Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mata Kuliah untuk Khofifah dari Mahasiswa Papua

25 Agustus 2019   18:32 Diperbarui: 26 Agustus 2019   06:00 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyuguhkan menu Papeda kepada Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kagoya. Ini momentum agar semua warga Papua dan Jawa Timur kembali bersatu sesama saudara. Melupakan perselisihan dan saling memaafkan. Foto: iNews.id/Ihya Ulumuddin

Sebagai pencipta nama Papua, sebagai tokoh toleransi dan multikulturalisme, Gus Dur menjadi sosok yang disegani dan orang Papua mencintai Gus Dur, sebagaimana diungkapkan Gubernur Papua Lukas Enembe.

Jika saja Khofifah masih ingat tentang semangat toleransi dan multikulturalisme Gus Dur tersebut, kemudian membaca Demo Tuntut Papua Merdeka di Malang Berakhir Ricuh, Mahasiswa dan Polisi Terluka di inews.id pada Kamis (15/08/2019) 13:43 WIB dan Mahasiswa Papua Rusuh di Malang, Warga Jadi Korban Lemparan Batu di detik.com pada Kamis (15/08/2019) 14:48 WIB, tentu Khofifah akan bereaksi. Khofifah tentu akan melakukan sesuatu.

Nyatanya, tidak. Bahkan, ketika esoknya, pada Jumat (16/08/2019) 20:15 WIB, kompas.com melansir Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya Didatangi Ratusan Kelompok Ormas, Ini Dugaan Penyebabnya, Khofifah Indar Parawansa selaku Gubernur Jawa Timur, belum bereaksi apa-apa. Belum melakukan langkah antisipasi apa pun.

Sampai akhirnya, esoknya lagi, pada Sabtu (17/08/2019), terjadi penembakan gas air mata, penjebolan pintu pagar asrama, angkut paksa, dan diskriminasi serta rasisme terhadap mahasiswa Papua di asrama tersebut. Bacalah Polisi Angkut Paksa 43 Orang dari Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya yang dilansir kompas.com pada Sabtu (17/08/2019) pukul 20:37 WIB.

Pertanyaan saya, ke mana dan ada di mana Khofifah Indar Parawansa selaku Gubernur Jawa Timur? Bukankah Malang dan Surabaya adalah wilayah Jawa Timur? Tak ada kah satu orang pun di lingkaran Provinsi Jawa Timur, yang memberi tahu Khofifah? Ini sungguh merisaukan.

Kenapa? Karena, Khofifah adalah puteri kelahiran Jawa Timur yang kemudian menjadi Gubernur Jawa Timur.  Khofifah menjadi kepala daerah di daerah yang sangat dikenalinya. Ia lahir di Surabaya pada 19 Mei 1965 dan menghabiskan masa kecilnya di Surabaya. Bahkan, masa sekolah dan kuliahnya, juga di Kota Pahlawan itu. Tidak sensitif kah Khofifah?

Kuliah untuk Khofifah
Kita tahu, baru hari Senin (19/08/2019), Khofifah bereaksi. Antara lain, Khofifah menelepon Lukas Enembe, dari Surabaya ke Jayapura. Tak heran jika Lukas Enembe bertanya kepada Khofifah: orang Papua mencintai Gus Dur. Ibu Gubernur tuh kadernya Gus Dur. Kenapa mahasiswa saya dianiaya seperti itu? Kenapa Banser tidak diterjunkan untuk membantu pengamanan terhadap mahasiswa Papua?

Jika Khofifah Indar Parawansa selaku Gubernur Jawa Timur sensitif terhadap apa yang terjadi di Malang pada Kamis (15/08/2019), tentu ia akan melakukan sejumlah langkah antisipasi. Content yang dilansir inews.id Demo Tuntut Papua Merdeka di Malang Berakhir Ricuh, Mahasiswa dan Polisi Terluka pada Kamis (15/08/2019) 13:43 WIB tersebut, sesungguhnya sudah sebuah kode keras untuk para pemangku kepentingan di Jawa Timur.

Pertama, ada tuntutan Papua Merdeka. Kedua, demo yang ricuh. Ketiga, mahasiswa dan Polisi terluka. Artinya, kombinasi ketiga hal tersebut, tidak bisa dipandang sebagai sebuah peristiwa lokal semata. Apalagi, peristiwa tersebut terjadi, hanya 2 x 24 jam menjelang Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan, pada Sabtu (17/08/2019).

Kini, kita bisa cermati, peristiwa yang terjadi di Malang pada Kamis (15/08/2019) dan peristiwa di Surabaya pada Sabtu (17/08/2019), menjadi pemicu sejumlah peristiwa lain, di sejumlah wilayah tanah air. Termasuk, di sejumlah wilayah di Papua dan Papua Barat. Semua itu telah menguras energi bangsa. Semua itu telah mencederai Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan.

Tapi, bulan Agustus masih tersisa beberapa hari lagi. Berbagai gapura dengan hiasan Merah Putih, masih bisa kita temui di banyak tempat di berbagai pelosok negeri. Setidaknya, semua itu, menjadi penambah semangat kita untuk kembali dan kembali merajut persatuan yang sempat terguncang. Sebagaimana diungkapkan Presiden Joko Widodo pada Senin (19/08/2019): emosi itu boleh, tetapi, memaafkan itu lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun