Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Pers Nasional, Beradaptasi ke Digital

9 Februari 2024   16:43 Diperbarui: 9 Februari 2024   16:57 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liputan ke berbagai negara karena bekerja di media. Foto: Isson Khairul


Hari ini, Jumat, 9 Februari 2024, Hari Pers Nasional diperingati. Tahun ini, merupakan peringatan HPN yang ke-40. Ini catatan saya sebagai pekerja media.

Mengacu ke Hari Lahir PWI

Hari Pers Nasional diperingati tiap tanggal 9 Februari. Tahun 2024 ini, merupakan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang ke-40. Peringatan tersebut mengacu ke hari lahir Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), organisasi wartawan pertama di Indonesia. PWI berdiri pada 9 Februari 1946 di Surakarta, Jawa Tengah.

Kenapa baru peringatan yang ke-40? Karena, gagasan tentang HPN, baru muncul pada Kongres ke-16 PWI di Padang, Sumatera Barat, pada tahun 1978. Dan, baru 7 tahun kemudian, pada 9 Februari 1985, HPN diperingati untuk pertama kali di Hall C Pekan Raya Jakarta (PRJ). Pada masa itu, PRJ diselenggarakan di Kawasan Monas, Jakarta Pusat.

Saya terdaftar sebagai anggota PWI, dengan nomor anggota 09.00.3583.91. Yang menandatangani Kartu Pers PWI saya adalah Drs. Tarman Azzam, selaku Ketua Umum PWI Pusat. Pada masa itu, saya menjadi wartawan majalah Gadis, bagian dari korporasi media Femina Group, Jakarta.

Saya bergabung secara organik sebagai jurnalis di majalah Gadis, pada tahun 1987, kemudian terdaftar sebagai anggota PWI, pada tahun 1991. Pada masa itu, jurnalis yang diizinkan meliput event-event nasional, hanyalah jurnalis pemegang Kartu Pers PWI.

Menjadi jurnalis di majalah Gadis adalah bagian penting dari perjalanan karir saya. Selama 12 tahun saya berkarya di media tersebut, dengan jabatan terakhir sebagai Managing Editor. Kemudian, saya pamit dari media itu, untuk mendirikan tabloid Bahagia dengan beberapa rekan. Di tabloid Bahagia, saya menjadi Pendiri sekaligus sebagai Pemimpin Redaksi.

Selanjutnya, saya pamit dari sana, untuk bergabung dengan majalah Lisa. Ini adalah majalah yang berasal dari Jerman, yang bekerjasama dengan investor di Indonesia. Di majalah Lisa, saya menjadi Pemimpin Redaksi. Pada saat yang bersamaan, investor dari Indonesia tersebut, meminta saya untuk menjadi Pemimpin Redaksi majalah Perkawinan.

Di rentang waktu yang tak begitu lama, investor tersebut meminta saya dan beberapa rekan untuk merintis berdirinya majalah Noor. Saya kemudian menjadi Pendiri sekaligus sebagai Pemimpin Redaksi majalah Noor. Tak lama kemudian, investor yang sama meminta saya menjadi Penanggung Jawab majalah Duit!

Memulai dari Freelancer

Sungguh, menjadi Pemimpin Redaksi di sejumlah media pada saat yang bersamaan, tak terbayangkan oleh saya sebelumnya. Saya mengenal dunia tulis-menulis di media, pada tahun 1977, ketika saya masih murid SMA Negeri 1 Pariaman, Sumatera Barat. Di masa SMA itu, saya aktif menulis puisi, cerita pendek, artikel, dan laporan jurnalistik di Harian Haluan dan Harian Singgalang. Itu dua media lokal yang terbit di Padang, Sumatera Barat.

Tahun 1982, ketika saya mulai studi di Sekolah Tinggi Publisistik (STP) Jakarta, artikel saya mulai dimuat di majalah Gadis, jauh sebelum saya bergabung secara organik sebagai jurnalis di majalah Gadis, pada tahun 1987. Cerita pendek saya mulai dimuat di majalah Anita Cemerlang. Dan, tulisan jurnalistik saya mulai dimuat di Harian Sinar Harapan.

Pengalaman sebagai freelancer di sejumlah media dan 12 tahun di majalah Gadis, menjadi bekal saya dalam memimpin berbagai media tersebut. Tentu bukan hanya tentang meliput dan menulis di bidang keredaksian. Tapi, juga meliputi bidang percetakan, periklanan, serta pemasaran media.

Saya beruntung terlibat di hampir seluruh aspek penerbitan media. Ketika era digital memasuki ranah media, meski media cetak masih berjaya, saya mulai belajar menulis secara digital di media netizen Kompasiana -bagian dari korporasi Kompas Gramedia Group- pada 6 Februari 2011. Sebelumnya, pada Desember 2009, saya sudah menulis di Facebook.

Hal tersebut membantu proses adaptasi saya dari media cetak ke media digital, ketika media cetak memasuki senjakala. Bersamaan dengan itu, saya secara otodidak, belajar tentang video journalism. Bagaimana pun juga, saya menyadari, dunia saya ya dunia media.

Selamat Hari Pers Nasional.

Jakarta, 9 Februari 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun