Mohon tunggu...
Isna Fauziah
Isna Fauziah Mohon Tunggu... -

Seorang gadis introvert yang haus akan ilmu. Pecinta buku, hujan, dan ketenangan. ISFP-ISFJ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia Tidak Pernah Merdeka

22 Desember 2016   17:23 Diperbarui: 22 Desember 2016   17:55 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di era modern sekarang ini, arus globalisasi semakin mengikat kencang termasuk di negeri kita tercinta, Indonesia. Tentu kita semua tidak bisa terlepas dari pengaruh globalisasi. Disadari atau tidak, munculnya globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi budaya daerah termasuk pengetahuan lokal, seperti penurunan rasa cinta terhadap budaya ibu, erosi nilai-nilai budaya, petuah nenek moyang secara alamiah serta terjadinya akulturasi budaya yang kemudian bertransformasi menjadi budaya massa yang menyebabkan budaya lokal termarginalkan dan dilupakan keasliannya karena berbagai persepsi dan doktrin.

Indonesia sudah sejak lama memiliki pengetahuan lokal. Pengetahuan lokal di setiap daerah tentu berbeda-beda. Berbagai macam istilah dalam pengetahuan lokal selalu disosialisasikan dengan cara menjadi dongeng legenda oleh tokoh masyarakat setempat sehingga melekat dan membudaya dihati setiap masyarakat Indonesia.

Tak kalah dengan pengetahuan modern dari dunia barat, pengetahuan lokal pun memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan dengan lingkungan (alam). Kalau kita menengok ke belakang saat kita tidak mengenal teknologi, bagaimana cara bertahan hidup bangsa Indonesia pada zaman dahulu saat menghadapi bencana? Tentunya banyak contoh kearifan atau pengetahuan lokal yang jarang diketahui orang banyak namun diterapkan oleh bangsa Indonesia dalam cara bertahan hidup.

Contohnya, saat Tsunami Aceh 2004 silam, masyarakat yang banyak selamat dari bencana tersebut adalah masyarakat di Pulau Simelue. Masyarakat disana belajar dari kejadian tahun 1900 silam yaitu saat melihat air laut surut langsung mempunyai insting dan bertindak menyuruh warga lain agar mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Contoh lainnya yaitu masyarakat lokal yang bermukim di lereng Gunung Merapi Jawa Tengah, misalnya, telah mempunyai kemampuan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya letusan. Masyarakat yang bermukim didekat lereng Gunung Merapi tentu tahu bahwa tanda-tanda alam akan terjadi letusan seperti turunnya hewan-hewan dari puncak, burung-burung atau hewan lainnya sudah tidak berbunyi, pohon-pohon disekeliling kawah banyak yang mati layu/kering, dsb. Ini artinya, bahwa adanya komunikasi antara manusia dengan alam.

Dalam segi pengobatan, masyarakat Indonesia sudah jauh lebih dulu mengerti akan obat-obatan yang ampuh bagi berbagai macam penyakit. Obat-obatan yang dihasilkan oleh alam. Nenek moyang Indonesia pada zaman dahulu menggunakan dedaunan dan buah-buahan untuk mengobati penyakit sebelum adanya obat-obatan dari bahan kimia seperti sekarang ini. Maka apa jadinya bila masyarakat di Indonesia sudah tidak memanfaatkan sumber daya alam yang lebih alami di alam sekitar dan lebih memilih obat-obatan kimia karya dunia barat yang sebegitu mahalnya?

Namun dalam perkembangannya, pengetahuan lokal mulai terpojokkan dikarenakan datangnya ilmu pengetahuan dari barat. Hal ini terjadi karena pengetahuan lokal tidak mempunyai bukti ilmiah yang bisa diterima secara rasional. Sehingga kita tidak pernah merdeka dari “penjajahan” ilmu pengetahuan Barat.

Pengetahuan lokal sangat penting untuk dipertahankan dan dijaga kelestariannya. Jangan sampai tergerus oleh laju modernitas. Bagaimanapun juga, pengetahuan lokal menjadi ciri khas dan identitas di setiap daerah di Indonesia. Karena pengetahuan lokal merupakan harta warisan dari leluhur yang tak ternilai harganya. Jika pengetahuan lokal dilupakan dan diabaikan, maka Indonesia tidak mempunyai sisi yang menarik lagi dan akan semakin tertinggal bahkan terpinggirkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun