Mohon tunggu...
Jacob Dethan
Jacob Dethan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Pencinta Teknologi dan Dunia Pendidikan Tinggi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Haruskah Beralih ke Energi Terbarukan?

12 Februari 2019   15:52 Diperbarui: 13 Februari 2019   02:47 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: commons.wikimedia.org

Cadangan minyak bumi Indonesia saat ini diperdiksi hanya akan bertahan sampai 2030 jika tidak ada penambahan cadangan atau penemuan sumber minyak baru menurut informasi dari kementerian ESDM beberapa waktu yang lalu. 

Selain itu, investasi yang diperlukan untuk proses pencarian minyak bumi sangatlah mahal dan memiliki resiko kegagalan yang juga besar.

Minyak bumi di Indonesia diolah untuk dijadikan BBM yang mayoritas digunakan untuk keperluan transportasi, industri dan pembangkit listrik. Untuk sektor transportasi, angkutan darat sampai saat ini masih menjadi konsumen terbesar BBM yang berupa bensin dan solar. 

Pertumbuhan penjualan produk otomotif yang menggunakan BBM juga mengalami peningkatan. Untuk periode Januari-November 2018, telah terjual di atas 1 juta unit mobil dan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun 2017 sesuai data Gabungan Inudstri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO).

Hal ini menunjukkan bahwa tren penggunan BBM juga akan mengalami peningkatan seiring dengan berjalannya waktu. Dengan tidak bertambahnya cadangan minyak Indonesia, maka bisa diprediksikan bahwa kita bisa kehabisan cadangan minyak bumi lebih awal dari yang sudah diperkirakan.

Selain sektor transportasi, pembangkit energi listrik juga menjadi salah satu konsumen utama BBM. Tapi, berbeda halnya dengan sektor transportasi yang masih didominasi oleh kendaraan konvensional, PLN sudah menyadari pentingnya peralihan ke energi terbarukan dan terus mengurangi penggunaan BBM sejak tahun 2014.

Bahkan pemerintah sudah menargetkan pada tahun 2025 pulau Sumba di provinsi NTT akan menggunakan energi listrik 100 persen dari pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. 

Hal ini sangatlah bermanfaat untuk menjadi contoh pulau yang bisa independen dari pembangkit listrik konvensional yang menggunakan BBM. Terlebih, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan di atas 441 GW.

Sehingga, masalah utama yang harus segera diselesaikan adalah bagaimana melakukan transisi penggunaan kendaraan konvensional ke kendaraan berbasis energi terbarukan seperti kendaraan yang menggunakan listrik dan hidrogen.

Kendaraan listrik sampai saat ini telah menjadi prioritas dari pemerintah yang sudah mendorong produksi dan penggunaan mobil dan motor listrik secara massal. 

Sementara penyediaan infrastruktur untuk kendaraan hidrogen masih belum menjadi prioritas pemerintah. Hal ini dapat dipahami karena lebih sulitnya pembangunan infrastruktur untuk proses distribusi dan penyimpanan hidrogen dibandingkan dengan yang diperlukan oleh kendaraan listrik. 

Selain listrik dan hidrogen, bahan bakar nabati (BBN) bisa menjadi alternatif penting untuk proses transisi ke energi terbarukan. Bensin bisa digantikan oleh bioethanol yang dapat diproduksi dari beberapa tumbuhan seperti tebu dan jagung. Sementara solar bisa digantikan dengan biodiesel yang bisa dihasilkan dari minyak kelapa sawit dan kelapa.

Yang menjadi masalah utama dari produksi BBN adalah bagaimana bisa menciptakan siklus produksi bahan baku sampai ke pendistribusian energi secara efektif dan efisien. Karena hal ini bergantung dari berbagai pihak mulai dari petani sampai pemerintah.

Sampai saat ini, proses transisi ke BBN di dalam negeri terlihat cukup pesat. B20 yang merupakan kombinasi solar dengan minyak kelapa sawit 20 persen telah diluncurkan di bulan September tahun yang lalu. 

Yang masih dinantikan adalah kehadiran bioethanol yang masih terkendala berbagai regulasi, perancangan sistem produksi dan distribusi. Pengusulan subsidi pebedaan harga bensin dan bioethanol telah disampaikan namun ditolak DPR di tahun 2016. 

Jika produksi BBN bisa ditingkatkan untuk memenuhi total kebutuhan domestik dan bioethanol bisa segera diproduksi massal, maka peningkatan penggunaan BBN akan juga membantu mengurangi ketergantungan kita terhadap BBM.

Pentingnya energi terbarukan tidak hanya sebatas menjadi pengganti BBM yang akan habis sewaktu-waktu, tapi juga akan berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan. 

Belakangan ini kasus insiden cuaca ekstrem terus terjadi di berbagai negara bahkan suhu dunia terus meningkat sejak tahun 1850 sebagai akibat dari pemanasan global yang dipicu oleh emisi CO2.

Naiknya suhu akan juga memberikan dampak buruk lainnya seperti naiknya level permukan air laut, perubahan musim yang sulit diprediksi, kekeringan dan gelombang panas. Sehingga peralihan ke energi terbarukan sangatlah penting untuk disadari oleh semua pihak termasuk kita sebagai masyarakat.   

Dengan beralihnya Indonesia dengan dengan lebih dari 260 juta penduduk ke energi terbarukan tentunya akan memberikan dampak signifikan terhadap kelestarian lingkungan tidak hanya di negara kita tetapi juga secara global. 

Untuk itu, menarik untuk dinantikan bagaimana kedua calon presiden akan mempersiapkan debat berikutnya mengenai energi, pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup. 

Visi kedua calon presiden dalam menghadapi berbagai masalah yang terkait dengan topik yang akan dibahas akan memberikan gambaran jelas bagi masyarakat tentang langkah-langkah yang akan diambil di masa depan yang sangat menarik untuk di ketahui masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun