Mohon tunggu...
Izeldin Khalid S
Izeldin Khalid S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Pembelajar

"Gutta cavat lapidem non vi, sed saepe cadendo; sic homo fit sapiens bis non, sed saepe legend". Batu berlubang bukan karena kekuatan yang dahsyat tetapi akibat tetesan air yang berulangkali. Begitu pula manusia menjadi bijak bukan karena satu dua kali tetapi karena kerapkali membaca. Perkenalkan, saya seorang Freshgraduate dari salah satu kampus Swasta di Bogor yang terkenal akan bidang Ekonomi Syariahnya yaitu Institut Agama Islam TAZKIA di bawah naungan Bapak Syafii Antonio(Nio Gwan Chung), dengan capaian IPK 3.8. Insyaallah, pada platform Kompasiana ini saya akan membahas perihal Eknomi Syariah, Filsafat dan sesuatu yang menarik menurut saya yang bisa menjadi bacaan yaang bermanfaat untuk para pembaca sekalian. Terima kasih:)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Indische Partij, Partai Politik Pertama yang Melawan Kolonialisme Belanda

15 Juli 2023   17:52 Diperbarui: 15 Juli 2023   18:18 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indische Partij 'Partai Hindia' 1912. Sumber : Wikipedia

Ki Hajar Dewantara(Soewardi Soerjaningrat)

Ki Hajar Dewantara, yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau dikenal juga sebagai Soewardi Soejaningrat, lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Ia dikenal sebagai "Bapak Pendidikan" karena kepeduliannya terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga aktif sebagai wartawan di beberapa surat kabar, seperti Utusan Hindia, De Express, dan Kaum Muda.

Sebelum mendirikan Indische Partij, Ki Hajar Dewantara bergabung dengan organisasi Budi Utomo pada tahun 1908, yang merupakan awal keterlibatannya dalam dunia politik. Ia terkenal sebagai individu yang sangat kritis, berani, dan tegas dalam membela Indonesia dan menghadapi pemerintahan Belanda. Akibatnya, ia pernah mengalami pengasingan dan dipenjara beberapa kali.

Namun, akhirnya Ki Hajar Dewantara memutuskan untuk memperjuangkan dunia pendidikan dengan mendirikan 'Taman Siswa'. Ia memiliki banyak kontribusi dalam pengembangan pendidikan di Indonesia dan mencetuskan semboyan pendidikan, antara lain:

  • "Ing Ngarsa Sung Tuladha" : Seorang guru harus menjadi pendidik yang memberikan contoh dan menjadi panutan bagi murid-muridnya.
  • "Ing Madya Mangun Karsa" : Seorang pendidik harus selalu berada di tengah-tengah murid-muridnya dan terus membangun semangat mereka untuk berkarya.
  • "Tut Wuri Handayani" : seorang guru adalah pendidik yang terus menuntun, mendukung, dan memberikan arahan yang benar kepada murid-muridnya.

Ernest Douwes Dekker

Ernest Franois Eugne Douwes Dekker atau dikenal juga sebagai Danudirja Setiabudi merupakan penggagas utama berdirinya Indische Partij. Ia adalah keturunan Belanda dan menjadi salah satu pelopor munculnya rasa nasionalisme Indonesia pada awal abad ke-20.


Adapun nama Danurdirja Setiabudi adalah pemberian Soekarno kepadanya.

Ernest lahir di Pasuruan, Jawa Timur pada tanggal 8 Oktober 1879. Ia merupakan anak ke-3 dari pasangan Auguste Henri Eduard Douwes Dekker dan Louisa Margaretha Neumann. Ayah Ernest merupakan broker bursa efek dan agen bank, sedangkan ibunya merupakan putri dari seorang jerman yang menikah dengan perempuan Jawa.

Ernest Douwes Dekker merupakan cucu dari seseorang yang dikenal dengan pena Multatuli, Eduard Douwes Dekker. Eduard atau kakek dari Ernest Douwes Dekker ini terkenal akan karyanya, dalam novel monumental yang berjudul 'Max Havelaar' yang berisi dengan kritik terhadap kekejaman dan kemunafikan kolonialisme Belanda.

Awal terbentuknya organisasi Indische Partij adalah karena Douwes Dekker merasakan perlakuan yang mengecewakan daripada pemerintah Belanda. Ia mengalami diskriminasi dan sulit mendapatkan posisi yang baik dalam pemerintahan karena latar belakang pendidikannya. Oleh karena itu, ia bersama rekannya K. Zaalberg mencetuskan Indische Bond sebagai wadah untuk mengatasi masalah tersebut.

Namun, Indische Bond tidak dapat bertahan lama karena kurang mendapat dukungan dari masyarakat pribumi. Hal ini dikarenakan anggota Indische Bond sebagian besar terdiri dari keturunan Belanda saja, sehingga tidak memiliki cukup kekuatan untuk menyatukan dan memperjuangkan kemerdekaan Hindia Belanda pada saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun