Mohon tunggu...
Ismuziani ita
Ismuziani ita Mohon Tunggu... Perawat - Mental Health Nurse

Selalu bersyukur pada Allah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Jangan Sebut Aku Gila

10 Oktober 2021   10:08 Diperbarui: 10 Oktober 2021   10:11 7168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Aku lihat Bunda terdiam, matanya berkaca-kaca, harusnya aku yang menangis kenapa jadi Bunda yang menangis

Aku tersenyum membalas lambaian tangan suster Mila, melangkah pasti meninggalkan RSJ dan bertekad untuk sembuh agar tak akan kembali lagi ke sini

Jangan Sebut Aku Gila

By. Ismuziani, A.Md.Kep

"Aku gak mau di rawat di RSJ Bunda, aku ingin tetap sekolah, aku ingin bermain bersama kawan-kawanku" Suaraku menjerit, tubuhku meronta dan ber usaha melawan dua orang bertubuh kekar yang menyeret ku paksa masuk ke IGD RSJ. 

Dokter dan para medis melakukan tindakan awal untuk ku, sesaat kemudian petugas laboratorium datang mengambil sampel darahku. Memastikan aku terkonfirmasi Covid 19 atau tidak, karena jika pasien terkonfirmasi Covid 19, dari ruang IGD akan langsung dirawat di ruang khusus, jika hasilnya negatif akan di rawat di ruang akut pria.

Aku terus berteriak dan meronta-ronta, aku melirik pada Bundaku, wanita ber usia empat puluh lima tahun,  diwajahnya masih melukiskan garis-garis kecantikan, Bunda wanita shalihah yang sering aku kasari. Aku tak segan-segan membentak nya dan juga terkadang menghancurkan barang-barang dirumah saat halusinasi pendengaran ku kambuh. 

Malam ini, Bunda di bantu petugas security di kompleks tempat kami tinggal kembali membawaku ke RSJ, ini untuk kesekian kalinya aku kesini. Aku menatap tajam ke mata Bunda, dengan pandangan marah, sudah seminggu aku tidak pulang ke rumah, aku keluyuran tanpa arah, karena merindukan Bunda aku pulang, tapi Bunda membawaku ke RSJ. 

Aku lihat Bunda terdiam, matanya berkaca-kaca, harusnya aku yang menangis kenapa jadi Bunda yang menangis. Aku tidak gila, aku hanya tidak bisa mengontrol marah, dan aku juga tidak mampu mengontrol suara-suara bisikan yang terus menerus berbisik ditelingaku, perintah bisikan yang tidak bisa aku kontrol membawa aku keluyuran dengan ditemani sepeda motor Bunda yang aku ambil secara diam-diam. 

Aku bukan keluyuran sebenarnya, tepatnya aku sedang mencari Ayah, laki-laki dewasa yang terpaksa harus aku panggil Ayah, karena telah menikahi Bunda dan menyebabkan aku lahir ke dunia ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun