Mohon tunggu...
Ismuziani ita
Ismuziani ita Mohon Tunggu... Perawat - Mental Health Nurse

Selalu bersyukur pada Allah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Jangan Sebut Aku Gila

10 Oktober 2021   10:08 Diperbarui: 10 Oktober 2021   10:11 7168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Kegiatan Olah Raga Pasien RSJ ( Dokumen Pribadi )

"Sudah dulu ya Nak, sampaikan salam Bunda untuk suster yang telah meminjamkan HP ini, Bunda sedang sibuk, lagi banyak pembeli di warung"

"Yang sabar ya Nak, Assalamu'alaikum"

Suara Bunda mengakhiri panggilan

"Wa alaikum salam" Suaraku dan suara suster Mila berbarengan menjawab salam dari Bunda. Rasa rindu ku untuk Bunda belum penuh terobati, rasa penasaran akan keberadaan Ayah juga belum terjawab kan.

"Suster Mila" Aku kembali memanggil suster cantik yang sedang bersamaku sekarang

"Iya, Fahmi" Jawab Suster Mila singkat

"Apakah saya bisa kembali sembuh? "

"Tentu saja bisa, asalkan Fahmi punya keinginan untuk sembuh" Jawab suster Mila.

"Yang menjadikan Fahmi sakit adalah pikiran Fahmi sendiri, coba mulai sekarang ubah pola fikir Fahmi, sebelum bertindak, apapun itu... Pikirkan baik buruknya, suster yakin Fahmi bisa, Fahmi juga harus yakin bisa mengubah hidup Fahmi menjadi lebih baik lagi " Penjelasan suster Mila, memacu semangat ku untuk sehat, sampai nanti dinyatakan terbebas dari gangguan alam pikiran yang selama ini mengganggu ku. 

Setelah berbincang-bincang dengan suster Mila, aku merasa seperti terlahir kembali, perkataan suster Mila menyadarkan aku, setiap masalah yang hadir dalam kehidupan ini jika kita berserah pada Allah yang Maha Kuasa, semuanya akan terasa ringan, aku mencoba meng ikhlaskan semuanya, aku harus ridha Allah pilih jadi anak dari seorang Ayah yang tidak bertanggung jawab, aku yang  harus istiqamah berdoa khusus untuk Ayah, agar Allah melembutkan hati Ayah, agar Allah membawa kembali Ayah yang sering berpetualang berlabuh dalam kehangatan keluarga. 

Aku harus kuat menghadapi semuanya, menghadapi ejekan dengan senyuman bukan dengan amarah, ternyata kemampuan kita mengontrol marah membuat hati kita damai. Ah.. Betapa banyak waktuku terbuang percuma selama ini, lupa pada Allah sang Pencipta, sehingga aku kehilangan petunjukNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun