Perayaan 75 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Arab Saudi
Pada 1 Mei 2025, genap sudah hubungan diplomatik Indonesia-Arab Saudi berusia 75 tahun. Sebuah rentang waktu cukup lama dan matang dalam interaksi antarkedua negara. Secara formal, Arab Saudi mengakui kedaulatan Indonesia pada 4 November 1947. KBRI Jeddah dibuka pada tahun 1964 sampai kemudian dipindah ke Riyadh pada 1985. Sejatinya, hubungan informal antarkedua masyarakat yang sama-sama mayoritas muslim ini telah terbentuk kisaran berabad-abad. Dengan kata lain, keduanya layaknya sohib atau teman dekat.
Gelora haji
 Perekat dan interaksi dua negara yang berjarak ribuan mil bermula dari sebaran agama dan mengerucut pada ibadah haji. Bahkan ibadah haji bisa dibilang salah satu faktor penggerak kesadaran perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan. Catatan sejarah mengabarkan pihak kolonialis merumuskan siasat kepada masyarakat Nusantara yang baru saja pulang haji. Semua jemaah haji lantas diberi label/gelar "haji" sebagai penanda. Kolonialis mengawasi gerak-gerik mereka setiba di tanah air.
Haji adalah muktamar umat Islam sedunia. Berangkat dari sini, para jemaah haji Nusantara bertemu, berbincang, dan berdiskusi panjang dengan jemaah haji dari pelbagai wilayah belahan dunia yang juga sedang mengobarkan nasionalisme, persatuan, serta perlawanan terhadap penjajah. Di sinilah kemudian, haji para kakek buyut kita, sedikit-banyak membawa inspirasi dan gelora persatuan umat Islam di pelbagai daerah untuk bersama memperjuangkan kemerdekaan.
Pasca-kemerdekaan, ibadah haji dalam konteks diplomasi dua negara besar ini kiranya terjadi saat Presiden Sukarno menunaikan haji tahun 1955. Peristiwa tersebut menandai tonggak bersejarah relasi erat dengan pemimpin tertinggi Arab Saudi kala itu: Raja Saud. Hikayat masyhur menceritakan Presiden Sukarno disebut memberikan hadiah berupa pohon guna ditanam di padang Arafah yang dikenal Pohon Soekarno. Hadiah pohon dimaksudkan agar Arafah terlihat hijau  dan mengurangi panas.
Tak cuma Sukarno, seluruh presiden Indonesia pernah melakukan kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi. Kesemuanya sebagai tamu negara dengan mendapatkan pelayanan khusus beribadah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi; baik haji-umrah serta ziarah ke makam Nabi Muhammad Saw. Adapun kunjungan balasan, pada 1970, Raja Faisal merupakan Raja Saudi pertama yang menjejakkan kaki di Jakarta. Lawatan kenegaraan Raja Faisal tersebut sangat berkesan. Tak kalah memorable pula, kunjungan Raja Salman pada tahun 2017. Pada tahun 2022, giliran Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman mengunjungi Bali dalam rangka KTT G-20.
Transformasi ekspansif
Penulis merasa beruntung saat beberapa waktu lalu, mendapatkan semacam piagam kenang-kenangan momen Presiden Sukarno berhaji. Ada hal menarik kala mencermati piagam tersebut dengan panjang 30 cm. Selain gambar gagah nan wibawa Presiden Sukarno dan Raja Saud, tertera pula gambar pesawat dan kapal laut. Betul, pada masa-masa tersebut, orang Indonesia berhaji menggunakan dua moda transportasi. Ada harapan besar yang menjadi refleksi bahwa, tiada lain naik hajinya seorang pemimpin suatu negara membawa suasana dan ikatan yang kian akrab nan erat. Apalagi, hubungan diplomatik kedua negara baru berumur lima tahun. Hal ini dipertegas saat kunjungan Presiden Joko Widodo tahun 2023; secara khusus Raja Salman memberi tambahan kuota haji sebanyak sepuluh ribu.
Pada kesempatan sama, Penulis juga mendapatkan buku lawas nan penting. Buku yang Penulis dapatkan dari kolektor merupakan terbitan Kedutaan Arab Saudi di Jakarta. Buku bertarikh 25 Juli 1956 tersebut adalah buku langka yang Penulis anggap sebagai pengenalan Kerajaan Arab Saudi kepada masyarakat Indonesia sebagai bangsa dan negara yang bisa dilihat, dikenali, dan dipahami dari banyak sisi; tidak sebatas soalan haji.
Rilis buku seakan menindaklanjuti peristiwa penting Presiden Sukarno berhaji karena hanya berselang setahun. Buku bertebal 89 halaman itu mengambil judul Keradjaan Saudi Arabia dalam masa barunja hendak menyiarkan kepada masyarakat Indonesia mengenai sisi melik pemerintahan Kerajaan Arab Saudi beserta geliat masyarakatnya. Penulis dimanjakan ragam foto ikonik nan historis perihal bangunan-bangunan, masjid, serta pelbagai aktivitas masyarakat Arab Saudi kala itu.
Sesuai judul buku, Arab Saudi hendak mengabarkan kepada masyarakat Indonesia mengenai transformasi penting dalam lanskap pembangunan infrastruktur yang terbilang ekspansif. Perluasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, pembangunan jalan, dan bangunan-bangunan di Riyadh hingga pabrik sabun serta pabrik kulit di Jeddah. Pun, terdapat informasi menarik soal haji, bahwa Raja Saud menghapus cukai atau pungutan dari jemaah haji. Hal ini seiring dengan ibadah haji tidak lagi menjadi sumber keuangan negara; melainkan berganti bersumber pada minyak yang kala itu menjadi primadona sumber daya alam.
60 tahun berselang sejak rilis buku tersebut, Penulis mendapatkan buku album keluaran Kementerian Kebudayaan dan Penerangan Kerajaan Arab Saudi. Dalam buku album bertajuk Pekan Budaya Saudi Arabia di Indonesia itu, pihak Arab Saudi menjejer banyak foto berwarna dan berkertas luks. Kedua buku yang Penulis miliki tersebut, sama-sama menampilkan gambar Ka'bah di lembaran awal beserta kegiatan masyarakat Arab Saudi yang oleh Penulis bisa turut merasakan dampak dari agenda besar transformasi yang cemerlang. Arab Saudi kian eksotis dengan foto tampilan makanan khas, seni tradisional, pakaian adat, keindahan alam, kaligrafi, seni pintal, hingga barisan pemuda yang memainkan alat musik.
Kemitraan humanis
Kian tahun relasi Indonesia-Arab Saudi semakin erat. Seakan menjadi tradisi tahunan, setiap bulan Ramadhan Kerajaan Arab Saudi menyelenggarakan Program Buka Puasa untuk masyarakat Indonesia. Menariknya, acara tersebut selalu tercatat rekor MURI. Pada tahun 2023, acara buka puasa digelar di depan Masjid Raya Sumbar. Sukses pun berlanjut saat acara serupa digelar di Makassar pada Ramadhan tahun 2024. Sementara pada Ramadhan tahun ini dipusatkan di Solo. MURI kembali mencatatkan rekor buka puasa terpanjang lantaran panjang kerumunan buka bersama mencapai 2,8 kilometer.
Selain pemberian Al-Quran dan Program Buka Bersama yang notabene hadiah Raja Salman untuk kaum muslim sedunia, Arab Saudi juga pererat hubungan diplomasi melalui bantuan kemanusiaan. 100 ton kurma diwartakan didistribusikan untuk masyarakat Indonesia. Lebih luas lagi melalui proyek Et'aam, Arab Saudi meluncurkan bantuan sebesar USD17,8 juta kepada 2,3 juta orang di seluruh dunia selama bulan Ramadhan kemarin.
Tiap musim haji, Raja Saudi selalu mengundang seribu lebih umat Islam dari seluruh dunia untuk menunaikan haji. Indonesia pada tahun 2024, mendapat alokasi sebanyak lima puluh orang. Mereka merupakan pejabat negara dan masyarakat umum yang berkontribusi besar pada syiar Islam. Pun, Arab Saudi seyogianya perlu mendapat apresiasi besar lantaran turut serta dalam operasi kemanusiaan dengan mengevakuasi ratusan warga Indonesia yang terjebak perang saudara di Sudan pada tahun 2023.Â
Di bawah kepemimpinan Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, peran Arab Saudi dalam konteks geo-politik dan ekonomi di kawasan maupun global telah mendapat banyak pengakuan. Impian besar bersebut Visi Saudi 2030 beserta segala transformasi signifikannya membuat masyarakat internasional terkesima akan laju Arab Saudi sebagai magnet baru yang kian diperhitungkan. Hingga di bidang olahraga sepak bola, Arab Saudi hendak menegaskan diri sebagai negara terbuka nan modernis dengan tanpa menanggalkan identitas jatidiri.
Di sinilah urgensi masyarakat dunia terutama Indonesia bisa membaca lanskap Arab Saudi secara utuh. Dengan kata lain, Arab Saudi dengan kekayaan khazanah kebudayaan sejak lampau, pun sebagai pusat sejarah umat Islam, hingga geliat ekonomi hari ini, perlu menjadi rujukan bahan kajian yang terfokus. Karena itu, bila di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia mempunyai ruang kajian America Corner atau Iranian Corner, sudah sepatutnya terdapat pula Saudi Arabia Corner. Kerjasama di bidang pendidikan perlu lebih diluaskan dengan pertukaran pelajar dan penambahan kuota kuliah di jurusan non-agama.
Tak kalah relevan adalah poros Arab Saudi dengan bahasa Arab-nya. Kita mendorong Arab Saudi menjadi semacam pionir dalam ranah internasionalisasi bahasa Arab di luar kawasan Timur Tengah seperti Indonesia. Hal ini terkata urgen lantaran masyarakat dunia perlu merujuk kepada bahasa Arab yang bisa dijadikan acuan penggunaan secara umum dan global.
Karena itu, program The King Salman Global Academy for the Arabic Language, misalnya tampak prospektif untuk terus digalakkan di banyak lembaga pendidikan negara-negara 'ajam macam Indonesia. Arab Saudi mesti tampil menginisiasi untuk pengacuan global bahasa Arab. Hal ini lantaran dua hal: pertama, sejarah teologis-sosiologis di mana kalam Ilahi turun di sana. Kedua, selama ini rujukan sertifikasi internasional bahasa Arab justru mengacu pada Leipzig di Jerman. Â Â
Sohib selamanya
Ke depan, hubungan Indonesia-Arab Saudi mestinya tidak saja terfokus pada ranah haji-umrah. Melainkan kudu kian meluas di banyak hal. Masih banyak ruang/celah bagi Indonesia maupun Arab Saudi meningkatkan kerja sama di pelbagai bidang, terutama ekonomi. Hal ini bisa dilihat dengan masih sangat rendah angka perdagangan kedua negara sebesar USD3,3 miliar atau Rp55,57 triliun pada tahun 2024.
Ada dua item yang bisa dikelola, yakni bidang petrokimia dan pengembangan sektor mineral. Indonesia disebut membutuhkan hilirisasi dari sektor petrokimia untuk mendukung industri turunan. Sementara Arab Saudi bisa bekerja sama pada pengembangan hilirisasi mineral. Selama ini, produk Indonesia yang diekspor ke Arab Saudi meliputi: kendaraan, lemak hewani, kayu, makanan olahan, daging, dan kertas. Namun, nilai ekspor kita masih amat rendah.
Adagium sahabat terbaik adalah yang juga saling mengkoreksi bila ada hal yang terasa ganjil dan berat sebelah. Problematika atas para pekerja migran serta penambahan kuota jamaah haji tentunya menjadi tantangan bagi kedua negara agar terwujud semacam win-win solution. Pungkas kata, kita berharap peningkatan dan perluasan kerjasama tetap kudu dibarengi sikap saling menghargai dan menguntungkan sebagaimana rajutan persahabatan yang selama ini telah dibangun sedari lampau.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI