Memang, saya pernah marah. Pernah kesal dengan anak-anak saya. Bahkan pernah membentak mereka. Membuat mereka menangis dan terluka di hati. Namun, lihatlah, saya belajar banyak dari mereka, bahwa meskipun mereka terluka oleh tindakan saya, perkataan saya, mereka selalu kembali kepada saya. Mereka kembali memeluk saya dari belakang sambil mengucapkan, "Abii..."Â
Saya jadi merasa kalah, sangat kalah. Betapa cepatnya mereka memaafkan saya. Betapa cepatnya mereka melupakan kesalahan saya. Ini yang tidak mudah. Saya pernah berseteru dengan orang lain, proses kembalinya tidak secepat ini. Saya yang dewasa ini merasa ditampar habis-habisan oleh anak-anak saya. Justru di usia mereka yang masih sangat muda, ternyata hati yang sangat lapang itu sudah ada.Â
Makanya, pantas jika anak itu bukan sekadar anak, melainkan sebagai guru dan sahabat. Persis seperti buku Kak Seto, "Anakku, Sahabat dan Guruku". Anak bisa jadi sahabat kita, teman bicara kita yang mengasyikkan. Anak pun jadi guru kita yang mengajarkan nilai-nilai moral yang masih murni. Apa kabar pengusung childfree? Masih tidak mau merasakan nikmat yang seperti itu?
Begitu pula, hakikatnya anak itu bukan menjadi beban. Kalau pernyataan Gitasav bahwa ketika muncul keriput, bisa beli botox karena tidak ada anggaran atau uang untuk anak.Â
Justru, uang yang diberikan kepada anak, kepada keluarga, itulah sedekah yang paling besar. Masa orang Islam sendiri tidak tahu yang begitu sih? Sedekah kepada keluarga mengalahkan sedekah untuk masjid lho! Menyantuni keluarga termasuk ibadah yang bisa mendatangkan cinta dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.Â
Jika dihitung secara materi, memang sih berkurang. Namun, tidak pernah ada tuh orang bersedekah, terus dia jadi miskin. Yang banyak itu, miskin karena berjudi. Orang bersedekah, justru hartanya ditambah oleh Allah. Kalau bukan nominal hartanya yang bertambah, ya, kesehatannya yang prima. Coba kalau punya uang banyak, tetapi sakit-sakitan dan masuk rumah sakit, bukankah nanti akan berkurang juga? Jadi, sangat salah jika orang bersedekah berharap harta yang lebih banyak. Allah memberikan balasannya sesuai kebutuhan kita.Â
Bagi umat Islam, anak menjadi investasi masa depan. Ini masa depan yang depan sekali, jauh kesana, sampai akhirat. Nah, pengusung childfree, mungkin tidak sampai ke sana.Â
Padahal anak bisa jadi amal jariyah bagi orang tuanya. Bisa pula menjadi pendoa yang tidak ada putus-putusnya. Anak saleh memang harapan dari orang tua muslim. Sementara jika ada muslim tidak mau berharap anak yang saleh, sepertinya perlu dipertanyakan kemuslimannya deh!
Jadi Merenung
Sampai di sini, saya jadi merenung. Bagi para penganut childfree ini mungkin dulunya ketika jadi bayi tidak pernah menangis ya? Mungkin saat masih bayi tidak pernah bangun tengah malam. Kalau ada kebutuhan, misalnya haus atau lapar, langsung turun sendiri. Buka kulkas, atau ambil gelas, terus menuangkan langsung di dispenser.Â
Jika buang air kecil maupun besar di popok, bisa ganti sendiri. Ketika masih balita juga bisa cari uang sendiri sehingga orang tuanya benar-benar tidak terbebani untuk mengeluarkan uang baginya.Â