Mohon tunggu...
Mohammad Imam Ghozali Fajar S
Mohammad Imam Ghozali Fajar S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Islam Malang

Manusia biasa yang berusaha bermanfaat di segala bidang kehidupan. Saya beranggapan bahwa menulis menjadi salah satu aspek untuk saling berbagi pemikiran yang tidak dapat disampaikan melalui tuturan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Takjil Membalut Toleransi di Indonesia

23 Maret 2024   22:36 Diperbarui: 23 Maret 2024   22:45 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ramadan adalah bulan yang suci bagi umat muslim di seluruh dunia. Umat muslim memercayai jika Allah SWT mencurahkan rahmat di bulan Ramadan, sehingga mereka melaksanakan ibadah sebaik-baiknya di bulan Ramadan. Salah satu ibadah yang khas di bulan Ramadan ialah puasa. Puasa dilakukan dengan cara menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Salah satu hal yang membatalkan puasa antara lain ialah makan & minum dengan sengaja. Terdapat tradisi di Indonesia ketika berpuasa ialah ngabuburit sembari berburu takjil.

Takjil adalah kudapan untuk berbuka puasa. Istilah takjil tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia karena di berbagai wilayah Indonesia terdapat penjual takjil di bulan Ramadan. Takjil biasanya berbentuk makanan dan minuman manis, ringan dan khas di setiap daerah.  Ternyata fenomena takjil tidak hanya dirasakan oleh umat muslim saja, melainkan umat non-muslim juga sehingga menjadi bentuk toleransi yang menarik.

Keriuhan dalam kehangatan berburu takjil menjadi cerminan toleransi yang terpatri erat di Indonesia. Akhir-akhir ini, viral di media sosial dengan fenomena berburu takjil yang juga mengundang antusias dari masyarakat non-muslim. Fenomena berburu takjil yang biasanya dipenuhi oleh jajanan berubah menjadi ruang terbuka pertemuan bagi segala perbedaan tanpa memandang latar belakang dari orang-orang antar beragama. Keikutsertaan umat non-muslim menambah warna serta dinamika dalam memeriahkan perayaan di bulan Ramadan.

Di perburuan takjil, kita dapat menemukan beragam sajian makanan dan minuman yang menggoda selera, mulai dari es buah, kolak pisang, gorengan, dan kudapan yang khas di daerah setempat. Umat non-muslim yang ikut berburu takjil mendapatkan kesempatan untuk mencicipi aneka kuliner Ramadan dan mempelajari dari pengalaman yang memperkaya wawasan dan rasa menghormati. Meskipun ada persaingan dalam berburu takjil, khususnya saat stok mulai menipis, suasana hangat, ceria dan akrab terpancar. Persaingan berburu menjadi media bercanda, tertawa, dan berebut makanan sebagai keseruan dari perburuan takjil.

Fenomena ini dirasakan oleh Nadi (21) yang gembira dengan adanya takjil. Padahal, ia tidak berkewajiban menjalankan puasa.

"Biasanya setelah pulang kuliah sore, saya dan adik saya menuju ke tempat takjil di dekat kos untuk merasakan euforia berburu takjil. Sebagai anak kos yang bingung memilih menu dengan adanya takjil ini membantu kami memilih menu makan," ungkap Nadi.

Bagi Nadi, fenomena ini tidak ada ruginya. Justru baik membantu bagi penjaja takjil dan toleransi di Indonesia

"Saya merasakan keseruan di bulan Ramadan, hal ini bisa menjadi momentum menyatukan keberagaman dan mempererat persatuan di Indonesia, selain itu perputaran ekonomi di Indonesia semakin baik," ujar dia.

Perburuan takjil tidak hanya sekadar makanan dan minuman berbuka puasa, melainkan kembali menumbuhkan toleransi sebagai cerminan bangsa Indonesia dan mampu menjalankan perputaran ekonomi di Indonesia. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun