Mohon tunggu...
Mbak Tata
Mbak Tata Mohon Tunggu... profesional -

** House Manager ** Meminati segala hal yang berkaitan dengan eksplorasi dalam meningkatkan produktifitas hidup maupun manajerial yang efektif dan efisien untuk keseharian yang lebih baik silakan berkunjung ke itqonmanager.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

A Study in Scarlet

14 November 2015   21:48 Diperbarui: 4 April 2017   16:20 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A Study in Scarlet  merupakan judul asli versi bahasa inggris dari penelusuran benang merah versi bahasa Indonesia. Novel ini ditulis oleh Sir Arthur Conan Doyle. Doyle yang lahir pada tanggal 22 Mei 1859, lahir di Edinburgh, Skotlandia, menghasilkan karya A Study in Scarlet pada tahun 1890, disinilah ia memperkenalkan karakter detektif Sherlock Holmes kepada pembaca.

Saya tidak meresensikan seluruh novel ini kedalam artikel ini, kecuali beberapa bagian berkaitan dengan tokoh utama, namun pembaca yang berminat membaca serial detektif Sherlock Holmes bisa memulai membaca serial pertama Sherlock pada novel ini untuk mengenal siapakah tokoh utama dalam Sherlock Holmes. Disini saya akan menuliskan beberapa point kritis untuk menjelaskan jalan pemikiran novel serial Sherlock Holmes untuk seterusnya.

Dalam novel ini, Doyle menceritakan pertemuan antara Sherlock dengan sahabat yang kelak akan menemaninya pada kasus-kasus kriminal dimasa selanjutnya, yaitu Watson. Melalui sudut pandang Watson inilah pembaca diposisikan untuk memahami seperti apa metode-metode pemecahan kasus Sherlock. Dan dalam novel ini pembaca akan mendapatkan gambaran awal siapakah Sherlock sebagai tokoh utama dan bagaimanakah ia. Serta siapakah tokoh Watson itu.

Menurut saya, Doyle tidak membuat karakter Sherlock untuk dijadikan pujaan, maka dari itu Doyle membuat Sherlock memiliki aib yang sangat mengkhwatirkan dan ini berkaitan dengan perilakunya sebagai konsekuensi atas kemampuan berpikirnya yang luar biasa. Sedangkan Watson sendiri, ditampilkan sebagai pendamping yang akan bertanya kepada Sherlock, step by step sampai semua uraian memberikan kesimpulan akhir. Ini lah langkah yang akan diikuti pembaca untuk memahami alur cerita pemecahan kasus.

Teman saya pernah bergurau, 'jika kita membaca serial orang pintar seolah-olah kita juga menjadi pintar, padahal tidak'. Mungkin bisa jadi, atau bisa juga tidak. Terkadang seseorang yang membaca fiksi tertentu, ia akan mencari tokoh dalam fiksi yang 'menurutnya' itu adalah dia, karena dengan begitu ia akan menyelami ceritanya dengan lebih hidup. 

Tentang Serlock dan sudut pandang manusia pada umumnya

Dalam novel A Study in Scarlet, Watson mendapatkan gelar dokter umum dari Universitas London tahun 1878. Kemudian Watson melanjutkan studi spesialisnya sebagai ahli bedah khusus Angkatan Darat. Ia masuk kedalam resimen Northtumberland Fusiliers kelima sebagai asisten bedah. Resimen tersebut bertugas ke India, bersamaan dengan saat itu perang Afghanistan kedua terjadi. Kemudian Watson dipulangkan. Ia mengalami kelelahan bertugas, dan cedera serius yang terjadi saat di Maiwand, dimana Watson mendapatkan tembakan peluru Jezail yang menebus ke tulang arteri. Selain itu, ia juga terkena tifus yang membuatnya berbulan-bulan dalam keadaan kritis. Akhirnya ia kembali ke Inggris.

Watson dikisahkan tidak memiliki kerabat di Inggris, ia hanyalah lelaki bujang yang memiliki kebebasan dalam hidup. Dengan upah yang kecil, tentu ia setuju dikirim ke London. Bagi ia, London adalah tempat berkumpulnya para pemalas dan penganggguran. Mungkin dengan begitu, ia memiliki peluang.

Saat ia yang hanya berpenghasilan kecil dan berusaha mencari tempat tinggal, saat itulah ia dipertemukan dengan Serlock melalui Stamford, seorang mantri yang membantu perawatannya ketika sedang sekarat dimedan tempur. Mereka bertemu kembali di London dalam kondisi yang berbeda, yaitu Stamford telah bekerja disebuah laboratorium kimia rumah sakit dan mengenal Sherlock sebagai rekan kerjanya di lab.

Watson saat itu dicirikan dengan badan kurus dan berkulit coklat. Sebuah kombinasi antara beban tugas dan bukti nyata bahwa terakhir kali ia memang pernah tinggal berada di negara tropis, yang tentunya limpahan cahaya matahari sepanjang tahun membuat kulitnya menjadi gelap terbakar.

Sherlock dalam sudut pandang orang lain sendiri dikisahkan sebagai seseorang yang memiliki tipe belajar yang aneh. Ia memiliki banyak pengetahuan, dimana para profesor akan terpana kepadanya. Orang yang tertutup, walau dapat bicara panjang lebar jika mau. Ia bisa sangat betah berada di lab berminggu-minggu dan mendekam dari pagi sampai malam harinya. 

Keanehan yang ditangkap orang lain misalnya saat ia dianggap terlalu ilmiah dan berdarah dingin. Sherlock dapat memberikan Alkaloid tumbuhan terbaru untuk teman serumahnya, bukan karena berniat jahat, tetapi, ia cuman sekedar ingin tahu apa sih pengaruh yang akan terjadi pada orang lain. Ia bernafsu untuk memperoleh pengetahuan yang jelas dan sangat eksak.

Kadang bisa saja ia memukuli mayat-mayat dengan tongkat, untuk mengetahui memar yang timbul setelah kematian. Bagi orang lain, hanya Serlock dan Tuhan yang tahu tentang apa yang sedang dikerjakan. Setidaknya inilah opini Stamford yang mewakili pandangan orang-orang biasa.

Sherlock dalam sudut pandang Watson

Sherlock, adalah lelaki bujangan juga yang menurut Watson mudah untuk menarik minat. Bertubuh jangkung dengan tinggi lebih dari 180 cm. begitu kurus sehingga memberikan efek lebih jangkung. Matanya tajam dan menusuk kecuali saat melamun. Hidungnya runcing seperti paruh rajawali sehingga membuat ekspresi wajahnya selalu waspada. Dagu kokoh segiempat, tanda ia orang yang bertekad kuat. Tangannya sering ternoda tinta atau bahan kimia, namun memiliki sentuhan halus seperti saat memainkan biola, sangat mengagumkan.

Pengetahuan Sherlock yang luar biasa diimbangi dengan ketidaktahuan yang luar biasa. Ia tak tahu apa-apa tentang karya-karya sastra kontemporer, filosofi, dan politik. Ia orang yang naif. Seperti ketika Watson mengutip pendapat Thomas Carlyle, Sherlock justru bertanya, siapa orang itu dan kejahatan apa yang diperbuat. Bahkan tentang tata surya, ia juga tak mengerti.

Bagi Sherlock, ia memang sengaja selektif terhadap informasi yang masuk kedalam otaknya. 'Otak diibaratkan seperti loteng, dan saat kita perlu mengisi dengan perabot harus diisi dengan perabot yang sesuai pilihanmu. Orang bodoh memasukkan semua perabot dengan cara mengambil seluruh informasi yang ditemuinya. Sehingga pengetahuan yang mungkin berguna baginya malah terjepit ditengah bercampur dengan hal-hal lain.

Orang yang bijak sebaliknya. Ia berhati-hati dengan memilih apa yang akan diamsukkan kedalam lotengnya, ia akan memasukkan semua perlatan yang diperlukannya dan disusun rapi. Karena dalam memasukkan informasi, ada yang akan terpaksa terlupakan. Sehingga penting jika menyingkirkan barang yang tak berguna'. 

Dalam sebuah catatan kecil Watson, ia mengurutkan kelebihan dan kekurangan Sherlock.

  • pengetahuan sastra nol
  • pengetahuan filsafat nol
  • pengetahuan astronomi nol
  • pengetahuan politik rendah
  • pengetahuan botani bervariasi, sangat mengerti opium, Belladona dan racun-racun secara umum. Namun tidak tahu praktek apapun untuk berkebun.
  • pengetahuan geologi, praktis dan terbatas. ia mengenal cipratan tanah basah, hanya dari konsistensinya, juga tahu dari mana asalnya
  • pengetahuan kimia menonjol
  • pengetahuan anatomi akurat namun kurang sistematis
  • pengetahuan berita heboh sangat banyak dan dapat merinci semua tindakan kejahatan di abad tersebut
  • bermain biola dengan baik. Saat niat, permainannya bisa rumit dan indah seperti karya Mendelssohn dengan Lieder-nya. namun saat hatinya kacau dia juga memainkannya dengan kacau dan berisik.
  • sangat pandai bertinju, beladiri satu tongkat dan pedang
  • mengetahui hukum praktis di Inggris

Ternyata ia adalah detektif konsultan, yaitu jika para detektif (baik pemerintah ataupun swasta) mentok tak dapat memecahkan kasus maka mereka akan menemui Sherlock. Dan profesi inilah satu-satunya, hanya ia yang menguasai, dan ia mengambil ini sebagai minatnya.

Kemampuan Deduksinya membuatnya dianggap sebagai paranormal

Sherlock mengetahui pikiran seseorang hanya dari ekspresi sesaat, sentakan otot, atau lirikan mata. kesimpulannya jarang salah atau Watson menyebutnya belum pernah salah, ia sudah terlatih untuk mengamati dan menganalisis. Jadilah orang awam akan menganggapnya sebagai paranormal, padahal semua hasil analisis dari penalaran yang logis. 

Seperti dari setetes air sebagai contoh. Ia akan mengandalkan logikanya dan menentukan air itu akan berasal dari mana, dari Samudra atlantik atau air terjun Niagara. Walaupun ia tidak pernah kesana. Ia mengumpamakan semuanya adalah sebuah rantai besar yang sifatnya akan dikenali jika kita memperoleh mata rantainya. 

inilah kemahiran deduksi yang dimilikinya. Kemantapan analisis yang hanya akan diperoleh dalam waktu yang lama dan penuh kesabaran. Ini berkembang menjadi intuisi. Seperti misalnya dua tambah dua adalah empat, namun sulit menjelaskan dan memberi bukti mengapa dua tambah dua sama bisa sama dengan empat.

Menurut Watson, kemampuan itu luar biasa, namun menurut Sherlock hal itu adalah biasa saja. 

Aib sang detektif

Watson menemukan kebiasaan buruk Sherlock yang dapat merusak fisiknya. Pernah selama berbulan-bulan selama 3 kali sehari, Sherlock menggunakan morfin ataupun kokain untuk dikonsumsi dengan batas tertentu. Hal ini justru dilakukan saat ia tak mendapatkan kasus yang membuat otaknya digunakan.

Bagi Sherlock, ia menggunakan kokain untuk merangsang dan menjernihkan otak, dan baginya akibat sekundernya tidak dipermasalahkan. Watson sangat marah, dan berusaha mencegahnya dengan berapi-api. Watson menjelaskan otak mungkin akan terpicu semangat, namun menyebabkan kelemahan permanen dan reaksi buruk kokain memberikan resiko kehilangan kekuatan terbesar yang dimiliki.

Hal ini terjadi disebabkan otak Sherlock tidak puas berdiam diri, ia perlu masalah, sandi terumit dan analisis paling berbelit-belit, maka ia akan menjadi dirinya yang semula, dan tak lagi menggunakan perangsang seperti ini. Sherlock membenci kerutinan yang membosankan, dan ia ingin pengerahan mental. Maka mengapa Sherlock memilih profesi ini menjadi satu-satunya didunia. 

Dan semua ini diabadikan oleh Watson dalam catatan A Study in Scarlet. Mungkin Doyle masuk kedalam novelnya sebagai sosok Watson. Karena Doyle sebagai pengarang adalah seorang dokter juga. Jika anda menginginkan petualangan yang tidak datar-datar saja ,maka anda dapat membaca buku klasik ini sebagai teman anda berakhir pekan. Dan maaf bagi yang anda yang tidak suka memeras otak dan lebih menyukai cerita termehek-mehek, anda akan kurang berminat membaca karya klasik ini.

Walau dari awal si tokoh utama memiliki 'aib' secara jelas, akan tetapi semua petualangan serial detektif ini, paling tidak akan membuat si-pembaca menjadi lebih pintar dengan wawasan yang belum pernah ditemui. 

Selamat membaca

               

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun