Mohon tunggu...
Isnaisa Salma
Isnaisa Salma Mohon Tunggu... Mahasiswa - No one but You

and be patient over what befalls you. [31:17]

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Etnobotani: Awal Mula Dunia Jatuh Cinta Pada Nusantara

19 Oktober 2021   09:08 Diperbarui: 19 Oktober 2021   09:14 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Broadcast Herbal Recipes | Guntur Gozali

https://gunturgozali.files.wordpress.com/2015/12/herbal-blends.jpg

 

Apa yang menjadi sebab begitu dicintainya Nusantara kita pada zaman sebelum kemerdekaan oleh bangsa-bangsa lain di dunia? Terlebih hingga menimbulkan perebutan kekuasaan? Sesederhana ketamakan manusia akan potensinya yang luar biasa, alasannya hanyalah karena ‘rempah-rempah’. Ya, sebelum abad ke-18, rempah-rempah merupakan kemasyhuran Nusantara hingga menjadi tujuan yang pertama bangsa-bangsa Eropa melakukan penjelajahan untuk melacak keberadaannya di belahan bumi kita. 

Berbicara tentang rempah-rempah, komoditi ini pada awalnya hanya digunakan sebagai obat-obatan, namun kemudian kegunaannya berkembang menjadi bumbu masakan. Pengetahuan tentang penggunaan tanaman ini yang umum kita kenal dengan istilah etnobotani. Etnobotani merupakan cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara kelompok masyarakat (etnik) dan interaksinya dengan tumbuhan (Kandowangko et al., 2011 dalam Robi et al., 2019) .

Berawal dari etnobotani, kemudian menjadikan rempah-rempah sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi pada masa lalu. Bahkan dahulu  rempah-rempah pernah dihargai setara dengan emas hingga diburu oleh bangsa-bangsa di dunia, terutama bangsa yang memiliki motif ekonomi tertentu, seperti Belanda dan Portugis. Selain motif ekonomi, menurut Fadly Rahman dalam jurnalnya yang berjudul “Spices Land : From the Spring to the Fall of Spices Glory”, beberapa bangsa lain didunia, memanfaatkan potensi rempah-rempah untuk mendorong perkembangan ilmu pengetahuan modern sepanjang abad ke-16 hingga ke-17 mulai dari ilmu kartografi hingga observasi kekayaan biodiversitas Nusantara dalam ilmu botani.

Sepanjang perjalanan sejarah eksplorasi rempah-rempah yang dilakukan oleh bangsa Eropa, terdapat dua karya penting yang berhasil membuat ilmu pengetahuan modern semakin berkembang. Diantaranya ada karya kartografi Itinerario oleh Jan Huygen van Linschoten (ahli kartograf Belanda) yang berhasil membuka jalur rempah-rempah hingga berdiri berbagai maskapai dagang Eropa, seperti Kongsi Dagang (Perusahaan) Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau yang lebih kita kenal dengan sebutan VOC).

Eksplorasi yang dilakukan oleh VOC berkembang menjadi eksploitasi ekonomi dan politik yang menarik perhatian para ilmuwan bangsa lain untuk melakukan eksplorasi ilmu pengetahuan di Nusantara. Sejalan dengan hal tersebut, muncullah karya Georg Everhard Rumpf atau Rumphius (ahli botani Jerman) yaitu Herbarium Amboinense yang mengungkap kekayaan vegetasi di Maluku. Sayangnya, karya ini pada mulanya tidak dipublikasi karena keserakahan VOC dalam motif ekonomi belaka. Namun setelah itu, karya Rumphius akhirnya berhasil diterbitkan dan menjadi peletak dasar bagi awal perkembangan ilmu botani modern. Hingga saat ini, terdapat sekitar 400-500 rempah-rempah di dunia dengan Asia Tenggara yang memiliki 275 spesies sebagai pusat habitatnya.

Hal apa sebenarnya yang membuat rempah-rempah begitu didambakan pada masanya? Tentu saja tak lain disebabkan oleh manfaat dari kandungan zat-zat yang terdapat dalam rempah-rempah dan kemudahan pengolahannya, bahkan saat ilmu teknologi pangan belum secanggih sekarang. Dalam buku yang ditulis oleh Luchman Hakim (2015) berjudul “Rempah & Herba”, dijelaskan bahwa rempah-rempah merupakan bagian tanaman yang berasal dari batang, daun, kulit kayu, umbi, rimpang, akar, biji, atau bunga yang mengandung senyawa fitokimia sebagai hasil dari proses metabolismenya. Rempah-rempah ini dapat dimanfaatkan dalam bentuk kering maupun basah, serta dapat digunakan seluruh bagian secara mentah maupun hanya ekstraknya saja. Beberapa rempah-rempah diketahui memiliki khasiat dalam pengobatan tradisional, misalnya jahe, kunir, lengkuas, bawang merah, bawang putih, lada, adas, jinten, dan ketumbar.

Rempah-rempah juga memiliki peranan penting dalam dunia kuliner, opor ayam kurang lengkap rasanya tanpa bumbu kuning dari kunyit sebagai tokoh utamanya. Bukan hanya sebagai penyedap rasa, ternyata kunyit (Curcuma longa L.) dikenal sebagai salah satu herba yang sangat bermanfaat karena mengandung kurkumin dalam rimpang tanamannya. Kurkumin merupakan pigmen utama yang dapat menghasilkan warna kuning. Kurkumin ini tidak memberikan efek racun yang membahayakan tubuh. Selain kurkumin, kunyit juga mengandung minyak volatile, gula, protein, dan resin. Selain kunyit, ada rempah-rempah yang seringkali digunakan sebagai teman dikala kedinginan menyusup tubuh. Ya, jahe (Zingiber officinale). Dalam setiap 100 gram jahe mengandung nutrisi dan gizi yang beragam, minyak esensial, minyak volatile yang menjadi penyebab munculnya aroma khusus pada jahe, dan lebih dari 50 komponen minyak didalamnya. Para ahli juga berhasil meneliti adanya zingerone pada jahe, yaitu suatu senyawa kimia yang memberikan karakter pedas pada rimpang jahe yang sangat efektif dalam melawan bakteri Escerichia coli yang sering menjadi penyebab diare.

Selain kunyit dan jahe, sereh tak kalah memberikan manfaat. Minyak atsiri dari sereh Indonesia berhasil diperdagangkan dan dikenal dengan sebutan Java citronella Oil. Kandungan yang ada dalam sereh memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, seperti minyak esensial, bahan aktif, mineral, vitamin dan antioksidan penting. Pada setiap 100 gram berat basah sereh, mengandung sebanyak 99 kilo kalori tanpa kolesterol. Bau unik seperti jeruk yang dimiliki sereh berasal dari komponen kimia sitral atau lemonal. Dalam seni kuliner, biasanya di Indonesia, daun dan batang sereh ini dihancurkan, karena akan keluar minyak esensial yang bersifat menyegarkan. Selain itu, sereh bermanfaat dalam revitalisasi tubuh dan mengurangi gejala sakit kepala atau stress.

Lantas, apa yang menjadi penyebab tanah Nusantara kita menjadi surga bagi vegetasi rempah-rempah yang kaya akan manfaat ini? Dalam buku berjudul “Rempah & Herba” yang ditulis oleh Luchman Hakim (2015), dijelaskan bahwa tanah dan iklim merupakan aspek kunci pertumbuhan tanaman, termasuk rempah-rempah. Tanaman dapat tumbuh dengan baik di tanah yang subur dan cuaca yang stabil sepanjang tahun. Dalam hal ini, latar belakang geologi kepulauan Nusantara yang beragam, memberikan peluang yang besar bagi rempah-rempah dan banyak tanaman lainnya untuk tumbuh dengan baik. Selain itu, negara kita tercinta mempunyai gunung berapi aktif yang memberikan kondisi ideal bagi rempah-rempah untuk tumbuh optimal dan menghasilkan senyawa kimia yang memiliki banyak manfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun