Mohon tunggu...
Rizky Kurnia Rahman
Rizky Kurnia Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Seorang blogger dan penulis jempolan, maksudnya suka sekali menulis pakai jempol. Blog pribadi, https://rizkykurniarahman.com

Lahir di Jogja, sekarang tinggal di Sulawesi Tenggara. Merantau, euy!

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Childfree: Antara Anak Dianggap Beban dan Investasi Masa Depan

9 Februari 2023   13:00 Diperbarui: 9 Februari 2023   13:05 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katanya, rokok itu tidak haram. Lha, terus, saya tanya balik, kalau bukan haram, apa dong hukumnya? Jawaban mantapnya, "Makruh!"

Saya sih mau tertawa dalam hati, dia tidak tahu makruh itu apa? Definisi makruh itu apa? Dia mengira bahwa makruh itu kebalikan dari sunnah. Kalau sunnah, dikerjakan dapat pahala, ditinggalkan tidak apa-apa. Sedangkan makruh, dikerjakan tidak apa-apa, ditinggalkan dapat pahala. Begitu bukan? Jadi, memilih mengerjakan yang dihukumi tidak apa-apa?

Logika perokok dan bukan perokok ini bisa dipakai oleh orang yang punya anak dan sengaja tidak mau punya anak. Bagi pengusung childfree seperti Gitasav itu, tidur harus delapan jam agar dikatakan sempurna. Bagi orang tua, ibu misalnya, yang anaknya rewel tiap malam, membangunkan karena haus, mau kencing, berak, itu bertentangan dengan prinsipnya. Pokoknya, bagi Gitasav, tidur ya full delapan jam, jangan diganggu dengan rengekan atau tangisan anak. 

Padahal, belum tentu lho seorang ibu itu terganggu dengan tangisan anaknya. Justru bisa dibalik, seandainya anak itu ditempatkan di rumah ibunya atau bapaknya, apakah ibu itu bisa tenang tidurnya selama delapan jam? Saya kok kurang yakin. 

Justru, ibu tersebut malah tidak bisa tidur memikirkan anaknya. Bagaimana kondisi anaknya di sana? Siapa yang menggendongnya kalau terbangun? Siapa yang akan mengganti popoknya? Siapa yang mengelap kasurnya jika muntah misalnya? Pokoknya, pikirannya serba was-was, deh!

Memang sih, tangisan anak bisa bikin stres, tapi ada juga lho seorang ibu yang justru tersiksa karena belum ada anaknya lagi. Anak pertamanya, perempuan, sudah SMP. Jika hari kerja, suaminya dan anaknya pergi keluar rumah. Satunya kerja, satunya sekolah. Rumahnya memang sepi, barang-barangnya memang rapi, tetapi terasa ada yang kosong di hati. 

Saat keponakannya dulu main di rumahnya, dia senang sekali. Dia betul-betul mengasuh anak tersebut layaknya anak sendiri. Rumah berantakan, kotor, terhambur di sana-sini, dia biarkan saja. Nantilah dibersihkan. Nantilah dirapikan. 

Ketika keponakannya mau dibawa kembali, dia merasa sedih. Dia merasa kehilangan. Dan, akhirnya rumah jadi sepi kembali. Sunyi lagi. Untungnya dia punya banyak kesibukan yang bisa membunuh atau menyingkirkan rasa sepinya. 

Justru Bikin Awet Muda

Saya sendiri kok merasa bahwa justru dengan punya anak, bisa bikin awet muda. Ambil contoh begini, ketika saya pulang kerja. Badan dalam kondisi lelah, wajah capek, berkeringat, bahkan tubuh serasa remuk saking beratnya pekerjaan, tetapi ketika sampai rumah, disambut dengan anak saya yang masih berusia satu tahun. Dia tersenyum lebar, meskipun belum ada giginya. 

Dia yang belum berjalan, baru bisa merangkak, berusaha berdiri, merentangkan tangannya dan langsung siap untuk saya peluk. Untuk saya gendong. Setelah saya peluk, gendong, dan cium, seketika rasa capek saya hilang. Rasa lelah yang tadi menggantung menjadi lenyap entah kemana, berganti dengan kebahagiaan yang luar biasa. Kebahagiaan yang hanya dirasakan oleh orang tua yang punya anak. 

Begitu pula saat kedua kakaknya menyambut saya, "Abi..." Hati saya langsung nyess. Mereka langsung bercerita tadi melakukan apa saja, bagaimana di sekolah, memamerkan mainan baru, keterampilan baru, dan lain sebagainya. Rasa bahagia itu benar-benar muncul saat berkumpul dengan mereka lagi. Saya pun tersenyum kepada istri yang telah bersedia menjaga mereka selama saya di kantor. Ini Masya Allah, susah diceritakan jika orang tua tidak ada anaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun