Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Antara Percaya dan Tidak, Fenomena Makhluk Tak Kasat Mata

15 Februari 2022   21:36 Diperbarui: 15 Februari 2022   21:48 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ruang tamu |pexels.com/Alexandr Podvalny

Antara percaya dan tidak

Hingga kini, saya masih saja merasa tidak percaya dengan kejadian, yang menurut saya agak 'mistis' ya. Kompasianer boleh percaya atau tidak. Karena, sejujurnya saya juga masih bimbang, antara percaya dan tidak. Saya sebenarnya percaya dan yakin bahwa mahluk ghoib itu ada. Bukankah, angin, cinta, suka, malaikat, jin, dan kentut juga tak kasat mata, kan? Jadi, tentang hal itu, saya percaya. 

Saya juga sering mendengar cerita dan kisah-kisah tak kasat mata ini dari rekan kerja, keluarga, dan tetangga. Hasilnya, saya selalu terpesona dan melongo mendengar cerita-cerita tersebut. Finalnya di rumah, saya ketakutan sendiri. Bahkan, ke kamar mandi pun tidak berani kalau malam-malam. Memori tentang kisah mistis dan menakutkan ternyata tahan lama, ya. Lepas satu bulan, baru saya dapat menjalani kehidupan dengan normal kembali. 

Sebelum satu bulan, saya selalu merasa ada yang mengikuti, entah siapa. Rumah terasa bagai latar dari kisah yang diceritakan tersebut. Beberapa peristiwa yang saya alami, ibarat susunan kejadian dalam kisah, saya merasa bagai tokoh utama dalam cerita itu. Ah, sungguh merepotkan, ya dampaknya.

Dengan demikian, bila ada yang bercerita soal mahluk tak kasat mata yang 'menakutkan', saya pergi jauh-jauh deh. Kapok dengan efeknya pada memori otak. Pokoknya, saya percaya saja, dengan kisah-kisah itu. Namun, saat mengalaminya sendiri. Entah mengapa, saya bertanya, "Benar tidak, ya kejadian yang baru saya alami?" Kesannya seperti tidak percaya.

Begini kisah mistis yang saya alami

Jum'at, dua puluh empat Juli 2015 saya di rumah berdua saja sama 'Si bontot' sekarang statusnya jadi si tengah, karena anak ketiga lahir pada tahun 2019. Suami ada tugas luar dari kantornya, ke Bandung mengambil blanko ijazah SMP se-kabupaten. Si Sulung nginep di rumah neneknya. Awalnya saya tidak mengizinkan dia menginap. Tapi, karena air mukanya memelas, saya pun akhirnya luluh mengizinkan ia pergi.

Bukan tanpa alasan, saya merasa tidak kerasan berdua saja di rumah. Alif yang baru berumur dua tahun, ritme tidurnya tidak teratur. Dari bayi dia selalu tidur malam, diatas pukul dua belas. Terkadang pukul dua dia baru bisa terlelap. Saya relakan waktu tidur saya untuk begadang menemaninya. Hampir tiap malam, sejak dia lahir.

Biasanya, kalau suami atau Si sulung ada di rumah. Saya bisa terlelap sebentar. Dari Maghrib hingga pukul sebelas malam. Lumayan, memulihkan energi. Pukul sebelas hingga pukul dua, gantian saya yang jaga. Suami bagian tidur. Begitulah ritme tidur kami sekeluarga.

Sebenarnya anak saya yang pertama pun, sekarang usia delapan tahun. Ketika bayi selalu begadang. Bedanya, dia asyik main sendiri dengan robot-robot kesayangannya. Jadi semalam apapun dia tidur. Saya dan suami tidak terganggu. Kami bisa tidur nyenyak. Kalau pukul dua belas saya terbangun. Dia sudah terlelap di samping saya dengan robot-robotnya. 

Berbeda dengan kakaknya, Alif anak yang aktif sekali. Mainan kesukaannya mobil truk dan semua mobil yang berukuran besar, seperti kol bak, mobil box, mobil tangki, bus dan truk tronton. Saya sudah hapal betul dengan rutinitas malamnya. Pukul tujuh minta dimasakin mie, pukul sembilan minta teh manis, pukul sepuluh minta susu Frisian Flag plus taburan koko krunch, pukul dua belas minta main ipad, game pou dan thomas. Pukul satu dia pup, minum asi dan pukul dua baru tidur.

Tapi, malam ini sungguh berbeda. Mungkin karena siangnya tidak tidur, saking asyiknya bermain bersama kakaknya. Suasana rumah yang sepi membuat dia jatuh tertidur bada Maghrib. Saya berucap syukur dengan lega. "Bisa istirahat nih, ..." Begitu pikir saya. Betul saja, saya pun ikut lelap tertidur menemaninya. Bersama TV yang masih menyala. Saya lupa mematikannya, saking senengnya kali, bisa tidur sore-sore. Keberuntungan yang sangat langka.

Pukul sepuluh teng, Si Kecil bangun, merengek minta makan. Saya pun, walau agak enggan pergi ke dapur, menggorengkan telur siram kecap kesukaanya. Dia makan dengan lahap. Saya menungguinya sambil nonton film, entah film apa, yang penting di rumah tidak sepi. Semua lampu menyala, begitu kebiasaan saya kalau suami sedang tidak di rumah.

