Diam tanpa kata dan hening seketika, Hatinya terasa begitu begejolak tak menentu. Ada perasaan senang yang dirasa Kinanti karena memang setelah lama tak bertemu dengan  Sunhaji, Ridho menjadi satu satu tempatnya mencurahkan keluh kesah terutama soal penyakit sang ibu waktu itu, Namun lebih banyak perasaan bimbang dikarenakan dia telah memegang janji kepada Sunhaji yang kini telah tiada." Kinanti belum bisa menjawab bunda , beri kinanti waktu satu minggu untuk memikirkannya "Jawab Kinanti dengan nada parau.Â
Tante Sindi dan Ridho tak mempermasalahkan pernyataan kinanti tersebut. Mereka pun sangat memahami hati dan kondisi duka yang dialami Kinanti setelah kepergian Sunhaji," Iya tak masalah sayang, pikirkan lah masak -- masak dahulu  karena tante tahu beratnya keputusan yang akan kamu ambil," Jawab tante Sindi dengan tenang.
Setelah satu jam perbincangan, akhirnya tante Sindi dan Ridho pamit untuk pulang. Didalam kamar Kinanti meluapkan kegelisahnnya dengan menangis. Sang ibu yang datang membawa segelas air putih mencoba menenangkan kondisi kebatinan Kinanti," Ibu tahu nak apa yang menjadi kegelisahmu kini, Pikirkan lah dan berdoalah kepada Allah SWT minta lah pentunjuk dari NYA," kata Ibu Mirna sambil mengusap --usap bahu Kinanti. "Soal janji yang engkau pegang Kepada Sunhaji," lanjut sang ibu," itu menjadi takdir Allah untuk mu nak. Mungkin Allah yang menuntun Ridho hingga dia berniat menjadikan mu istrinya adalah cara Allah untuk menghapuskan rasa sedih mu setelah kehilangan Sunhaji," Tandas sang ibu.
Mendengar Ucapan itu, Kinanti memeluk erat sang ibu dan menangis di pundaknya seperti anak kecil. " Kinanti Ikhlas menjalani apa yang menjadi takdir Allah dan menjadi keridhoan ibu kepada kinanti, lusa akan Kinanti beri jawaban atas pinangan itu ," jawab Kinanti sambil tersedu-sedu,
Sang ibu mencium kening Kinanti tanda dia setuju dengan  apa yang dikatakan Kinanti. " Tidurlah nak. Hari sudah larut malam," ujar  ibu Mirna sembari meninggalkan kamar Kinanti. Malam itu setiap jam Kinanti terbangun dari tidurnya, dia selalu terngiang dengan ucapan Sunhaji akan janjjinya. Tepat pukul dua malam Kinanti beranjak dari tempat tidurnya dia ambil secarik kertas dan sebuah pena, Kinanti menulis surat penanda pesan yang akan dia kirim besok kekntor perwakilan Sunhaji yang ada di Surabaya. Dia akan meminta petugas kantor tempat Sunhaji berkerja untuk meletakkan surat tersebut di lokasi tempat Sunhaji tertimbun  longsor.  Surat itu dibuatnya sebagai Ungkapan rasa sayangnya kepada Sunhaji untuk terakhir kali
"Teruntuk kesayangan ku Sunhaji, hari ini tepat 6 bulan 10 hari aku tak mendengar suara mu tak mengetahui keberdaan mu. Masih ku ingat janji kita ketika kita berpisah diterminal itu, untuk saling menunggu dan tak kan saling meninggalkan . Janji yang kita pegang paling tidak hingga saat ini. Kesayangan ku ", lanjut Kinanti dlam surat itu." Sering kali setiap bangun pagi aku berharap ada telepon dari mu. Derap langkah mu didepan pintu rumah ku , suara mu di rongga telinga ku. Setiap tetesan air mata ini menjadi saksi kerinduan ku pada mu. Namun, takdir berkehendak lain . Kini engkau telah pergi meninggalkan ku ke alam keabadian .semoga kau tenang dan Allah SWT mengampuni segala dosa -- dosa MU. Semoga Aku kuat menjalankan hidup ini tanpa cinta mu lagi." Tulis Kinanti sambil berurai air mata. "Sayang ku, besok adalah hari terakhir aku menjawab pinangan dari anak kolega ibu ku. Berat rasa nya keputusan yang ku ambil. Tapi ini adalah takdir ALLAH SWT yang harus aku jalani. Iklaskan diriku wahai sayangku dan ku yakin kau tersenyum mendengar ini disurga. Akan tetapi, yang harus kau ketahui nama mu tak akan sirna dan akan selalu kusimpan di dasar hati ku.
Dari kekasih hati muÂ
Kinanti." Tutup surat tersebut.
Tiba lah masa itu, keesokan harinya Kinanti bersama sang ibu tengah bersiap menanti kedatangan tante Sindi dan ridho yang akan berkunjung untuk mendengar jawaban atas pinangan nya. Hari itu Kinanti mengenakan kebaya berwana merah muda di balur songket batik putih bertunik hitam membuat tante sindi tak berhenti memujinya," Cantik sekali kamu Kinanti," puji tante sindi yang membuat Kinanti tertunduk malu. Pakaian itu adalah pakaian yang pernah dia pakai saat berfoto bersama Sunhaji terakhir kalinya sebelum Sunhaji pergi ke Surabaya. Setelah lama berbincang akhirnya Kinanti mendapat kesempatan untuk mengutarakan jawaban atas pinangan Ridho," InsyaAllah Karna izin NYA kinanti bersedia menjadi istri dari bang Ridho," jawab kinanti . Mendengar jawaban itu Tante Sindi langsung memeluk erat Kinanti tak ayal  membuat ruangan itu menjadi haru dan penuh tetsan air mata bahagia.
Dari pertemuan tersebut mereka pun menyepakati tanggal dan hari akad pernikahan hubungan Kinanti dan Ridho. Rencannya hari itu langsung diadakan tunangan bertukar cincin dan akad nikah akan langsung di adakan di bulan depan. Ridho dengan wajah bahagia menyematkan cincin tanda di jari manis Kinanti. Ridho menatap Kinanti begitu lama dia tak menyangka akhirnya Kinanti bersedia menerima pinangannya.
Di lain tempat , Pihak perusahaan Ridho bekerja sedang sibuk merespon laporan dari warga sekitar kejadian dan team pencarian korban yang mengkabarkan bahwa ada tanda-tanda pergerakan di sekitar lokasi bencana," Ini ada surat dari kekasih Sunhaji dia meminta kita meletakkannnya dilokasi kejadian longsor sabagai pesan terakhirnya," Ujar salah seorang staf yang menerima surat Kinanti kepada Prayitno Supervisor diperusahaan tempat Sunhaji bekerja. Permintaan tersebut tak di indahkan Prayitno karena dirinya bersama team mendapat perintah untuk segera bergegas membawa semua perlengkapan ke lokasi bencana guna melakukan evakuasi ulang terhadap Sunhaji dan team yang terjebak tanah longsor itu," Surat itu nanti kita kasih langsung kepada yang bersangkutan ( Sunhaji) saja, biar aromanya tak hilang tersapu angin," jawab Prayitno penuh harapan. Prayitno berserta team kali ini yakin rekan --rekan mereka masih dalam kondisi hidup. Mendengar itu staf tersebut menganggukan kepala dengan berlinang air mata haru.