Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Eksplorasi Konsep Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak, Trapesium Usia, dan Roda Emosi

1 April 2024   09:24 Diperbarui: 1 April 2024   09:51 9330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi/FB Isur Suryati 

Nilai kemanusiaan: Kebajikan universal

Pendidikan harus menanamkan nilai kemanusiaan dan kebajikan yang menjadi landasan bersama dalam masyarakat yang beragam. 

Mengapresiasi dan mendukung nilai-nilai yang menguntungkan anak adalah esensi perubahan di pendidikan. 

Diharapkan peserta mengintrospeksi dan menguatkan nilai-nilai yang selaras dengan Program Guru Penggerak. Jawaban refleksi yang seksama akan memperkuat pemahaman konsep tersebut dan kemampuan menggerakkan manusia. 

Tujuannya adalah agar individu dapat menghayati dan mengimplementasikan nilai-nilai universal tersebut dalam peran mereka sebagai pendidik.


A. BAGAIMANA MANUSIA TERGERAK
Pertanyaan pemandu: Apa saja hal yang bekerja secara alami pada diri seorang manusia dan mempengaruhi bagaimana manusia dalam berperilaku?

Perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor internal (emosi, motivasi, nilai-nilai, kognisi, kebiasaan) dan eksternal (lingkungan, insentif, tekanan sosial, kepemimpinan). 

Contohnya, lingkungan budaya memengaruhi norma sosial, sedangkan insentif dapat mendorong perilaku tertentu. 

Manusia dapat mengontrol perilakunya melalui edukasi dan pengembangan diri. Memahami faktor-faktor ini membantu kita memahami diri sendiri dan orang lain, serta mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan yang positif.

A.1. Cara kerja otak: Sistem berpikir cepat dan lambat

Video "Eskalator dan Kerja Otak" menjelaskan dua sistem berpikir manusia: cepat (emosional, intuitif) dan lambat (rasional, logis). 

Otak manusia terdiri dari tiga bagian: reptil (kelangsungan hidup), mamalia (emosi, sosial), dan neokorteks (pikiran kritis, bahasa). 

Dalam kehidupan sehari-hari, kedua sistem ini bekerja bersama. Penting untuk memahami kekuatan dan kelemahan masing-masing untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. 

Emosi memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan. Melatih otak untuk berpikir lebih efektif dapat meningkatkan produktivitas dan fokus.

Perumpamaan Otak 3-in-1 (Triune) Manusia Menggunakan Tangan

Otak manusia, seperti perumpamaan tangan, terbagi menjadi tiga bagian: batang otak (Reptil) mengontrol fungsi tubuh, sistem limbik (Mamalia) mengatur emosi, dan otak berpikir (Primata) menangani pemikiran logis dan bahasa. 

Otak Reptil mengutamakan kelangsungan hidup dengan menganggap segala sesuatu sebagai ancaman. Sementara itu, sistem limbik mengelola emosi dan seringkali mengambil alih kendali diri. 

Otak berpikir menangani pemikiran kritis dan imajinasi. Meskipun otak cenderung mengkonservasi energi, manusia dapat melatihnya untuk tidak selalu dikuasai oleh reaksi cepat emosional, memungkinkan penggunaan sistem berpikir lambat.

A.2. Lima (5) Kebutuhan Dasar Manusia: Kebutuhan Genetis

Manusia memiliki lima kebutuhan dasar: bertahan hidup, diterima, kebebasan, kesenangan, dan kekuasaan. Ini tidak hanya khas manusia, tetapi juga bagi burung, mamalia, dan primata. 

Contoh perilaku menyenangkan terlihat pada hewan bermain. Kebutuhan tersebut mendorong kelangsungan generasi. Perilaku seseorang yang melanggar norma mungkin karena kebutuhan dasar tak terpenuhi. 

Setiap perilaku mencerminkan upaya memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam konteks pendidikan, penting untuk memahami dan mendukung pemenuhan kebutuhan dasar siswa untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan produktif.

A.3. Tahap tumbuh kembang anak - Wiraga-wirama Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara memandang proses belajar haruslah sesuai dengan tahap perkembangan anak. Ia membagi periode usia anak ke dalam 3 tingkatan jiwa tiap 8 tahun. 

Pada usia 0-8 tahun (Wiraga), fokus pada pertumbuhan jasmani dan indera serta memberi akses untuk mengeksplorasi dunia mereka. 

Di usia 9-16 tahun (Wiraga-Wirama), pendidikan menyesuaikan perkembangan pikiran dengan membimbing proses berpikir dan perilaku anak. 

Pada usia 17-24 tahun (Wirama), anak didorong untuk mengelola diri dan mengenali potensi, mempersiapkan diri untuk masa depan yang seirama dengan masyarakat dan lingkungan.

A.3.2. Tahap perkembangan psikososial Erik Erikson

Teori perkembangan psikososial Erik Erikson menyoroti 6 tahapan perkembangan pada periode usia 0-40 tahun. 

Tahap awal, anak membangun rasa percaya dari kasih sayang orang tua. Di usia dini, mereka kembangkan kontrol diri dan kemandirian. 

Pada tahap berikutnya, anak mulai mengeksplorasi tujuan hidup dan perlu didukung untuk mengambil inisiatif. Usia anak sekolah ditandai dengan pengembangan rasa kompeten dari pencapaian. 

Saat remaja, mereka mencari identitas diri dan butuh bimbingan untuk stabil. Di dewasa muda, hubungan pribadi dan cinta mulai dijelajahi, namun kurangnya dukungan sosial dapat menyebabkan isolasi.

Tugas A.

1. Bagaimana Bapak/Ibu memahami hubungan antara cara kerja otak, 5 kebutuhan dasar manusia, tahap tumbuh-kembang anak, dan pengaruhnya terhadap pembentukan kebiasaan dan nilai-nilai hidup manusia? Apa yang membuat pemahaman ini penting bagi Bapak/Ibu?

2. Menurut Bapak/Ibu, nilai-nilai apa yang seharusnya dikuatkan sebagai seorang guru penggerak? Mengapa Bapak/Ibu berpandangan demikian?

Jawaban saya: 

1. Cara otak berfungsi, kebutuhan dasar manusia, dan tahap perkembangan anak berpengaruh pada kebiasaan dan nilai-nilai hidup. Interaksi dengan lingkungan sejak masa kecil membentuk karakter dan moralitas individu. 

2. Guru penggerak perlu menguasai nilai-nilai seperti mendukung murid, reflektif, inovatif, mandiri, dan kolaboratif. Nilai-nilai ini penting dalam memimpin pembelajaran dan mendorong perubahan positif di sekolah. 

Memahami aspek-aspek ini membantu guru merancang pembelajaran yang efektif dan membangun karakter murid yang berkualitas. Informasi lebih lanjut dapat ditemukan dalam Modul 1.2 Pendidikan Guru Penggerak.

B. BAGAIMANA MANUSIA MERDEKA BERGERAK
Pertanyaan pemandu: Apa makna dari pernyataan: manusia merdeka adalah manusia yang berdaya dalam memilih dan mereka termotivasi dari dalam?

"Manusia Merdeka Bergerak" menandakan kebebasan dan kemandirian individu dalam menentukan pilihan dan tindakan. Ini didasari oleh dua pilar utama: berdaya dalam memilih dan termotivasi dari dalam. 

Individu ini memiliki motivasi intrinsik yang kuat, tidak hanya tergantung pada penghargaan eksternal. Contohnya adalah seniman yang melukis karena cinta pada seni. 

Pendidikan berperan penting dalam mengembangkan kekuatan internal dan motivasi intrinsik individu. Diskusi tentang hal ini memperluas pemahaman kita tentang bagaimana mewujudkan kemandirian dan kebebasan dalam bertindak.

B.1. Manusia Merdeka: Berdaya dalam Memilih (Teori Pilihan)

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa pendidikan harus memunculkan manusia merdeka yang bertanggung jawab dalam memilih jalan kodratnya. Sebagai anggota masyarakat, kita berkontribusi dalam berbagai lingkungan. 

William Glasser menyoroti teori pilihan, menyatakan bahwa perilaku manusia adalah hasil dari pilihan mereka sendiri. Kita perlu terus berlatih untuk fokus pada saat ini, menghindari kebiasaan buruk, dan peduli pada orang lain. 

Kesadaran ini memperkuat kemampuan kita dalam memilih dengan bijaksana. Dengan begitu, kita dapat membangun hubungan yang harmonis dan mencapai keselamatan serta kebahagiaan.

Aksioma1 terkait "pilihan" (Glasser, 1998)

Glasser (1998) menegaskan aksioma terkait pilihan untuk meredefinisi "diri kita yang merdeka":

1. Hanya diri kita yang dapat kita kendalikan.
2. Kita hanya bisa memberikan informasi kepada orang lain.
3. Masalah psikologis berakar dari hubungan.
4. Masalah relasi hadir dalam kehidupan saat ini.
5. Masa lalu memengaruhi, tapi kita fokus pada kebutuhan dan rencana masa depan.
6. Kebutuhan dipenuhi sesuai gambaran realitas dalam pikiran kita.
7. Setiap tindakan adalah perilaku.
8. Perilaku terdiri dari tindakan, pemikiran, perasaan, dan fisiologis.
9. Perilaku adalah hasil pilihan, dengan kontrol atas tindakan dan pemikiran.
10. Fokus pada tindakan yang dapat diambil, bukan menjadi korban keadaan.

B.2. Manusia Merdeka: Termotivasi dari Dalam (Motivasi Intrinsik)

Dalam UU RI No. 20/2003, pendidikan dirumuskan sebagai pembentukan potensi anak dari dalam. Teori determinasi diri oleh Ryan dan Deci menekankan pentingnya motivasi intrinsik. 

Pendidik harus menciptakan lingkungan belajar yang memperkuat rasa kompeten, saling terhubung, dan otonomi anak. Anak perlu merasakan hal ini secara pribadi dan mendalam.

"Merasa" menjadi kunci, menunjukkan perlunya pengalaman yang memperkuat emosi anak. Oleh karena itu, pendidik harus berupaya memperkuat diri untuk membangun motivasi intrinsik anak dalam menentukan jalan hidupnya.

B.3. Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila

Profil Pelajar Pancasila adalah pedoman integral bagi pendidikan Indonesia, menegaskan tujuan pendidikan mencapai keselamatan dan kebahagiaan tertinggi. 

Melalui keenam dimensi, pelajar diarahkan menjadi individu yang beriman, mandiri, gotong royong, berkebinekaan global, bernalar kritis, dan kreatif. Setiap dimensi memiliki elemen dan subelemen yang menggambarkan karakter yang diharapkan. 

Pendidik memiliki peran penting dalam menanamkan dan menjalankan profil ini secara konsisten, menjadi teladan bagi murid. Program Guru Penggerak mendukung pendidik dalam membentuk Profil Pelajar Pancasila agar terwujud dalam praktik pembelajaran.

B.4. Nilai-nilai Guru Penggerak

Guru Penggerak memiliki nilai-nilai yang penting dalam membawa perubahan. Mereka harus memahami dan menginternalisasi nilai-nilai seperti berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. 

Dengan berpihak pada murid, mereka memprioritaskan kepentingan murid dalam setiap keputusan. Sementara itu, mandiri dan reflektif membantu mereka terus belajar dan memperbaiki diri. 

Kolaboratif memungkinkan mereka membangun kerjasama yang positif dengan semua pemangku kepentingan. Dan nilai inovatif memunculkan gagasan segar untuk mencapai visi bersama. Dengan nilai-nilai ini, Guru Penggerak menjadi motor perubahan yang efektif dalam pendidikan.

Tugas B

1. Setelah memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik, manakah dari nilai-nilai Guru Penggerak yang dikuatkan?

2. Bagaimana tindakan spesifik yang dapat dilakukan oleh Bapak/Ibu untuk menguatkan diri sendiri dalam memberdayakan murid dalam memilih jalan kodratnya?

3. Apa langkah konkret yang dapat diambil untuk memperkuat tumbuhnya motivasi intrinsik murid dalam mengejawantahkan Profil Pelajar Pancasila?

4. Bagaimana Guru Penggerak dapat menerapkan teori pilihan dan motivasi intrinsik dalam memperkuat nilai-nilai mereka dalam konteks pendidikan?

Jawaban saya: 

1. Guru Penggerak yang memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik semakin menguatkan nilai-nilai seperti berpihak pada murid, reflektif, inovatif, mandiri, dan kolaboratif. 

Mereka menerapkan pembelajaran berpusat pada murid, memberikan umpan balik konstruktif, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memberi kesempatan belajar dari pengalaman, dan menjadi contoh yang baik. 

2 dan 3

Dengan demikian, mereka dapat memberdayakan murid dalam memilih jalan kodratnya dan menumbuhkan motivasi intrinsik mereka untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila. 

4. Penting bagi Guru Penggerak untuk terus belajar dan berkembang agar bisa memberikan dukungan yang terbaik bagi murid.

C. BAGAIMANA MENGGERAKKAN MANUSIA: MENUNTUN KEKUATAN KODRAT MANUSIA

Pertanyaan pemandu:  Bagaimana struktur sistemik lingkungan dalam pembentukan nilai-nilai dalam diri seseorang?

Jawaban saya:

Lingkungan tempat seseorang tumbuh memengaruhi nilai-nilai yang dipegangnya. Terdiri dari keluarga, sekolah, masyarakat, media, dan teknologi, struktur lingkungan membentuk nilai-nilai melalui sosialisasi, peniruan, dan penguatan. 

Misalnya, anak dari keluarga religius cenderung memiliki nilai-nilai keagamaan yang kuat. Siswa dari sekolah yang mengedepankan kepemimpinan mungkin memiliki nilai kepemimpinan yang kuat. 

Struktur ini memengaruhi individu secara signifikan, oleh karena itu, penting bagi mereka untuk memahami pengaruh lingkungan dan memilih nilai-nilai yang ingin dipegang.

C.1. Berpikir strategis dan menguatkan lingkaran pengaruh

Sebagai guru penggerak, penting untuk memahami konsep lingkaran pengaruh dalam membawa perubahan. Dalam gambaran ini, guru diibaratkan sebagai supir yang mengendalikan arah kendaraan perubahan. 

Melalui relasi yang kuat dan komunikasi terbuka, guru memperluas pengaruhnya dari diri sendiri hingga ke institusi dan masyarakat. 

Namun, di luar lingkaran pengaruh, ada lingkaran kepedulian dan perhatian yang tidak dapat langsung dipengaruhi. 

Guru perlu fokus memperluas lingkaran pengaruhnya dengan memulai dari diri sendiri, menjadi pemimpin individu, dan mengadopsi pemikiran strategis dalam menciptakan gotong-royong untuk mencapai tujuan pendidikan.

C.2. Diagram identitas gunung es

Guru memiliki potensi besar sebagai teladan bagi murid. Lumpkin (2008) menekankan peran guru dalam membentuk karakter melalui pertimbangan moral. 

Dalam video "Diagram Identitas Gunung Es", guru diibaratkan sebagai tukang kebun yang merawat nilai-nilai kebajikan dalam diri murid. Mereka dapat mempengaruhi lingkungan untuk menumbuhkan karakter yang baik. 

Guru perlu menjadi teladan nilai-nilai kebajikan dan memanfaatkan berbagai aspek lingkungan untuk mengembangkan nilai-nilai tersebut. Dengan konsistensi dan kolaborasi komunitas sekolah, guru dapat secara efektif membantu murid menginternalisasi nilai-nilai kebajikan.

C.3. Peran Guru Penggerak

Guru Penggerak memiliki lima peran utama: sebagai pemimpin pembelajaran, coach bagi guru lain, pendorong kolaborasi, penggerak kepemimpinan murid, dan penggerak komunitas praktisi. Mereka menginternalisasi nilai-nilai dan mempraktikkannya dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. 

Guru Penggerak mendorong semangat, memberdayakan, mempengaruhi, dan memelihara kebaikan. 

Dengan filosofi "Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani", mereka memimpin dengan mengedepankan inkuiri-apresiatif, membimbing dalam coaching, menggalang kolaborasi, memajukan kepemimpinan murid, dan menggerakkan komunitas praktisi menuju pembelajaran berkualitas dan inovatif. 

Melalui Program Guru Penggerak, mereka dilatih untuk menjadi agen perubahan dalam pendidikan.

Tugas C

1. Bagaimana Diagram Identitas Gunung Es terhubung dengan Profil Pelajar Pancasila dan Transformasi Pendidikan?

Diagram mengilustrasikan bahwa karakter manusia lebih dari perilaku terlihat, mencerminkan dimensi Profil Pelajar Pancasila yang kasat mata dan tidak kasat mata. Transformasi pendidikan bertujuan membentuk murid sesuai profil ini. 

Guru Penggerak memainkan peran kunci dalam proses ini dengan memahami karakter murid, merancang pembelajaran holistik, menjadi contoh, mendorong refleksi, dan membangun komunitas belajar. 

Penting bagi Guru Penggerak untuk terus belajar dan berkembang guna memberikan dukungan yang efektif dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

2. Apa konsekuensi logis dari diagram identitas gunung es pada peran saya sebagai Guru Penggerak dalam transformasi pendidikan?

Guru Penggerak harus memahami karakter murid melampaui perilaku, termasuk nilai-nilai dan keyakinan. Mereka harus merancang pembelajaran holistik yang mengembangkan keterampilan dan karakter. 

Sebagai teladan, mereka harus mencerminkan Profil Pelajar Pancasila. Guru Penggerak juga perlu mendorong refleksi agar murid dapat memahami nilai-nilai dan sikap mereka. 

Selain itu, membangun komunitas belajar yang mendukung Profil Pelajar Pancasila juga penting. Dengan demikian, Guru Penggerak dapat memberikan dukungan yang efektif dalam transformasi pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun