Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ikan Pepes dan Emas Buat Toba

9 September 2022   15:31 Diperbarui: 9 September 2022   15:43 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gurgur, sarjana perikanan dari Universitas Riau Pekanbaru dan lulus S2 Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor. Ia seorang yang penuh energi. Dia anak petani dari desa Nalela, Porsea. Kedua orangtuanya buta huruf namun memiliki tanah luas dan banyak kerbau, dan peduli pendidikan anak-anaknya. Terakhir kami berjumpa di Balige beberapa minggu lalu, mengetahui teman saya, Chiko Pardede adalah alumna Universitas Riau, dia minta dipertemukan. Kami pun mampir ke Sekka Craft, studio milik Chiko. Lalu bernostalgialah mereka tentang masa-masa kuliah dulu.

"Saya hampir jadi menantu Pak Haji, lo," katanya kepada saya, selepas pertemuan itu.

Ceritanya, bersama teman-teman sekelompok dari UNRI Pekanbaru, ia mendapat tugas lapangan (PKL) ke Cisaat, Sukabumi. Air di Cisaat melimpah karena banyak curug dan mata air. Warga pun biasa memelihara ikan dan memiliki usaha budidaya ikan air tawar. Jadi mahasiswa ditugaskan ke sana untuk belajar dan melihat cara warga melakukannya.

Selama PKL, mereka tinggal di rumah seorang Haji yang memiliki banyak balong (kolam ikan). Ibu Haji sering menyajikan pepes ikan, jenis masakan khas Sunda. Masing-masing mahasiswa mendapat satu pepes ikan yang dibungkus daun pisang. Tiap kali kawan-kawan sekelompoknya berebut untuk mendapat ikan paling besar. Kecuali Gurgur. Ia merasa diri cukup dan baginya, tidak persoalan mendapat pepes ikan yang kecil.

Rupanya ibu haji memperhatikan sikapnya. Kemudian ibu haji menyisihkan pepes ikan besar untuknya. Ikan itu baru dimunculkan ketika orang yang bersangkutan ada di meja makan. Kenapa Ibu menyisihkan pepas buat saya, tanya Gurgur.

"Ibu sering memperhatikan Nak Gurgur tidak pernah ikut-ikut berebutan ikan dengan teman-teman. Karena itu Ibu tergerak untuk menyisihkan ikan yang besar," jawab Bu Haji.  

Pak Haji punya anak perempuan yang tidak terlalu suka sekolah. Para gadis di daerah itu pada umumnya ingin menikah muda. Karena demikianlah kebiasaannya. Teman-teman kelompoknya grasak-grusuk Gurgur diistimewakan oleh ibu haji karena akan dijadikan menantu. Uniknya, si anak gadis bersikap malu-malu mau digosipkan seperti itu. Dan Gurgur tentu saja, memanfaatkan situasi, tak terpengaruh dengan spekulasi kawan-kawannya.

Gurgur seorang pribadi yang bebas. Berangkat ke Bogor untuk melanjutkan kuliah S2-nya, orangtuanya sudah membayar biaya kuliah dan biaya hidupnya selama setahun. Mereka tidak ingin anak mereka terhalang pendidikannya gara-gara biaya sekolah. Ini sebuah pemikiran modern dari orangtua yang buta huruf namun memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anak.

Ayah dan ibunya adalah pahlawan bagi Gurgur. Ia merasa keberadaannya sekarang ada pengaruh dan peran mereka dalam mendukungnya mendapat pendidikan yang terbaik. Berkali-kali ia kagum dengan kenyataan kedua orangtuanya buta huruf tetapi sangat percaya pendidikan akan mengubah situasi apa pun menjadi lebih baik.

Masa kecilnya berkecukupan ala desa. Ketika ia dewasa, dan sekarang adalah Staf Ahli Komisi VI DPR, ia berpikir anak-anak di mana pun, khususnya di Bona Pasogit, harus mendapat kesempatan bermain dan belajar di sekolah yang seimbang. Seperti yang dialaminya pada masa kecilnya yang indah. Kepada anak-anak juga diberikan tantangan terbaik dalam hal sains dan ilmu pengetahuan lain sehingga sejak kecil mereka tahu bakat di dalam diri.  

Dalam upaya meningkatkan pendidikan bukan hanya di Kabupaten Toba, Gurgur tidak sendiri. Ia merasa perlu menggandeng Martin Manurung Center, yang memiliki tujuan sama dalam hal pendidikan. Tidak boleh ada anak yang tidak sekolah. Upaya yang tidak mudah memang karena ini kegiatan berkelanjutan dan tekad yang kuat. Selama ini ia telah membantu banyak sekolah di banyak kabupaten seperti Humbang Hasundutan, Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, dan lain-lain.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun