Mohon tunggu...
Iswanto Junior
Iswanto Junior Mohon Tunggu... profesional -

penikmat kuliner, politik, budaya & misi kemanusiaan @iswanto_1980

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrat jadi Oposisi, Apakah 'Hina Dina'?

19 Mei 2014   16:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:22 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Konsolidasi demokrasi terus berlangsung menjelang pilpres. Dinamika yang terus berubah, hanya bisa dianalisis lewat komen komen yang berdasarkan teori teori politik yang berlaku permanen.

Pemilu legislatif 2014, menghasilkan pemenang yakni PDIP. Dan euforia ini berlanjut dengan pencalonan Jokowi sebagai presiden. PDIP semakin yakin akan memimpin pemerintahan sekarang bersama PKB dan Nasdem. 10 tahun menjadi Oposisi menjadi pelajaran penting buat partai moncong putih.

Oposisi bukanlah sesuatu yang tabu dalam sistem pemerintahan kita. Walau konstitusi kita belum mengatur tentang oposisi tetapi oposisi berperan sangat penting sebagai penyeimbang pemerintahan.

Keberadaan Demokrat sebagai oposisi sangat dibutuhkan ketika koalisi yang digalang oleh partai pemenang pemilu PDIP bisa menimbulkan ketidakseimbangan kekuatan fraksi fraksi dalam legislatif.

Oposisi harus bisa menjadi penyelaras agar pemerintah tidak over power. Harus dipahami bahwa keberadaan legislatif adalah sejajar dengan eksekutif, sebagai pengawas dan partner eksekutif, jangan sampai 'tangan' legislatif dipakai sebagai alat legalisasi pemerintahan yang berkuasa dalam bertindak semena mena.

Sikap netralitas Partai Demokrat adalah sah dalam demokrasi yang kita anut, lahirnya oposisi sebagai dampak menyeluruh dari sistem kepartaian. Di Amerika Serikat pun, Demokrat dan Republik kadang saling bergantian menjadi oposan.

Oposisi adalah pilihan prosedural demokratis bagi Demokrat yang dilahirkan dari proses pemilihan umum. Oposisi yang dijalankan Demokrat dari kaca mata saya pun akan lebih berbeda dari apa yang sudah dilakukan oleh PDIP selama ini. Jika PDIP menjalankan oposisi setengah hati, maka Demokrat akan berganti peran menjadi Oposisi loyal.

Oposisi loyal adalah salah satu cara efektif untuk dapat mengawasi pemerintahan sehingga terjadi check and Balance dalam sistem pemerintahan kita. Oposisi loyal akan lebih berperan dalam membangun dengan sikap konstruktif yang kritis tanpa bermaksud menjatuhkan pemerintahan yang berkuasa. Selama ini kan PDIP gagal menjalankan fungsi oposisinya karena kebanyakan hanya 'sandiwara politik', begitu juga dengan yang terjadi di parlemen.

Demokrat bisa berperan lebih banyak di parlemen nanti walau tak masuk di pemerintahan. Mekanisme check and Balance harus di fungsikan, agar kontrol terhadap eksekutif bisa terus terjaga.

Sebenarnya harus diakui, bahwa selama 10 tahun, apa yang terjadi diparlemen tidak satupun partai yang berhasil menjadi Oposisi termasuk PDIP yang menclaim dirinya sebagai oposan. Karena selama ini, suara diparlemen hanya lahir dari individu individu kader dan bukan suara partai. Tak ada konsistensi dalam beroposisi.

So, menjadi Oposisi bukanlah pilihan 'hinda dina' bagi Demokrat, justru sikap positif yang tidak mengejar kekuasaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun