Mohon tunggu...
isvana nadine
isvana nadine Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

suka belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kakakku Pahlawanku

27 November 2023   13:50 Diperbarui: 27 November 2023   13:59 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Pagi bu.."
"Nah, anak-anak, hari ini kalian akan mendapat teman baru di kelas kalian, Namanya Alea dan ibu harap kalian bisa cepat akrab dengan Alea. Ayo Alea, perkenalkan diri kamu.." ucap bu Arum halus.

"Halo semua, namaku Alea Kashira biasa dipanggil Alea atau Ale, pindah dari Jakarta. Senang bertemu dengan kalian." Aku memperkenalkan diri dengan singkat.

"Halo Alea.." sapa siswa-siswi balik.

Langsung saja aku duduk di tempat yang bu Arum tunjuk.

"Ale." Akhirnya aku mengeluarkan suara setelah 10 menit berdiam diri dengan lelaki di sebelahku ini yang tampaknya dia juga enggan untuk mengeluarkan suara. Ya... hitung-hitung supaya tidak terlalu canggung.

Lelaki itu menoleh kemudian memeperkenalkan dirinya, Agam namanya. Kemudian tak ada lagi suara dari bangku kami. Hanya suara bu Arum yang sedang menjelaskan di depan kelas.

"Nah, anak-anak, jadi sekarang ibu mau kalian membuat cerita pendek bertemakan pahlawan dalam hidup kalian sesuai struktur yang sudah ibu jelaskan."

Pahlawan dalam hidup?

Wajah kakak tiba-tiba saja terlintas di pikiranku. Sepertinya aku akan membuat cerita pendek tentang kakak saja. Satu-satunya alasanku rajin belajar dan mendapat beasiswa di perguruan tinggi adalah kakak. Aku tidak ingin mengcewakannya setelah semua yang sudah kakak berikan dan perjuangkan untuk memenuhi kehidupan kami. Aku akan membuat cerita awal ketika aku dan kakak harus menghadapi kenyataan kalau mama dan papa sudah tidak ada. Lalu ketika kakak memiliki ide menggunakan uang tabungan dan warisan untuk membangun bisnis kecil-kecilan. Masih jelas di ingatanku, tante yang awalnya menolak mentah-mentah, akhirnya menyetujui ide kakak. Tidak mudah bagi kakak yang pada saat itu berusia 17 tahun membuka bisnis sendiri. Kakak mulai belajar mengenai perbisnisan.

Kakak juga sempat mengalami stress dan putus asa  ketika tak bisa mengimbangi sekolah dan bisnisnya. Namun kini, kakak kuliah di UNAIR jurusan manajemen bisnis dengan beasiswa. Aku bangga dengan kakak. Tanpa kakak entah aku akan menjadi apa.

Satu-persatu kata mulai kurangkai menjadi sebuah kalimat. Dan kumpulan kalimat menjadi sebuah paragraf. Tinggal sedikit lagi cerpen yang kubuat akan selesai. Tinggal sedikit lagi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun