Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bagaimana Ramadan pada Masa Rasulullah SAW?

4 April 2022   08:43 Diperbarui: 4 April 2022   08:45 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagaimana Ramadan Pada Masa Rasulullah SAW? Foto: PXhere

Ibunda Musa meminta saudara perempuan Musa untuk mengawasi adiknya dari jauh. Mata kasar melihat bayi Musa semakin jauh. Padahal makin didekatkan kepada keluarga Firaun. Namun Allah berkata,"Akan Aku kembalikan." Inilah kaca mata iman.

Berdasarkan ta'wil mimpi orang-orangnya Firaun, ada manusia yang akan merebut kekuasaan Firaun. Maka, diputuskan semua bayi laki-laki dari Bani Israil disembelih. Allah menurunkan perlindungan melalui istri Firaun. Yang paling berkuasa di istana ternyata Siti Asyiah, istri Firaun ini. Bukan Firaun ternyata, ya! Hehehe. Khusus untuk Musa, Siti Asyiah meminta Firaun menjadikannya anak angkat. Firaun pun mengabulkan.

Nabi Musa rewel meminta ASI. Dicarilah orang yang bisa menenangkan bayi Musa. Diadakan sayembara menyusui bayi Musa, tetapi ASI semua wanita dilepeh kecuali ASI Ibunda Musa. Akhirnya ibu dan anak itu bersatu kembali. Jika sebelumnya Ibunda Musa menyusui dalam keadaan gelisah, sekarang berganti ketenangan dan kesejahteraan. Inilah buah dari keimanan.

Kalau bukan karena iman, Ali bin Abi Thalib tidak akan tidur nyenyak di rumah Nabi SAW saat algojo mengepung rumah beliau menggantikan Nabi SAW saat hijrah ke Madinah. Ali lebih percaya dengan apa yang dikatakan Nabi SAW daripada rasa takut berhadapan dengan pedang algojo.

Jika bukan karena iman, Jabir tidak akan membiarkan Nabi SAW mengundang seluruh pasukan Perang Khandaq untuk makan bersama di rumahnya dengan kondisi makanan yang terbatas. "Jika Nabi SAW yang berkata demikian, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kita." Istri Jabir berusaha menenangkannya. Maka, hidangan yang disediakan pun mampu dinikmati oleh 3000 pasukan.

Ketika Allah mewajibkan sesuatu, maka Dia pasti akan memberi lebih. Sayangnya, kita terlalu fokus melihatnya dengan kaca mata kasar bukan kaca mata iman. Sehingga, seringkali merasa berat saat menerima kewajiban.

Ramadan Pada Masa Rasulullah SAW

Pada saat yang bersamaan dengan shaum tahun pertama, terjadi jihad di Perang Badar (17 Ramadhan 2 Hijriyah). Jihad ini bermaksud untuk mencegat kafilah dagang Quraish yang membawa 50.000 Dinar. Sebelumnya, orang-orang Quraish ini di Mekah telah merampas harta pasukan Muslim. Pencegatan ini bertujuan untuk mengambil lagi harta kaum Muslim, hak mereka.

Pasukan Muslim harus menempuh 150 km perjalanan dengan naik unta yang digilir oleh 3 orang. Atau, 50 km/orang naik unta. 100 km sisanya berjalan kaki. Jihad yang super berat. Ramadan bukan bulan untuk leha-leha atau rebahan, tetapi bulan untuk produktif.

3000 kafilah dagang bertemu dengan 300 pasukan Muslim. Secara kasat mata pasti pemenangnya adalah kafilah dagang. Namun, Allah memenangkan pasukan Muslim. Inilah buah keimanan. Para sahabat mampu mengalahkan apa yang ada dalam dirinya karena apa yang ada di luar dirinya. Setelah ego para sahabat hanya untuk mendapatkan kembali harta, sekarang berjihad karena seruan Nabi SAW.

Setelah Perang Badar selesai, terjadi perebutan ghanimah (rampasan perang) di antara para sahabat. Masing-masing merasa berhak mendapat bagian lebih banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun