Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Memaknai Weci dalam Kehidupan

29 Juli 2020   11:48 Diperbarui: 29 Juli 2020   11:47 2223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perhatikan pula, api kompor saat menggoreng jangan terlalu kecil atau besar, agar weci tidak menyerap minyak terlalu banyak, atau menjadi gosong.

Seorang manajer atau leader selalu berhadapan dengan man, method atau money.  Ia perlu merencanakan dan meramu sumberdaya tersebut dengan baik, agar dapat mencapai target sesuai dengan harapan.   

Leader harus memperhatikan standar mutu kerja (method) untuk memberdayakan orang-orang sesuai dengan kompetensi, dan menghasilkan inovasi dan kreativitas.  

Emphaty seorang leader menjadi kekuatan untuk mendekati orang-orang lain agar memberi yang terbaik baik organisasi.  Emphaty juga menciptakan harmony, karena semua pihak dalam organisasi menjadi diperhatikan dan menerima value yang positif yang terpancar dari seorang leader.

Weci yang enak.. yang lembut. Nah.. ini yang agak susah.  Agar tercipta tekstur weci yang lembut, perlu kesabaran mengolah adonan, dan proses penggorengan. Ini memang perlu pengalaman dan jam terbang yang tinggi.  Karenanya ibu-ibu lebih paham tentang hal ini.  Membuat weci perlu melibatkan hati!

Memimpin organisasi, seorang leader perlu menggunakan passion dan hati dalam memanage sumberdaya.  Totalitas seorang leader bekerja perlu meniru bagaimana seorang ibu dengan kesungguhan, cinta, dan keikhlasan mengurusi anak dan keluarganya.  

Siang malam seorang ibu bekerja, memikirkan satu per satu anaknya, mengasuh dan mendidik anaknya menjadi anak yang sholeh.

Leader perlu menggunakan kompetensi dan perangkat organisasi, itu benar.  Tapi itu tidak akan berjalan manakala hati seorang leader tidak terpaut dengan hati orang-orang di sekelilingnya. 

Tom Gardland dalam bukunya Lead with Heart (2), memberikan pendekatan yang tidak konvensional pada kepemimpinan, termasuk saran dan strategi tentang cara membuka diri sebagai seorang pemimpin, mengenali potensi karyawan, dan meningkatkan kepercayaan karyawan pada leader dan organisasi.   

Delapan ciri pemimpin tersebut (3) antara lain: (i) menunjukkan kehangatan, minat pada kesejahteraan karyawan, dan keinginan untuk terhubung dan bergabung; (ii) siap membantu orang lain dalam keadaan apapun termasuk berkorban materi, (iii) menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap organisasi, (iv) Selalu menampilkan sikap dan perilaku menghargai, menghormati, mendorong, memberdayakan orang lain; (v) meluangkan waktu untuk orang lain meski sibuk; (vi) mau mendengar dan menunjukkan kepedulian,  (vii) memperlakukan waktu orang lain seolah-olah sama pentingnya dengan waktu leader; (viii) senantiasa berorientasi dan bersemangat tentang pertumbuhan, perkembangan, dan karir karyawan. 

Ini akan menghasilkan transformasi dimana organisasi menjadi tempat yang nyaman bagi karyawan untuk menunjukkan amal, setiap orang merasakan hubungan yang dalam satu sama lain, muncul engagement menjadi bagian dari misi organisasi, dan keterlibatan luar biasa dalam pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun