Mohon tunggu...
Rizky Kurnia Rahman
Rizky Kurnia Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Seorang blogger dan penulis jempolan, maksudnya suka sekali menulis pakai jempol. Blog pribadi, https://rizkykurniarahman.com

Lahir di Jogja, sekarang tinggal di Sulawesi Tenggara. Merantau, euy!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mencermati Skema Pensiun PNS

29 Agustus 2022   09:22 Diperbarui: 30 Agustus 2022   07:13 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi uang pensiun PNS (Sumber: kredivo via kompas.com)

Sekitar tahun 2011 atau 2012, istri saya punya teman perempuan yang sudah bersuami dan beranak. Panggilan teman tersebut, sebut saja MH. Sekarang saya dan istri tidak tahu mereka sekeluarga di mana, tetapi dahulu pernah ada kisah menarik. 

Ceritanya, MH datang ke rumah. Waktu itu saya dan istri memang masih tinggal di PMI alias Pondok Mertua Indah. Meskipun namanya PMI, tetapi jangan donor darah di situ ya, tidak ada alatnya!

MH rupanya dalam kondisi sulit. Lebih tepatnya sulit keuangan. Dia minta HP Nokianya dibeli dengan harga yang murah. 

Saya masih ingat, HP itu masih punya sistem operasi Symbian. Wah, kamu tahu apa tidak sistem operasi tersebut?

Dia ingin mendapatkan uang dengan cara yang cepat. Selain untuk kebutuhan keluarga, juga untuk pulang kampung. Dia mau balik ke Jawa. 

Melihat dia sampai menangis dan mengiba-ngiba, akhirnya dengan rezeki yang ada, Alhamdulillah, kami pun berhasil membantunya. 

Meskipun saya dan istri sudah punya HP, tetapi biarlah. Siapa tahu nanti bermanfaat juga itu barang, eh, barang itu. 

Uang Pesangon

MH pernah bercerita bahwa pabrik atau tempat kerja suaminya ditutup. Kalau tidak salah begitu, nanti kalau salah, mohon diluruskan ya!

Suaminya mendapatkan pesangon dalam jumlah yang sangat lumayan. Mungkin sekitar 40 jutaan rupiah. Waow, mendapatkan uang sebesar itu, mereka menggunakannya untuk beli ini dan itu. Beli itu dan ini. Sampai akhirnya uang di tangan tinggal sedikit dan begitulah kenyataan yang ada. Menjadikan mereka harus meminta bantuan orang lain, padahal sebelumnya bergelimang uang. 

Nah, uang pesangon semacam itu dimunculkan lagi wacananya beberapa hari ini. 

Ketika saya membaca berita tentang Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati beberapa waktu yang lalu dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI (24/08), maaf saya tidak sempat datang. 

Beliau menyampaikan bahwa skema pensiun yang selama ini digunakan justru memberikan beban berat bagi APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

Pernah lihat uang 2.800 triliun? Kalau belum, cukup dibayangkan saja ya! Sebab, itulah jumlah beban yang harus ditanggung kas negara untuk dana pensiun. 

Perinciannya untuk pensiunan PNS pusat sebesar Rp 900 triliun, sedangkan untuk pensiunan PNS daerah Rp 1.900 triliun. Itu bukan satu orang yang terima lho, tetapi jutaan orang.

Sekarang ini, skema pensiun yang digunakan dan dianggap membebani APBN itu adalah adalah skema pay as you go. Maksudnya adalah hasil iuran dari PNS sebesar 4,75 persen dari gaji yang dihimpun PT Taspen ditambah dengan dana dari APBN.

Rencananya, pemerintah akan mengubah skema pensiun pay as you go itu dengan skema baru. Akan menjadi fully funded. Arti dari skema ini adalah sistem pembayaran pensiun penuh yang berasal dari iuran antara PNS sendiri dengan pemerintah. Besarannya akan ditentukan dan disesuaikan dengan jumlah THP (take home pay) PNS yang bersangkutan setiap bulannya.

Menurut Direktur Jenderal Anggaran Isa Rachmatarwata, sebagaimana yang saya kutip dari detik.com, skema fully funded ini selain diambil dari THP, pembayarannya akan dilakukan secara patungan antara PNS dan pemerintah sebagai pemberi kerja. Jadi, pensiunan PNS ini bisa mengantongi sampai Rp 1 miliar. Nah ini!

Melihat Fenomena

Sebenarnya, persepsi keuangan di kalangan PNS itu memang bisa dikatakan ngeri-ngeri tidak terlalu sedap. 

Fenomena meminjam uang di bank alias kredit sudah jamak di kalangan aparat negara tersebut. Bahkan, istilah kerennya menurut mereka adalah "SK-nya disekolahkan". 

Ada pula yang mengatakan, "SK saya aman karena disimpan di bank."

Mereka melakukan hal itu karena punya persepsi bahwa PNS tidak akan bisa punya mobil atau rumah kalau tidak meminjam dari bank. 

Malah, sejak terima SK CPNS, mereka sudah menggadaikannya. Pihak bank jelas menyambut baik. Para PNS dan CPNS tersebut lebih didahulukan pelayanannya dibandingkan golongan lain yang juga mengajukan kredit. 

Alasannya sederhana saja. PNS ada gajinya tetap. Itu berarti pemasukan rutin bagi bank. Bandingkan dengan kelompok pedagang atau pengusaha misalnya. 

Apakah selalu saja ada penghasilan tetap? Hem, boro-boro. Belum tentu juga kalee. Bisa saja bulan ini ada pemasukan, bulan depannya bangkrut. Ya 'kan? Bisa saja bukan? Hah, bukan? 

Pensiunan, Sumber Gambar: Pixabay (pixabay.com)
Pensiunan, Sumber Gambar: Pixabay (pixabay.com)

Padahal, dilihat dari segi agama Islam, meminjam uang di bank itu riba. Termasuk dosa besar. Ancamannya sampai diperangi oleh Allah dan rasul-Nya, lho! Namun, ya, begitulah, masih banyak yang tidak terlalu peduli. Bagi mereka, perkara uang dan dunia lebih penting daripada nanti urusan akhirat. Subhanallah. 

Dari kenyataan semacam itu, rasa-rasanya memang ada kekhawatiran jika menerima uang pensiun dalam jumlah sampai miliaran rupiah, bagaikan durian runtuh dari langit. 

Jika tidak dilakukan perhitungan yang cermat, jangan sampai terjadi seperti MH di awal tulisan ini. Terlihat kaya di awal, tetapi langsung drop surut di akhir. 

Menyambut Pensiun

Secara normal, jika saat ini PNS masih aktif, maka nantinya akan pensiun juga. Baik itu pensiun dari profesinya sebagai PNS, maupun pensiun betul-betul dari kehidupan dunia ini. 

Sebelum masa itu terjadi, memang perlu dipersiapkan, terutama dari aspek dana itu sendiri. Apakah sudah yakin bahwa ketika menerima uang pensiun nanti, itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup? Bagaimana jika kurang? 

Saya membaca, ada yang menginvestasikan uangnya sekarang untuk membeli tanah. Katanya, tanah itu tidak pernah bertambah, sementara jumlah penduduk makin bertambah. Harga tanah akan selalu naik, apalagi jika tanah di atas pegunungan, untuk menuju ke sana mesti naik dulu. 

Ada pula yang investasi dalam bentuk pertanian. Membeli sawah misalnya. Hasil pertaniannya untuk ditabung, sementara kebutuhan sehari-hari diambilkan dari gaji sebagai PNS. Itu jelas ketika belum pensiun artinya masih segar-segarnya.

Sebenarnya, investasi apa sih yang tidak kalah penting dalam menyambut pensiun? Tanah memang oke, investasi dalam bentuk uang juga bolehlah, asal tidak tercampur riba dan gharar. Investasi yang tidak kalah pentingnya dinamakan dengan investasi leher ke atas. 

Lho, Mas, maksudnya investasi produk kecantikan wajah? Oh, bukan, beda sama sekali. Investasi leher ke atas, dikatakan oleh Tung Desem Waringin adalah investasi ilmu. Investasi pengembangan isi otak. Investasi pemikiran yang positif dan brilian. Investasi belajar dan termasuk mengajari orang lain. 

Investasi leher ke atas cenderung lebih murah daripada investasi tanah, tetapi dengan hasil yang luar biasa dahsyat. 

Apa yang mesti diinvestasikan ke situ? Oh, banyak sekali. Ada ribuan bahkan jutaan ilmu yang tersebar di era sekarang ini. 

Kamu bisa memilih belajar menulis, membuat video, membuat desain grafis, memasak, kerajinan tangan, dan lain sebagainya. Aneka tutorial sudah tersedia lengkap pula, bisa kamu cari di YouTube, TikTok, Instagram, dan jangan sampai terlupa, Facebook. Lebih jossnya lagi sih berbayar. Agar kamu bisa lebih fokus belajar dan tidak rela dong, sudah berkorban uang, kok tidak serius?

Media lainnya yang masih dikenal powerfull adalah buku. Benda yang satu ini masih dikatakan sebagai jendela ilmu. Membaca buku masih dapat sebagai jalan untuk mendapatkan pengetahuan dengan sistematis dan meyakinkan. 

Kita bicarakan tentang investasi, misalnya sudah membeli tanah. Tanpa ada investasi leher ke atas sebelumnya, beli asal beli. Ternyata tanah tersebut bukan menjadi aset, justru beban di masa depan. Lokasinya yang tidak strategis, jika mau dijual, susahnya setengah mati. Padahal sedang butuh uang. Yang seperti itu, memang harus dipikirkan sejak awal.

Dan, investasi leher ke atas yang tidak boleh tertinggal adalah ilmu seputar literasi keuangan. Bahkan sejak PNS tersebut masih aktif, ilmu tersebut jangan dilupakan. Bagaimana mengatur gaji, pengeluaran, simpanan, tabungan, dan lain sebagainya. Ilmu yang satu ini lebih-lebih sangat diperlukan jika nanti menerima uang pensiun. Mau dikemanakan itu uang? Mau buat apa? Bisakah diatur? Atau kalau bisa, bagaimana supaya lebih meningkat jumlahnya? 

Nah, sampai di sini, antara pay as you go atau fully funded, yang manakah akan resmi diterapkan pemerintah nanti? Kita tunggu saja. 

Sebelum pensiun itu benar-benar tiba, marilah para PNS berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya. Apalagi sebagai aparat, mendapatkan amanah yang besar dari rakyat, masa mau kerja seenaknya? Betul begitu bukan? Hah, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun