Tahap ketiga, penerapan teknologi, menghadirkan dukungan berupa penyediaan peralatan snorkeling standar, kamera bawah air, hingga pengembangan media promosi digital. Tim juga melatih anggota cara merawat dan menggunakan alat. Website sederhana dan konten video promosi dibuat untuk memperluas jangkauan pasar. Dengan adanya sarana ini, wisatawan merasa lebih aman dan nyaman, sekaligus memberi citra baru pada destinasi Semudun.
Tahap keempat, pendampingan dan evaluasi, dilakukan secara rutin oleh tim dosen dan mahasiswa. Kegiatan mencakup observasi langsung, wawancara, dan kuesioner untuk menilai dampak program. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam tata kelola organisasi, strategi pemasaran, dan kesadaran anggota terhadap pentingnya kelestarian ekosistem laut.
Tahap terakhir adalah perencanaan keberlanjutan. Pokdarwis didorong menyusun rencana bisnis jangka menengah, membentuk tim pengelola internal, serta membangun jejaring kerja sama dengan pemerintah desa, dinas pariwisata, dan pelaku usaha wisata. Pokdarwis juga diarahkan memanfaatkan dana desa dan hibah pariwisata untuk menjaga kesinambungan program. Dengan strategi ini, kegiatan tidak berhenti setelah PKM berakhir, melainkan terus berkembang secara mandiri.
Hasil dan Dampak Program
Dampak positif program PKM mulai dirasakan langsung oleh Pokdarwis dan masyarakat Desa Semudun. Dari sisi manajemen, kelompok kini memiliki program kerja yang jelas, pembagian tugas yang terstruktur, dan laporan keuangan yang akuntabel. “Kami jadi lebih percaya diri menawarkan paket wisata karena fasilitasnya sudah lengkap dan standar keamanan terpenuhi,” ujar salah seorang pengurus Pokdarwis.
Dari sisi promosi, kehadiran blog dan akun media sosial membantu menarik minat wisatawan. Bahkan beberapa minggu setelah pelatihan, pertanyaan dari calon pengunjung mengenai paket snorkeling semakin meningkat. Hal ini menunjukkan strategi pemasaran digital mulai memberi dampak nyata.
Secara ekonomi, program ini membuka peluang usaha baru. Pemilik kapal mendapat tambahan penghasilan dari jasa transportasi wisata, penyedia katering lokal mendapat pesanan paket makanan, sementara masyarakat mulai menjual suvenir khas. Dengan meningkatnya jumlah kunjungan, potensi pendapatan masyarakat ikut bertambah.
Dari sisi sosial, kegiatan ini menumbuhkan solidaritas warga. Kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem laut semakin menguat. Anggota Pokdarwis tidak hanya berperan sebagai pemandu, tetapi juga edukator yang memberi penjelasan kepada wisatawan tentang pentingnya pelestarian terumbu karang.
Tantangan dan Kendala
Meski capaian cukup membanggakan, perjalanan menuju ekowisata berkelanjutan bukan tanpa hambatan. Modal operasional terbatas, infrastruktur wisata masih minim, dan keterampilan anggota masih perlu terus diasah. Beberapa kapal nelayan yang digunakan untuk wisata belum dilengkapi alat pengaman memadai, sementara biaya perawatan peralatan snorkeling cukup tinggi.
Tim PKM bersama Pokdarwis berkomitmen mencari solusi. Dukungan dana desa, kemitraan dengan sektor swasta, hingga kolaborasi dengan dinas pariwisata menjadi opsi untuk memperkuat kemandirian kelompok. “Kami sadar, perjalanan ini masih panjang. Tapi dengan kebersamaan, semua tantangan bisa diatasi,” ungkap Ketua Pokdarwis Jejak Nusa.