Dengan mentalitas Stoic, kita tidak lagi menjadi korban masa depan, tetapi menjadi aktor yang tangguh dan adaptif di dalamnya.
3. DIALEKTIKA SOCRATES: Senjata Ampuh Melawan Misinformasi dan Polarisasi
Di tengah banjir informasi dan ruang gema (echo chambers) media sosial, metode Socrates---berdialog dengan bertanya untuk menguji kebenaran suatu klaim---menjadi lebih relevan daripada sebelumnya. Socrates berkata, "Kehidupan yang tidak teruji tidak layak untuk dijalani."
Aplikasi untuk Masa Depan: Kemampuan untuk berpikir kritis, membedakan fakta dari opini, dan berdiskusi secara rasional adalah "vaksin" bagi tubuh sosial kita.
Sebelum menyebarkan informasi, tanyakan pada diri sendiri: "Darimana sumber ini? Apa buktinya? Apakah ada sudut pandang lain?"
Sebelum berdebat sengit, terapkan metode Socrates dengan mengajukan pertanyaan yang jujur untuk memahami, bukan sekadar untuk menjatuhkan.
Masa depan demokrasi dan masyarakat yang sehat bergantung pada warga yang melek informasi dan kritis, bukan warga yang mudah termakan hoaks dan provokasi. Dialektika Socrates adalah pelatihannya.
Kesimpulan: Masa Depan Butuh "Kearifan Kuno"
Kita tidak bisa memprediksi masa depan dengan tepat, tetapi kita bisa mempersiapkan manusia yang akan menghadapinya. Filsafat klasik tidak memberi kita jawaban teknis tentang cara membuat AI atau memerangi perubahan iklim. Ia memberi kita sesuatu yang lebih mendasar: kerangka moral, ketahanan mental, dan alat berpikir kritis.
Dengan menggali kembali kearifan ini, kita tidak sedang mundur ke masa lalu. Kita justru sedang melengkapi diri dengan fondasi yang kokoh untuk melompat ke masa depan. Teknologi memberi kita kekuatan, tetapi filsafatlah yang mengajarkan kita kebijaksanaan untuk menggunakan kekuatan itu dengan baik.
Mari kita jadikan filsafat klasik sebagai kompas, bukan sekadar relik dalam museum pemikiran.