Mohon tunggu...
Izhar Mushawwir
Izhar Mushawwir Mohon Tunggu... Graphic Designer | Digital Marketer

kadang nulis, kadang ngedesain, kadang ngedit, kadang ngeshare, kadang ngopi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sebuah Negri Yang Terlihat Baik-Baik Saja

27 April 2025   11:06 Diperbarui: 27 April 2025   11:06 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/author/the-yuri-arcurs-collection

Demokrasi adalah sistem Negara yang menyandarkan kepentingan dan cara pandang nasionalisme itu berlandaskan asas kerakyatan dan permusyawarakatan. Dari rakyat lah akar dan pondasi sebuah demokrasi tumbuh, rakyat yang lahir dari beragam latar belakang identitas bersatu untuk melahirkan hukum dan sistem yang akan mengatur tata cara hidup bernegara mereka. Kemudian untuk memenuhi cita ini maka dibutuhkan perangkat dan alat demokrasi yang akan menjadi perwakilan rakyat yang bertugas mengupayakan ide dan gagasan agar bagaimana rakyatnya bisa hidup makmur dan sejahtera. Maka lahirlah perangkat legislatif, eksekutif dan yudikatif sesuai dengan peran dan tupksinya

Legislatif merumuskan kebijakan, ide, gagasan dan kebijakan. Eksekutif menjalankan gagasan dan kebijakan tersebut yang akan diawasi oleh Yudikatif. Ketiganya diperlukan untuk menjaga keseimbangan dalam konteks bernegara. Ketiganya saling berhubungan supaya tidak memunculkan penyelewengan dan penyalahgunaan wewenang. Maka inilah yang disebut dengan trias politika, sebuah konsep dimana dalam kehidupan sistem demokrasi diperlukan pemisahan kekuasaan Negara menjadi 3 bagian pemerintahan yang saling mengawasi dan terhubung agar lahir keseimbangan dalam pemerintahan. Dan tentunya ketiganya ini ditopang oleh kontribusi rakyat dalam bentuk partisipasi ide, gagasan, pendidikan, sumbangsih materi seperti pajak dan lain-lain

Maka kembali pada pondasi dasar, sudah seharusnya apa yang berasal dari rakyat akan kembali untuk rakyat. Buah manis yang tercipta dari sistem demokrasi harusnya dinikmati oleh rakyat itu sendiri. Buah manis berupa keamanan harusnya benar-benar dirasakan oleh rakyat, dimana penegakan hukum dijalankan sebagaimana mestinya tidak pandang bulu tidak tumpul keatas tajam kebawah. Buah keadilan benar-benar tegak lurus tidak disetir oleh kepentingan-kepentingan terlebih lagi oleh money politic atau uang

Buah kesejahteraan harusnya bisa dirasakan oleh rakyat, ketika sumber daya alam yang dimiliki begitu melimpah, aset negara berupa fasilitas pembangunan infastruktur baik bangunan ataupun jalanan harusnya benar-benar terasa manfaatnya dalam jangka waktu yang panjang. Infrastruktur yang baik haruslah memiliki pemerataan yang bagus, sehingga mampu mendorong perekonomian dan mobilitas sosial rakyat dengan baik. Dengan begini diharapkan mampu membuka peluang investasi yang sehat dan positif. 

Buah manis berupa peluang dan lapangan kerja terbuka lebar, bukan hanya fokus pada pemerataan penempatan tenaga kerja namun juga pada pelatihan peningkatan sumber daya manusia. Pemerataan tenaga kerja bagus agar setiap wilayah merasakan pertumbuhan yang signifikan, juga sama halnya dengan pelatihan peningkatan skill & tenaga sumber daya manusia agar setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam bertumbuh dan berkembang sesuai kategori usia masing-masing

Tidak kemudian terjadi sebaliknya, peluang kerja dipersempit bahkan dipersulit, persaingan kerja tidak lagi sehat melainkan dinodai oleh praktik-praktik KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), standar dan persyaratan kerja yang diluar prinsip kemanusiaan dan lain sebagainya. Sehingga standar yang lahir adalah siapa yang punya uang dia yang menang. Tentu saja ini sudah jauh menyalahi prinsip keadilan, maka lahirlah sebuah prase "Power tends to corrupt, and absolute power corrupt absolutely" (kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut cenderung korup secara absolut). Kalau sudah uang yang berkuasa, maka yang tidak punya uang bisa apa? Lagi-lagi Negara menutup mata pada hal ini, padahal salah satu kewajiban Negara khususnya pemerintah adalah menuntaskan kemiskinan secara progresif. Bukan hanya kemiskinan namun juga berbagai problematika lainnya harus segera diselesaikan dengan baik dan terukur

Namun bagaimana jadinya bila ada negara yang memiliki masalah bukan untuk diselesaikan, tapi untuk dikelola? Alih-alih melakukan management krisis, para pejabat lebih memilih melakukan management isu. Begitu hebatnya mereka menata narasi hingga rakyat percaya bahwa semuanya baik-baik saja padahal sejatinya didalam benar-benar berantakan dibuat oleh kepentingan-kepentingan dan pesanan politik.

Harga melambung? Itu cuma dinamika ekonomi global. Pengangguran meningkat? Ah, anak muda sekarang saja yang malas berusaha. Korupsi merajalela? Jangan khawatir, ada foto pejabat berjas oranye untuk dijadikan tontonan, biar kita merasa hukum masih berjalan. Banjir? Itu siklus alam saja. Kebakaran hutan? Itu cuma gesekan ranting kering. Utang negara menggunung? Tenang, masih dalam batas aman versi mereka. Dan kalau ada yang berani mengkritik? Mereka bukan sedang menyuarakan kegelisahan rakyat, tapi hanya sekadar penyebar hoaks bayaran yang mengganggu stabilitas. Kalau ada demonstrasi bukannya ditemui malahlari dari rakyatnya dan menganggap mereka cuma oknum bayaran saja yang ditugaskan mengganggu kepentingan mereka

Lalu, setiap ada krisis besar yang mengancam, solusi paling cepat bukanlah aksi nyata, tapi konferensi pers berkali-kali. Lengkap dengan jargon-jargon penuh harapan, janji manis, dan rencana panjang yang akan selesai "nanti". Sementara itu, media sibuk mengalihkan perhatian. Sebuah prestasi kecil dibesar-besarkan, seolah negara ini sedang dalam kejayaan. Sebuah drama selangkangan yang tidak berguna sama sekali diberitakan dimana-mana seolah pejabat ini benar-benar harus diperhatikan. Rakyat pun kembali terhipnotis, percaya bahwa segalanya masih terkendali dan teralihkan dari sesuatu yang sangat penting dan krusial bagi rakyat.


Bila benar ada Negara dimana pemerintahannya berjalan seperti demikian, betapa ngerinya para pejabat dan politisi tersebut. Betapa kasihan rakyat yang dibuat seolah-olah mereka hidup dalam kesejahteraan padahal sejatinya dihancurkan perlahan-lahan. Mereka diyakinkan seolah-olah negaranya baik-baik saja, padahal masalah tidak pernah benar-benar diselesaikan. Mereka hanya ditutupi dengan narasi yang lebih rapi. Sebab yang terpenting bukan bagaimana negara ini berjalan, tapi bagaimana terlihat tetap baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun