Aneka takjil ditata di lapak-lapak. Cantik menarik berwarna warni. Semua sudah dikemas. Styrofoam, gelas plastik, mika, daun pisang, karton, dan aneka kemasan unik dan menarik lainnya. Eye catching! Apa implikasi yang tersembunyi di balik kemasan aneka takjil? Sampah!Â
Ramadan adalah bulan penuh berkah, di mana umat Muslim di seluruh dunia berlomba-lomba meningkatkan ibadah dan amal kebaikan. Namun, di balik kemeriahan Ramadan, ada permasalahan lingkungan yang sering terlupakan, yaitu peningkatan produksi sampah.
Saat kita membeli takjil berupa minuman, di situ ada gelas plastik. Saat membeli kue, ada styrofoam yang terbawa, membeli gorengan, dibungkus kantong plastik. Belum lagi takjil yang lain. Belum lagi kalau jumlahnya tidak hanya satu, tapi sebanyak anggota keluarga. Berarti semakin banyak sampah yang kita bawa.
Setiap tahun, selama bulan Ramadan, volume sampah meningkat secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti meningkatnya konsumsi makanan dan minuman, penggunaan kemasan sekali pakai, dan tradisi berbagi makanan (takjil) yang telah dikemas seringkali menghasilkan banyak sampah plastik.
Peningkatan produksi sampah ini tentu berdampak buruk bagi lingkungan. Sampah yang menumpuk dapat mencemari tanah, air, dan udara. Selain itu, sampah plastik yang sulit terurai juga dapat membahayakan kehidupan hewan dan tumbuhan.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menerapkan "diet sampah" selama bulan Ramadan.Â
Diet sampah adalah upaya untuk mengurangi produksi sampah dengan cara mengubah pola konsumsi dan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
Berikut adalah beberapa tips diet sampah yang dapat kita terapkan selama Ramadan:
1. Rencanakan menu makanan sesuai kebutuhan saja.
Rencanakan menu sahur dan berbuka puasa dengan cermat agar tidak ada makanan yang terbuang. Belilah bahan makanan secukupnya dan hindari membeli makanan yang tidak perlu.
2. Hindari penggunaan kemasan sekali pakai.
Bawa wadah dan tas belanja sendiri saat membeli makanan atau takjil. Hindari penggunaan plastik sekali pakai, seperti kantong plastik, sedotan plastik, dan wadah styrofoam.
3. Masak sendiri makanan di rumah.
 Memasak sendiri makanan di rumah dapat mengurangi penggunaan kemasan makanan dan sisa makanan yang terbuang karena bisa disesuaikan kebutuhan. Ditinjau dari sudut penghematan juga bisa menjadi efisiensi anggaran.
 Apalagi saat sembako ramadan mulai melambung. Ini dapat memicu naiknya harga makanan matang. Memasak sendiri tentu lebih menguntungkan dari segi finansial di samping mengurangi produksi sampah bungkus makanan.
4. Kelola sampah dengan bijak.Â
Pisahkan sampah organik dan anorganik. Manfaatkan sampah organik untuk kompos dan daur ulang sampah anorganik untuk membuat kerajinan tangan yang mempunyai manfaat berbeda dari sebelumnya.
Sampah organik bisa dijadikan kompos. Bagaimana caranya?
Berikut adalah cara dan langkah membuat kompos:
- Sampah organik (dedaunan, kulit buah, sayuran, sisa makanan)
- Tanah
- Air
- Wadah atau tempat kompos
Langkah Membuat Kompos
1. Pilih Lokasi
Pilih lokasi yang strategis untuk membuat kompos, seperti di sudut taman atau di belakang rumah. Pastikan lokasi tersebut mendapat sinar matahari dan memiliki akses air yang mudah.
2. Siapkan Bahan
Kumpulkan sampah organik seperti dedaunan, kulit buah, sayuran, dan sisa makanan. Pastikan bahan-bahan tersebut bebas dari plastik, logam, dan bahan kimia.
3. Buat LapisanÂ
Buat lapisan pertama dengan menaruh tanah setebal 5-10 cm di dasar wadah kompos. Lapisan tanah ini berfungsi sebagai media untuk pertumbuhan mikroorganisme.
4. Tambahkan Sampah OrganikÂ
Tambahkan sampah organik di atas lapisan tanah. Pastikan sampah organik tersebut tidak terlalu basah atau terlalu kering.
5. Tambahkan Air
Siram sampah organik dengan air secukupnya. Pastikan kelembaban kompos tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.
6. Ulangi Proses
 Ulangi proses penambahan lapisan tanah, sampah organik, dan air hingga wadah kompos penuh.
7. Biarkan Kompos
 Biarkan kompos selama beberapa minggu hingga beberapa bulan. Pastikan kompos tersebut mendapat sinar matahari dan memiliki akses air yang mudah.
8. Aduk Kompos
Aduk kompos secara berkala untuk memastikan proses pengomposan berjalan dengan baik.
9. Gunakan Kompos
Setelah kompos siap, kita dapat menggunakannya sebagai pupuk alami untuk tanaman.
Untuk melakukan pengomposan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Pastikan kompos memiliki keseimbangan antara bahan "hijau" (sampah organik) dan bahan "coklat" (tanah).
- Jangan menambahkan bahan-bahan yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, seperti plastik dan logam.
- Pastikan kompos memiliki akses udara yang cukup untuk memastikan proses pengomposan berjalan dengan baik.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, kita dapat membuat kompos yang berkualitas dan berguna untuk pupuk tanaman dan menyuburkan tanah.
5. Berbagi makanan dengan bijak.
 Jika kita ingin berbagi makanan dengan tetangga atau teman, gunakan wadah yang dapat digunakan kembali. Hindari penggunaan wadah plastik sekali pakai.
 6. Kurangi pembelian minuman manis dalam kemasan.Â
Minuman manis dalam kemasan adalah salah satu penyumbang terbesar sampah plastik. Buatlah minuman segar sendiri di rumah dengan menggunakan bahan-bahan alami.
 7. Ajak keluarga dan teman untuk ikut berpartisipasi.Â
Ajak keluarga dan teman untuk menerapkan diet sampah selama Ramadan. Dengan bersama-sama, kita dapat menciptakan Ramadan yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Bisa dengan menerapkan tren YONO. Misalnya membawa wadah sendiri yang besar, sehingga bisa menampung banyak makanan yang tidak perlu dikemas satu persatu.
KesimpulanÂ
Dengan menerapkan diet sampah selama Ramadan, kita tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan, melestarikan bumi agar tetap sumringah, tetapi juga menjalankan ibadah dengan lebih bermakna.
 Ramadan adalah momen yang tepat untuk merefleksikan diri dan memperbaiki kebiasaan kita, termasuk kebiasaan mengelola sampah.
Sampah an organik bisa disulap menjadi bermacam-macam kerajinan atau wadah dalam bentuk lain yang juga bermanfaat.
Sedang sampah organik bisa dijadikan kompos.
Mari jadikan Ramadan tahun ini sebagai momentum untuk memulai gaya hidup yang lebih berkelanjutan. Dengan langkah kecil yang kita lakukan, kita dapat memberikan dampak besar bagi lingkungan dan generasi mendatang.
Semoga Ramadan tahun ini membawa berkah dan kebaikan bagi kita semua . Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI