Hari yang dinanti pun tiba, pukul lima pagi Kinanti telah bersiap untuk merias diri dan mempersiapkan gaun pengantinnya . Kursi -- kursi pun telah rapih tersusun mengahadap satu arah. Ditambah hiasan bunga putih dan ungu yang di buat melengkung di atas tenda acara yang membuat indah dan elok dipandang mata. Di bagian depan Panggung pelaminan nampak megah terlihat seperti tahta seorang raja. Dengan iringan sholawat nabi yang di putar menggunakan pengeras suara menambah kesakralan suasana tersebut .
Tak lama kemudian terlihat seseorang dari kejauhan berlari menuju rumah Kinanti. Dengan wajah tampak datar dia bergegas memasuki ruang tamu untuk menemui ibu Mirna. Dia adalah Aprizal adik kandung Ibu Mirna paman Kinanti.  Suaranya seperti berbisik, terihat  dari cara duduk nya yang begitu merapat menandakan betapa pentingnnya pembahasan tersebut. Setelah mendengar apa yang disampaikan Aprizal , ibu Mirna terlihat menarik nafas panjang. Kerutan dahinya nya mulai semakain terlihat dan matanya yang memancarkan aura kekhawatiran. Perasaan kinanti mulai terganggu  dengan kondisi itu, dirinya mulai cemas dengan apa yang dilihatnya. Hatinya bergumam bertanya apakah gerangan yang sedang dan akan terjadi Namun dia tak bisa berbuat apa-apa.
Setelah mencoba menenangkan diri akhirnya Ibu Mirna memilih untuk segera menyampaikan hal tersebut kepada Kinanti.. Dengan suara yang lembut ibu Mirna menyampaikan hal itu kepada Kinanti didalam kamar. Hening dan mencekam tergambar suasana kamar tersebut selepas ibu Mirna menyampaikan kabar yang datang dari utusan keluarga Sunhaji. Pihak keluarga Sunhaji sangat menjaga agar kedatangannnya tidak mengganggu kegembiraan keluarga Kinanti, maka mereka menitipkan pesan kepada Aprizal yang ditemuinya didepan pagar rumah. Sejurus itu, tangisan Kinanti pecah dirinya tak kuasa menahan dan menghadapi kondisi ini. Rasa bahagia, rindu, sedih, bingung bercampur aduk di pikiiran Kinanti mendengar kabar Sunhaji yang selamat dari bencana. Â ,"Sabar nak ini cobaan Allah, DIA tahu kamu kuat menjalani ini semua," ujar Ibu Mirna menenangkan. Suasana riang penuh kebahagian di kediaman Kinanti kini berubah menjadi begitu gersang. Namun niat telah terpajang kehendak sudah terpampang," Kita jalani kehendak yang Kuasa, engkau fokus saja dengan acara ini nak," Nasehat Ninik Mamak kepada Kinanti.
Sunhaji tiba di kota Padang Sumatera Barat di hari Kinanti akan melangsungkan pernikahannya bersama Ridho. Setibanya di Padang, Sunhaji menemui ibundanya dan langsung  menuju kediaman Kinanti. Diperjalanan, jantung Sunhaji berdegub sangat kencang, sesekali ia menarik nafas panjang untuk menenangkan pikirannya yang sedang kalut. Sejurus kemudian Sunhaji tiba, Dengan langkahnya yang di bantu tongkat penyanggah. Sunhaji mendatangi Kinanti dengan kepala yang tegak. Namun kesedihan dan kekecewaan tak dapat dia sembunyikan. Mata nya berkaca- kaca setelah melihat hiasan Janur kuning bertuliskan nama Kinanti dan ridho yang terpajang melengkung dikoridor utama pintu depan. Tangannya bergetar ketika meraba foto  Kinanti yang tersandar didepan panggung pelaminan. Usapan lembut penuh kasih sayang bercampur air mata kerinduan. Sementara itu, Kinanti berdiri mengikuti langkah Sunhaji. Dia hanya bisa menangis melihat itu semua." Maaf kan aku Sun ," ucap Kinanti sembari mengusap airmatanya.," Bukan kah kau telah berjanji kepada ku, duhai kekasih hati ku," Tanya Sunhaji." Janji yang kita perkuat di hadapan yang Maha kuasa, dulu Kau berjanji akan memegang teguh kesetiaan cinta kita . Kau dekap erat tubuh ku seolah tak ada satu pun hal yang bisa memisahkan kita. Kutinggalkan dirimu waktu itu ke Surabaya agar kau bangga dan akan ku jemput kau kembali dengan sebuah kehormatan." tegas Sunhaji. " Didalam lubang itu, Lanjutnya . ketika tanah menimbun kami, hanya satu yang ku pinta kepada Tuhan ku waktu itu, aku memanjatkan permohonan ku agar Allah memberiku kesempatan untuk hidup dan akan ku jemput kekasih ku demi ku tunaikan semua janji -- janji ku pada mu Kinanti " Mendengar itu, Kinanti semakin menangis terisak-isak. "Dan kini aku datang untuk menunaikan janji itu. Namun, Janur kuning yang menyambut ku dan inai ditangan mu membuat dunia ku runtuh. Tak ada kah sedikit tersisa dihati mu wahai kekasih ku. Ucap Sunhaji. Sunhaji masih berharap Kinanti kembali padanya di hari itu.
" Aku selalu memegang janji itu Sunhaji dan berusaha sekuat dan semampu ku menunggu mu. Setiap hari kunanti keajaiban kabar tentang mu. Namun yang kudapati kabar kematian mu. Kini aku sudah menerima pinangan lelaki lain dan tak mungkin aku mengingkari janji ku untuk kedua kalinya. Maafkan aku jika menurut mu ini menjadi salah ku. Aku harap kau mengikhlaskan diri ku, hapuslah semua kenangan tentang kita yang terpatri di hati mu, janganlah kau ingat lagi. Aku pun akan berusaha menghapus nama mu di hati ku dan  kenangan kita walaupun kurasa sangat sulit. Aku sudah kepunyaan orang lain Sunhaji. Cari lah wanita lain yang pantas dan lebih baik dari ku Sunhaji." Jawab kinanti. Kinanti berusaha tegar mengutarakan hal itu. Dirinya berharap Sunhaji bisa segera melupakan dirinya sebagai cara menebus rasa bersalah nya kepada Sunhaji
Mendengar ucapan Kinanti membuat Sunhaji sangat terkejut. Dia tak menyangka bahwa kekasih yang sangat dia sayangi itu dengan mudah melupakan kenangan mereka berdua. "Baik lah kalo begitu pinta mu Kinanti, tak akan dua kali pokok pisang berbuah, tak akan dua kali pun cinta ku minta. Gugur pucuk sebelum kau petik, mati tunas sebelum kau tanam. Mulai saat ini aku akan ku coba melupakan satu satunya nama yang selama ini bersarang dihati ku dan aku ikhlaskan kau menikah dengan lelaki pilihan mu. Kejarlah kebahagian dunia mu Kinanti. Aku akan meneruskan hidup ku tanpa nama mu lagi. " tegas Sunhaji.Â
Setelah Sunhaji pergi dari rumahnya  Kinanti pun berlari menuju kamarnya, dia menangis sejadi-jadinya. Rasa cinta dan sayang yang masih kuat terhadap Sunhaji tak bisa dia lawan. Sesampai nya dirumah Sunhaji tak kuasa menahan sakit di hatinya. Dirinya memutuskan untuk segera kembali ke Surabaya untuk memulai kehidupan yang baru ." Untuk sementara waktu izin kan aku untuk melupakan tanah kelahiran ini mak.Tanah yang kurindukan dan ditanah ini pula yang mematikan hati ku," pamit Sunhaji kepada ibunda tercinta.
Sunhaji telah berjanji tidak akan kembali ke Sumatera Barat untuk sementara waktu hingga luka dihatinya kering dan bisa terobati. " Pergilah nak. Takdir Allah SWT sudah jatuh kepada engkau. Tentunya Allah tak akan menyia --nyiakan pengorbanan hambanya," Ucap sang Ibu. " Tapi yang harus kau ingat," lanjut sang ibu," Jangan pernah kau melupakan tanah ini. Tanah ini yang telah membuat kau kuat hingga saat ini."Â
 Sementara itu waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Semua orang di kediaman Kinanti tengah bersiap mempersiapkan akad nikah yang akan dilangsungkan sejam lagi. KInanti pun sudah mencoba mengiklaskan dan melupakan kejadian pagi tadi dan kini dirinya berusaha tersenyum menatap masa depan dengan menyambut kedatangan Ridho sebagai suami nya. Namun, Sudah sejam berlalu belum juga Nampak tanda --tanda kedatangan rombongan pengantin.Â
Ibu Mirna dan Ninik mamak sudah siap berdiri didepan rumah untuk menyambut kedatangan rombongan pengantin. Para pengawal yang beranggotakan para gadis dengan pakaian adat minang yang diiringi penari Nampak rapi mengular di koridor depan." Coba hubungi pihak besan sudah sampai dimana mereka saat ini," Ujar Ninik mamak kepada Panitia .
Tak lama itu datang sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menuju dan berhenti didepan rumah KInanti. Hati Kinanti kembali di uji untuk yang kedua kalinya, ketika salah seorang pihak keluaraga Tante Sindi datang bersama pihak kepolisian. Mereka memberi kabar yang membuat semua orang gempar. Bahwa bus yang ditumpangi Ridho dan tante Sindi serta rombongan pengantin mengalami gagal fungsi pengereman dan masuk kedalam jurang yang mengakibatkan beberapa orang meninggal dunia termasuk Ridho . Kinanti yang mendengar kabar tersebut hanya bisa memeluk erat gaunnya. Airmatanya sudah habis untuk semua kesedihan yang sudah dia lewati. Tangisann tak bersuara yang menandakan begitu dalam penderitaa batin yang dialaminya. Takdir cinta yang djalaninya sungguh sangat memberinya pukulan yang dalam untuk kehidupannya.Â