidak selalu stabil. Saat musim gelombang tinggi, harga ikan tenggiri bisa naik 30--40%. Biaya produksi pempek otomatis ikut naik --- dan ujungnya, harga jual di pasaran melonjak.
Akibatnya, makanan rakyat ini kini justru terasa "mewah" di tanah kelahirannya sendiri.
Ironisnya, pempek yang menjadi identitas Palembang kini bergantung pada laut luar provinsi untuk bertahan.
Tepung Sagu: Datang dari Riau dan Kalimantan
Pempek tidak bisa lepas dari tepung sagu, bahan penting yang memberi tekstur kenyal khasnya.
Namun, Palembang dan sebagian besar wilayah Sumatera Selatan bukan daerah penghasil sagu utama.
Menurut data Badan Pangan Nasional (2023) dan Statistik Perkebunan Indonesia 2020, produksi sagu terbesar nasional justru berasal dari Riau, Jambi, Papua, dan Maluku.
Riau menempati posisi penting sebagai pemasok tepung sagu siap olah ke berbagai provinsi di Sumatera, termasuk Sumatera Selatan.
Sementara itu, tepung sagu bermerek "Sagu Tani" yang banyak digunakan oleh industri pempek Palembang sebagian besar berasal dari Riau dan Jambi.
Ketergantungan ini menyebabkan biaya produksi meningkat karena bahan harus dikirim lintas provinsi.