Ledakan penggunaan AI adalah perkembangan yang sangat baru. Secara global, tingkat adopsi meroket dari di bawah 10% menjadi lebih dari 80% hanya dalam kurun waktu kurang dari dua tahun setelah perilisan ChatGPT pada akhir 2022. Di Indonesia, perbincangan, eksperimen, dan adopsi masif oleh mahasiswa terjadi sepanjang tahun 2023 hingga 2025.
2. Dimensi Lokasi
Konteks geografisnya adalah institusi pendidikan tinggi di seluruh Indonesia, namun dengan dinamika yang berbeda. Penggunaan AI telah menjadi fenomena nasional, tidak terbatas pada kampus-kampus teknologi di kota besar.
Namun, respons institusional menunjukkan adanya sentralisasi. Kampus-kampus besar di Indonesia secara proaktif mengembangkan kurikulum, pusat riset, dan pedoman penggunaan AI.
Di sisi lain, terdapat tantangan kesenjangan digital yang signifikan. Di luar kota-kota besar dan Pulau Jawa, kendala sumber daya seperti keterbatasan infrastruktur internet, ketersediaan tenaga ahli, dan akses terhadap perangkat keras menjadi penghalang besar bagi adopsi AI yang merata dan efektif.
3. Para Pihak yang Terlibat
Mahasiswa Sebagai pengguna utama, mereka adalah kelompok yang paling cepat beradaptasi. Motivasi mereka beragam, mulai dari mencari efisiensi hingga mendapatkan dukungan belajar tambahan. Namun, antusiasme ini tidak selalu diimbangi dengan pemahaman yang mendalam. Banyak penelitian menunjukkan bahwa literasi AI mereka seringkali masih rendah dan terbatas pada penggunaan dasar untuk menyelesaikan tugas.
Dosen dan Pendidik Mereka berada di posisi yang dilematis. Banyak yang melihat potensi AI untuk personalisasi pembelajaran dan efisiensi administratif. Namun, kekhawatiran yang lebih besar membayangi, terutama terkait integritas akademik, plagiarisme, dan potensi penurunan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Tingkat adopsi AI di kalangan dosen jauh lebih lambat dibandingkan mahasiswa.
Apakah AI Benar-Benar Menumpulkan Nalar Kritis?
1. Argument Kontra
Ketergantungan yang berlebihan pada AI untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan masalah dapat menghambat perkembangan kemampuan mahasiswa untuk berpikir secara mandiri. Ketika mahasiswa terbiasa "langsung bertanya kepada AI tanpa harus berpikir secara mandiri," mereka kehilangan kesempatan untuk melatih otot-otot mental yang diperlukan untuk analisis dan pemecahan masalah.