Pukul dua belas. Si Kecil berlari ke ruang tamu sambil berkata, "Mah ada amu!" Katanya dengan cadel. Deg. Jantung saya serasa berhenti berdenyut. "Amu! Dia pasti mau bilang ada tamu. Tengah malam begini." Batin saya, tapi kemudian saya menepis pikiran itu dan bertanya, "Dimana tamunya, Dek?" Si Kecil menjawab, "Tuh, lagi uduk di uci." Jawabnya. Sambil menunjuk kursi di ruang tamu. 

Tiba-tiba saja bulu kuduk saya meremang. Badan terasa dingin dan kaku. Hati dagdigdug tidak karuan. Saya takut. Tiap malam saya begadang ngejagain dia, tapi baru kali ini saya merasa takut yang berlebihan, hingga seluruh badan tidak bisa digerakkan, bibir pun terasa kelu. Bahkan untuk sekedar mengucap lapadz Allah. Dalam hati saya terus berdzikir, minta perlindungan, agar saya diberi kekuatan untuk menghadapi malam yang panjang ini. Betapa dalam keadaan seperti ini. Detik dan menit terasa begitu lama. Apalagi suami tidak ada menelepon. Padahal saya sangat berharap HP diatas meja itu berbunyi. 

Si kecil asyik bermain dengan mobilnya. Sesekali matanya menoleh ke ruang tamu. Ke arah kursi yang ia sebut ada tamunya itu. Dia pun tertawa, seperti ada yang mengajaknya tertawa. Saya semakin mengkerut di depan TV. Dengan baju hangat dan selimut tebal hampir menutupi seluruh tubuh. "Saya takut, Ya Allah!" Keluh saya dalam hati.

Andaikan badan ini bisa bergerak. Saya ingin melesat keluar dan berteriak minta tolong, membangunkan seluruh tetangga. Saya tidak tahan dengan kondisi yang menyeramkan ini.

Fenomena mahluk tak kasat mata

Dinukil dari kompas.com bahwa sebenarnya ketika ada orang yang berkata pernah melihat hantu, hingga bulu kuduk berdiri, badan terasa dingin, ada hawa negatif, dan sebagainya. Hal tersebut sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah lho. Apakah kamu ingin tahu bagaimana penjelasannya?

Joe Nickell-peneliti senior dari Komite Penyelidikan Skeptis dalam penyelidikan ilmiahnya tentang klaim aktivitas paranormal menjelaskan bahwa, mahluk tak kasat mata muncul dan tampak seakan-akan menampakkan diri pada seseorang, itu diakibatkan oleh sebuah kondisi psikologis yang dinamakan sleep paralysis.

Sleep paralysis biasanya akan terjadi saatseseorang sedang tidur. Sebagaimana namanya, sleep paralysis adalah ketidakmampuan tubuh untuk segera bangun ketika dalam keadaan tidur. Namun, ternyata sleep paralysis juga dapat terjadi saat orang dalam keadaan terjaga. Menurut Priyanka Yadav -pakar tidur dari Somerset Medical Sleep for Life Center Hillsborough, hal itu disebut juga sebagai gejala halusinasi hypnagogic, biasanya terjadi dalam beberapa detik, hingga dua menit.

Ada beberapa kondisi yang terjadi pada manusia, hingga seakan-akan dia melihat bayangan masuk ke kamar, tidak bergerak saat tidur, ada hembusan angin pada tengkuk, dan lain-lain. Kondisi-kondisi tersebut adalah :

1. Dalam keadaan psikotik 

2. Penggunaan narkoba

3. Kurang tidur

4. Epilepsi Lobus Temporal

5. Ilusi yang dihasilkan otak saat sedang lelah

6. Sakit mata

Nah, saya baru tahu jawabannya sekarang, mungkin anak saya melihat penampakkan tersebut. Karena, selama ini dia memang selalu begadang, dan akhirnya kurang tidur.

Akhir kisah tamu tidak terlihat

Alhamdulillah, pukul setengah dua terdengar deru mobil suami masuk garasi. Fiuh, saya bernafas lega. Akhirnya, suami datang. Tiba-tiba saja rasa takut yang tadi menghimpit begitu kuat itu, lenyap tidak berbekas. Si Kecil menghambur ke ruang depan sambil berteriak, "Papa, Ma! .... Papa, Ma!" Begitu celotehnya.

Saya pun ikut keluar menyambut suami. Kami pun masuk ke rumah bersama-sama. Tiba di kursi yang ditunjukkannya tadi, Si Kecil berhenti dan berkata, "Ma, amunya teu aya! (tamunya tidak ada)." "Tamu apa, Dek?" Suami bertanya pada si kecil, sambil memangkunya. "Amu, amu Mama, tadi uduk di uci ini!" tunjuk Si Kecil. Suami memandang saya penuh tanya. Saya mengangguk, "Iya, Pa ... tamu tidak terlihat! Hanya Dedek yang bisa melihatnya. Nanti deh, Mama cerita!" Bisik saya, suami mengangguk penuh pengertian. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun