Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terus Dikebut, Digitalisasi Koleksi Sastra PDS HB Jassin

11 Mei 2023   22:50 Diperbarui: 11 Mei 2023   22:55 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kanan-kiri: Diki Lukman, Octavianus, dan mahasiswa UNJ. Foto: Isson Khairul


Rabu, 10 Mei 2023. Sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mendatangi Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin. Para mahasiswa tersebut langsung disambut oleh Diki Lukman Hakim, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) PDS HB Jassin. Bagaimana merawat karya sastra?

Digitalisasi Karya Sastra

Di kesempatan itu, Diki Lukman Hakim mengajak para mahasiswa ke laboratorium PDS HB Jassin, yang berada di lantai 5 Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Di laboratorium itu, staf PDS HB Jassin dengan telaten merawat koleksi sastra, agar tak rusak, hingga bisa diakses dari zaman ke zaman.

Karya sastra dalam bentuk buku, misalnya, dirawat halaman demi halaman. Maklum, usia buku-buku sastra di PDS HB Jassin, sudah puluhan tahun. Demikian juga karya sastra berupa kliping koran. Inilah salah satu kekuatan PDS HB Jassin, yang koleksinya mungkin sudah tidak bisa ditemukan di tempat lain.

Boleh dibilang, PDS HB Jassin merupakan pusat dokumentasi sastra terlengkap di dunia, yang mengoleksi berbagai bentuk dokumentasi sastra. Wujudnya, mulai dari tulisan tangan asli para sastrawan, surat-surat pribadi para sastrawan, guntingan pers, foto, naskah drama dari dalam dan luar negeri, buku, majalah, makalah, skripsi dan tesis sastra, kaset, compact disk, mikrofilm, hingga lukisan.

Secara resmi, PDS HB Jassin didirikan pada 30 Mei 1977. Tapi, secara pribadi, HB Jassin sudah mulai mengoleksi serta mendokumentasikan berbagai karya sastra sejak tahun 1933. Pada masa itu, HB Jassin bekerja sebagai redaktur di Badan Penerbitan Balai Pustaka, lembaga bahasa dan budaya yang kemudian menjadi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, serta menjadi dosen di Universitas Indonesia.

Diki Lukman Hakim mengungkapkan, "Selain merawat koleksi yang sudah ada serta menghimpun koleksi yang baru, tim kerja PDS HB Jassin juga sedang melakukan proses digitalisasi berbagai koleksi sastra tersebut." Digitalisasi adalah bagian dari upaya PDS HB Jassin untuk menjawab kebutuhan para peminat sastra.

Selama ini, yang banyak memanfaatkan koleksi PDS HB Jassin adalah mahasiswa, peneliti sastra, seniman, penyair, dan penulis. Diki Lukman Hakim menyadari, jarak dan waktu kerap menjadi kendala mereka untuk mengakses koleksi PDS HB Jassin.

Karena itulah, proses digitalisasi berbagai koleksi sastra PDS HB Jassin, terus dikebut. "Setelah ter-digitalisasi, koleksi sastra ini nanti bisa diakses dari seluruh dunia, secara online. Dengan demikian, semakin banyak orang yang memanfaatkan koleksi PDS HB Jassin, maka hal itu akan turut meningkatkan level literasi bangsa," ujar Diki Lukman Hakim.

Diki Lukman Hakim baru pada pertengahan April lalu diangkat menjadi Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) PDS HB Jassin. Secara kelembagaan, ini merupakan babak baru. Dengan status UPT, tentu PDS HB Jassin akan lebih leluasa mengembangkan diri, serta terbuka ruang yang lebih luas untuk meningkatkan kompetensinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun