Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kompasianival bersama Engkong Felix

2 Desember 2022   14:19 Diperbarui: 25 Juli 2023   06:42 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Engkong Felix adalah misteri. Halah... 

Rasanya pengin ke Jakarta, mampir di gang  sapi dan bertemu Pak Felix. Terus selfi bareng. Pastilah artikelku diserbu para kompasianer yang penasaran dengan Sang Engkong. 

Baca juga: Serenada Combro

Tadi pagi saya baru membaca artikel Pak Felix yang tersinggung dengan judul kompasianival Kelana masa depan. Seolah kompasianival mengesampingkan para lansia  yang limit masa depan. Eh... 

Kalau saya sendiri justru berpikir sebaliknya. Judul Kelana masa depan itu justru sudah pas dan sangat mengena. 

Tentu saja, Kelana masa depan untuk semua. Tak terkecuali. Sebab masa depan semua orang adalah kematian. Betul??? 

Sungguh suatu pemikiran yang inspiratif dan sangat mengacu pada masa depan. 

Kita semua pasti akan mati tanpa kecuali. 

Kematian tidak memandang tua atau muda. 

Perenungan yang patut kita apresiasi dari Kompasiana. 

Baca juga: Kami Tak Pernah Tua

Dengan mengingat mati, kita tidak terlalu ngoyo dalam berkompasiana. 

Orang Jawa bilang sakmadya. 

Berada di tengah-tengah. Serius tapi santai. 

Bersungguh-sungguh tapi tidak ngoyo. 

Orang jawa bilang, "urip mung sakderma nglakoni. 

Nikmati saja. 

Saya takut terlalu banyak berharap justru kecewa. 

Terlalu banyak bicara justru ngelantur dan banyak salah. 

Saat ini sebenarnya saya sedang mendapat halangan karena bis yang saya tumpangi bannya meletus. 

Kesal? Bisa jadi.! 

Jengkel? Ini musibah. Jadi sebaiknya diterima, meski  bisa saja ini human error. Kecerobohan kru, mungkin. 

Penumpang semua dioper. 

Tapi tahu sendiri kan kalau dioper? Tadi duduk nyaman dan longgar, kini harus berdiri berdesak-desakan di bis operan. 

Aku bergeming. 

"Saya ikut bis yang berikutnya saja,"kataku. 

Ternyata hanya saya yang nggak mau naik bus operan. 

Emang enak berdesak-desakan. Apalagi di siang terik seperti ini, kebayang kan, berapa puluh bau badan yang akan berkumpul menguarkan keunikan baunya masing-masing? Segerrr.... Eh! 

Kalau sudah pada baca tips mengatasi bau badan di Kompasiana gak papa. Kalau belum? Duh..! 

" Kalau tidak terburu-buru, menunggu penggantian ban tidak apa-apa, Bu. " Kata krunya. 

"Berapa jam? " Tanyaku. 

"Dua puluh menit! "

"Saya tunggu saja kalau begitu! " Jawabku. 

Menunggu 20 menit dengan tempat duduk longgar dan sejuk bagiku jauh lebih baik dari pada langsung berangkat tapi berdiri dan berdesakan. 

Yah begitulah. Terkadang halangan menghambat perjalanan kita. Bisa jadi musibah. Bisa juga jadi berkah, sebab saat menunggu kita tentu tidak suka berpangku tamgan( kita? Saya kaleeee... Hehehe). 

Di tengah halangan itulah justru Saya sempat menulis artikel Saya yang pertama di bulan Desember. Alhamdulillah... 

Dokpri
Dokpri

Mohon maaf Pak Felix kalau artikel saya menyinggung dan membuat tidak berke nan. Horas... (Saya tidak tertawa lho😁). 

Semoga Kompasianival sukses dengan Kelana swandani. Eh.. 

Maksud saya, Kelana masa depannya (Mau ketawa takut dosa) 

Ternyata dengan selesai nya artikel, busnya mulai jalan lagi. 

Alhamdulillah, terkadang musibah beriringan dengan berkah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun