Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Eksplorasi Konsep Modul 1.4. Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal

2 Oktober 2023   13:05 Diperbarui: 2 Oktober 2023   13:08 10294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi unjuk kabisa kaulinan tradisional (Dok.Pribadi)

Modul 1.4 ini memperkenalkan konsep Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal dalam konteks pendidikan. Dalam catatan ini, saya akan mengajak Anda untuk menyadari betapa pentingnya memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep yang ada dalam modul ini dalam membentuk karakter dan perilaku siswa, serta dalam pengembangan diri kita sebagai pendidik.


Kegiatan 'Cobalah Buka' dan Tanggapan Replektif


Kegiatan 'Cobalah Buka' adalah cara yang menarik untuk memulai eksplorasi konsep Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal. Dalam kegiatan ini, dua individu, yang akan kita sebut sebagai A dan B, terlibat dalam sebuah eksperimen. A memiliki sesuatu yang berharga dalam genggaman tangannya, dan B ditugaskan untuk mencoba membuka tangan A dalam waktu 30 detik.

Pertanyaan pertama dan kedua dalam kegiatan ini menggambarkan berbagai kemungkinan respon dari individu A terhadap upaya B untuk membuka tangan A. Sebagian mungkin bersedia membuka tangan mereka, sementara yang lain mungkin tetap bertahan menutupnya. Ini mencerminkan kontrol penuh atas tindakan tersebut yang ada pada individu masing-masing.


Namun, pertanyaan ketiga mengundang kita untuk merenung lebih dalam. Siapa yang sesungguhnya memiliki kendali atau kontrol penuh atas tindakan tersebut? Jawabannya adalah individu A, yaitu kita sendiri. Meskipun B berusaha dengan berbagai cara untuk membuka tangan A, keputusan akhir tetap ada dalam wewenang A. Ini menggambarkan konsep bahwa individu memiliki kendali penuh atas tindakan mereka, bahkan dalam situasi yang mungkin mendapatkan tekanan dari orang lain.



Teori Kontrol oleh Dr. William Glasser


Dalam modul ini, kita juga diperkenalkan pada Teori Kontrol yang dikemukakan oleh Dr. William Glasser. Teori ini menyoroti empat miskonsepsi yang perlu dipahami dalam konteks kontrol pribadi.


Pertama, miskonsepsi bahwa guru atau pihak lain memiliki kendali penuh atas individu adalah salah. Sebenarnya, individu adalah yang memilih untuk membiarkan diri mereka dikendalikan. Artinya, kontrol pribadi ada dalam tangan individu itu sendiri.


Kedua, konsep penguatan positif atau bujukan sering dianggap sebagai bentuk kontrol. Namun, Glasser mengajarkan bahwa penguatan positif yang efektif adalah ketika individu secara sukarela memilih tindakan positif, bukan karena dorongan eksternal semata.


Ketiga, kritik dan perasaan bersalah tidak efektif dalam memperkuat karakter seseorang. Sebaliknya, hal itu dapat merusak identitas individu dan menghambat perkembangan positif.

Terakhir, orang dewasa tidak memiliki hak untuk memaksa individu untuk melakukan sesuatu. Pemaksaan hanya akan menyebabkan permusuhan dan tidak akan membangun hubungan pendidikan yang sehat.


Dalam konteks ini, Teori Kontrol menggarisbawahi pentingnya pemahaman bahwa setiap tindakan yang diambil oleh individu memiliki tujuan, bahkan jika tujuan tersebut tidak selalu disukai oleh orang lain. Ini juga menyoroti pentingnya mengubah paradigma dari pemaksaan eksternal ke pengendalian internal.


Disiplin Positif dalam Pendidikan


Ketika kita berbicara tentang Disiplin Positif dalam pendidikan, kita merujuk pada aturan dan tindakan yang bertujuan untuk mengontrol perilaku siswa. Namun, perbedaan utama adalah bahwa pendekatan ini fokus pada penggunaan strategi yang positif dan mendukung perkembangan karakter yang baik.


Diane Gossen, seorang ahli dalam bidang ini, menyatakan bahwa asal kata "disiplin" adalah "belajar". Ini menunjukkan bahwa disiplin seharusnya bukan tentang menghukum, tetapi tentang membimbing siswa untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan belajar dari pengalaman tersebut. Dalam pendekatan Disiplin Positif, siswa diajarkan untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka dan belajar dari kesalahan mereka.


Nilai-Nilai Kebajikan Universal


Seiring dengan konsep Disiplin Positif, modul ini juga membahas Nilai-Nilai Kebajikan Universal. Nilai-nilai ini adalah prinsip-prinsip moral yang diakui secara luas tanpa memandang latar belakang individu, budaya, atau agama. Beberapa nilai-nilai kebajikan yang umum meliputi kejujuran, keadilan, rasa tanggung jawab, empati, dan banyak lagi.


Salah satu contoh yang sangat menarik adalah "Profil Pelajar Pancasila," yang memiliki enam pilar karakter yang mencakup nilai-nilai kebajikan seperti mandiri, berpikir kritis, dan kreatif. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai kebajikan dapat menjadi dasar yang kuat dalam membentuk karakter individu dalam berbagai konteks budaya dan pendidikan.


Peran Guru dalam Mengajarkan Nilai-Nilai Kebajikan


Sebagai pendidik, kita memiliki peran yang sangat penting dalam mengajarkan nilai-nilai kebajikan kepada siswa. Salah satu pendekatan yang efektif adalah dengan memberikan contoh yang baik. Guru yang menunjukkan nilai-nilai kebajikan dalam tindakan dan perilaku mereka akan menjadi panutan yang kuat bagi siswa.

Ilustrasi memberikan apresiasi positif (Dok.Pribadi)
Ilustrasi memberikan apresiasi positif (Dok.Pribadi)


Selain itu, komunikasi yang tegas dan jelas tentang aturan dan ekspektasi adalah komponen penting dari Disiplin Positif. Ketika siswa memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan melihat bahwa aturan ini diterapkan secara konsisten, mereka lebih cenderung menginternalisasi nilai-nilai kebajikan yang mendasari aturan tersebut.


Umpan balik positif juga merupakan strategi yang efektif dalam mendukung pengembangan nilai-nilai kebajikan. Ketika siswa diberi pengakuan dan pujian atas perilaku yang positif yang mencerminkan nilai-nilai kebaajikan, mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk terus berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut.


Perubahan Motivasi dalam Karir Guru Penggerak


Dalam modul ini, kita juga diajak untuk merenung tentang perubahan motivasi dalam karir sebagai seorang Guru Penggerak. Awalnya, motivasi mungkin bersifat eksternal, seperti mendapatkan penghargaan atau imbalan tertentu. Namun, seiring berjalannya waktu, motivasi tersebut dapat berubah menjadi dorongan yang lebih dalam.


Perubahan motivasi ini sering kali terjadi ketika seorang guru penggerak mulai menyadari bahwa pekerjaannya memiliki dampak yang signifikan pada pendidikan dan perkembangan siswa. Kepuasan muncul ketika melihat perubahan positif dalam perilaku dan prestasi siswa serta kontribusi yang diberikan kepada rekan guru.


Perubahan ini berdampak positif pada pengembangan diri sebagai pendidik. Guru yang terus-menerus merasa terdorong untuk meningkatkan keterampilan mereka, belajar, dan mengembangkan diri mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Hal ini juga memengaruhi cara mengajar mereka, menciptakan suasana kelas yang lebih dinamis dan mendukung pertumbuhan siswa.

Yang terpenting, perubahan motivasi ini memberikan makna yang lebih dalam pada pekerjaan sebagai Guru Penggerak. Mereka merasa memiliki peran yang signifikan dalam membentuk masa depan generasi muda dan menciptakan perubahan positif dalam sistem pendidikan.


Ketika Aturan Eksternal Tidak Ada

Sebagai guru, kita juga harus merenung tentang bagaimana kita akan berperilaku ketika aturan eksternal tidak ada atau tidak berlaku. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah kita akan tetap berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kebajikan, meskipun tidak ada hukuman atau penghargaan eksternal yang mengarahkan tindakan kita?


Ini adalah pertanyaan yang sangat penting dalam konteks pendidikan. Apakah kita mematuhi aturan dan berperilaku baik hanya karena takut mendapatkan hukuman atau demi mendapatkan penghargaan eksternal, atau apakah kita memiliki disiplin diri internal yang mendorong kita untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai kebajikan?


Jika kita memiliki disiplin diri internal, kita akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar, memberikan contoh yang baik kepada siswa, dan bertindak dengan integritas, bahkan tanpa adanya aturan eksternal yang mengharuskan kita melakukannya. Ini adalah manifestasi dari nilai-nilai kebajikan yang kita yakini dan internalisasi atas prinsip-prinsip moral yang kita anut.


Motivasi dalam Perilaku Siswa


Selain memahami perubahan motivasi dalam diri kita sendiri, kita juga perlu mempertimbangkan motivasi dalam perilaku siswa. Dalam banyak kasus, motivasi siswa dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor.


Pertama-tama, kita harus mengakui bahwa siswa bukanlah entitas homogen. Mereka memiliki latar belakang, minat, dan pengalaman yang berbeda. Oleh karena itu, motivasi mereka juga bisa sangat beragam.


Saat ini, kita sering melihat bahwa siswa mungkin terdorong oleh kombinasi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri siswa, seperti minat dalam suatu pelajaran atau kepuasan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik, di sisi lain, datang dari faktor-faktor eksternal seperti penghargaan, pengakuan, atau hukuman.

Ilustrasi motivasi intrinsik (Dok.Pribadi)
Ilustrasi motivasi intrinsik (Dok.Pribadi)


Contoh konkretnya adalah seorang siswa yang memiliki minat mendalam dalam matematika (motivasi intrinsik) tetapi juga dihargai oleh guru dan orang tua karena prestasinya dalam pelajaran tersebut (motivasi ekstrinsik).

Namun, perlu diingat bahwa motivasi ekstrinsik cenderung bersifat sementara. Ketika dorongan eksternal seperti penghargaan atau hukuman tidak lagi ada, motivasi siswa dapat mengendur. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk menciptakan lingkungan di mana motivasi intrinsik dapat berkembang. Ini melibatkan penyajian materi pelajaran dengan cara yang menarik dan relevan bagi siswa, sehingga mereka merasa termotivasi untuk belajar karena minat mereka sendiri.


Strategi Menerapkan Disiplin Positif


Bagaimana seorang pendidik dapat menerapkan konsep Disiplin Positif dalam lingkungan kelas? Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menanamkan disiplin positif pada siswa dan mempromosikan nilai-nilai kebajikan:


Memberikan Contoh Positif
Sebagai guru, menjadi contoh yang baik adalah kunci. Siswa cenderung meniru perilaku guru mereka. Oleh karena itu, penting untuk menunjukkan nilai-nilai kebajikan dalam tindakan dan kata-kata kita sehari-hari. Misalnya, jika kita ingin siswa jujur, kita harus menunjukkan kejujuran dalam segala hal yang kita lakukan.


Komunikasi yang Tegas dan Jelas
Siswa perlu memahami aturan dan ekspektasi dengan jelas. Komunikasikan aturan kelas secara tegas dan pastikan siswa tahu apa yang diharapkan dari mereka. Ini membantu menciptakan batasan yang jelas dalam kelas.


Umpan Balik Positif
Memberikan umpan balik positif atas perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan sangat penting. Ini bisa berupa pujian, penghargaan, atau pengakuan atas tindakan baik siswa. Umpan balik positif memperkuat perilaku yang diinginkan.


Konsekuensi yang Diberikan dengan Bijak
Ketika siswa melanggar aturan atau perilaku mereka tidak sesuai dengan nilai-nilai kebajikan, konsekuensi perlu diterapkan dengan bijak. Konsekuensi tersebut haruslah berfungsi sebagai pembelajaran, bukan sebagai hukuman semata. Ini membantu siswa untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka.


Dialog dan Diskusi
Melibatkan siswa dalam dialog dan diskusi tentang nilai-nilai kebajikan dapat membantu mereka memahami pentingnya nilai-nilai tersebut.


Dalam penutup, modul 1.4 menegaskan pentingnya dukungan bersama dalam menciptakan lingkungan sekolah yang positif sesuai dengan standar kompetensi. Kepemimpinan yang efektif diperlukan untuk membangun budaya positif dalam pendidikan dan menghasilkan siswa dengan karakter, disiplin, integritas, dan tanggung jawab sesuai dengan standar lulusan yang ditetapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun