Demikian pula dalam berakhlak, bukan hanya mengikuti Rasulullah dalam hal-hal sehari-hari secara atributif atau simbolik, tetapi melahirkan perilaku teladan atau uswah hasanah, salah satunya kata sejalan tindakan. Memahami zuhud juga harus luas, sehingga tidak melahirkan sikap antidunia karena setiap Muslim selain harus menjadi 'abdullah juga harus menjadi khalifah di muka bumi. Beraqidah, beribadah, dan berakahlak Islami harus memantulkan kesalihan yang autentik (murni tidak dibuat-buat dan sekadar kulit luar), baik kesalihan untuk diri sendiri (kesalihan individual) maupun kesalihan untuk orang lain (kesalihan sosial) seperti saleh di keluarga, masyarakat, bangsa, dan lingkungan kemanusiaan universal.
Dalam orientasi mu'amalah dunyawiyah Muhammadiyah menganut pandangan pembaruan atau pengembangan (dinamisasi). Sejatinya identitas khas Muhammadiyah sejak berdiri yang membedakan dengan gerakan Islam lain justru pada pembaruan atau paham tajdidnya. Dakwah Muhammadiyah pun bersifat tajdid atau pembaruan. Sehingga meskipun ada organisasi lain yang dianggap Islam modern seperti ditulis dalam disertasi Deliar Noer, Muhammadiyah itu progresif dan tidak kaku. Ahli lain menyebut Muhammadiyah reformis. Kendati ada yang menggolongkan Muhammadiyah menganut paham Salafisme atau Revivalisme, tetapi termasuk ke dalam Salafisme-Revivalisme Tajdidiyah atau Reformis-Modernis, bahkan menurut Charles Kurzman tergolong liberal.
Karenanya pendekatan dalam memahami Islam agar benar dalam hal purifikasi dan dinamisasi sebagaimana dituntunkan Tarjih, maka penting untuk memperdalam dan memperluas pemahaman secara bayani, burhani, dan irfani. Mungkin dalam hal bayani sudah cukup kuat, tetapi perlu lebih kuat dan luas pada pendekatan burhani dan irfani. Dua pendekatan yang disebut terakhir (burhani dan irfani) tampaknya masih kurang atau belum banyak berkembang, kadang sering terkalahkan oleh pendekatan bayani. Orientasi tajrid-tandhif harus memperoleh keseimbangan dan perluasan dengan orientasi tajdid agar tampak watak pembaruannya. Di sinilah tuntutan dan tantangan pemikiran keislaman dalam Muhammadiyah menghadapi dinamika kehidupan kontemporer.