Mohon tunggu...
Ismail Amin
Ismail Amin Mohon Tunggu... -

Warga Indonesia sementara menetap di kota Qom Republik Islam Iran, sembari belajar di Universitas Internasional al Mustafa Qom Iran... salam perkenalan, dan mari saling berbagi... Kita tidak selalu harus berpikir sama, tapi marilah kita sama-sama berpikir... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Saudi Menyerang Yaman dan Bukannya Membebaskan Palestina? [Bantahan untuk PKS PIYUNGAN]

28 April 2015   13:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:36 1290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14302018171826399279

PKS Piyungan menukil status FB Syekh Abdullah al-Ramadhany yang menjawab, kisah Shalahuddin al Ayyubi lah jawabannya.

Disebut bersumber dari Kitab tarikhal-Bidayah wa al-Nihayaholeh Imam Ibnu Katsir, meski tidak ditulis alamatnya secara jelas. Bahwa ketika Shalahuddin al-Ayyubi memutuskan untuk menghancurkan kaum Syiah Rafidhah dan Daulah al-'Ubaidiyyah di Mesir, ada yang bertanya:

"Mengapa Anda memerangi kaum Syiah Rafidhah dan Daulah al-'Ubaidiyyah di Mesir, tapi membiarkan kaum Romawi Salibis (Kristen) menguasai Baitul Maqdis dan wilayah Palestina?"

Shalahuddin al-Ayyubi menjawab: "Aku tidak akan memerangi kaum Salibis lalu membiarkan 'punggung'ku tersingkap di hadapan kaum Syiah!"

Maka beliau pun membasmi Daulah Syiah al-'Ubaidiyah di Mesir, Maghrib dan Syam. Setelah itu, beliau pun memimpin penaklukan kembali Baitul Maqdis, membersihkan Masjid al-Aqsha dari kenistaan kaum Salibis dan mengembalikan Palestina ke pangkuan umat Islam.

Yang harus diketahui, Shalahuddin al Ayyubi adalah orang dalam dinasti Fatimiyyah. Pamannya Asaduddin Syirkuh adalah Perdana Menteri Khalifah. Najmuddin Ayyub ayahnya Gubernur wilayah Balbek Lebanon.

Setelah pamannya meninggal, perdana menteri khalifah di pegang oleh Shalahuddin al Ayyubi.

Setelah khalifah Al-‘Adid yang merupakan khalifah terakhir dinasti Fatimiyyah wafat, kekuasaan atas Mesir dipegang oleh Shalahuddin al Ayyubi atas perintah Sultan Nuruddin [raja Sunni], yang menguasai Suriah saat itu. Peralihan ini terjadi secara damai, tanpa perang dan pertumpahan darah, hanya dari sebuah khutbah Jum’at tanggal 10 Dzulhijjah 565 H yang disampaikan oleh Shalahuddin al Ayyubi yang mendeklarasikan diri sebagai sultan pengganti, dan Daulah Mesir menyatakan baiat atas kekuasaan kekhalifaan Abbasiyah di Baghdad, sehingga otomatis Mesir menjadi bagian dari kekuasaan Abbasiyah, dan kerajaan Fatimiyyah berakhir dengan sendirinya.

Kebijakan pertama Shalahuddin adalah mengganti semua hakim yang syiah dengan hakim pilihannya yang bermazhab Sunni Syafii, dan secara resmi menetapkan mazhab daulah Mesir adalah Sunni Syafii. Termasuk mengambil alih universitas al Azhar dengan mengganti semua pengajar yang Syiah dan mengubah kurikulum…

Meski menguasai Mesir, Shalahuddin tetap sebagai bawahan Sultan Nuruddin Zengi. Pasca Sultan Nuruddin wafat yang mewariskan kepemimpinan yang lemah, dan terjadi perebutan kekuasaan. Shalahuddin al Ayyubi kemudian memadamkan konflik sekaligus menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176 M dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mousul, Irak bagian utara dan mendirikan Dinasti Ayyubiyah.

Kesimpulannya, Dinasti Fatimiyyah meski Syiah, tapi tetap mengangkat tokoh2 Sunni untuk menduduki jabatan politis yang tinggi di pemerintahan.

Shalahuddin al Ayyubi menaklukan kerajaan2 Islam [bukan hanya kerajaan Syiah, tapi juga kerajaan Sunni di Suriah] untuk mempersatukannya. Yang kemudian dengan semangat persatuan itu ia memimpin pasukan Islam menghadapi pasukan Salibis untuk membebaskan Jerusalem/Palestina...

dan patut diketahui, fragmen yang ditulis di status FB Syekh Abdullah al-Ramadhany mengenai alasan Shalahuddin al Ayyubi lebih dulu menghancurkan Syiah dibanding menghadapi kaum Salibis, tidak sesuai fakta sejarah, dan memang tidak terdapat dalam kitab tarikhal-Bidayah wa al-Nihayahnya ibnu Katsir [silahkan tunjukkan, kalau memang ada]… yang lebih dulu dilakukan panglima Shalahuddin adalah mempersatukan kerajaan2 Islam dibawah komandonya, untuk membebaskan Yerussalem dari tangan kaum salibis…

Pak/mbak admin PKS Piyungan, saya tidak mengenal Syekh Abdullah al Ramadhany, karenanya saya akan menanyakan ke anda, sebab memosting artikel ini tanda persetujuan anda pada isinya, Pertanyaan saya, Maghrib dan Syam saat dibasmi Shalahuddin al Ayyubi itu dibawah kekuasaan siapa? kekuasaan sultan Sunni apa sultan Syiah? lihat baik2 foto makam sultan Shalahuddin al Ayyubi di artikel ini, disisinya dimakamkan sultan Nuruddin penguasa Syam yang anda tulis dibasmi oleh Al Ayyubi sebelum membebaskan Baitul Maqdis.. kok bisa dimakamkan berdampingan?

Sultan Nuruddin, penguasa Syamlah yang mendorong Shalahuddin untuk mengambil alih kekuasaan atas Mesir dari Dinasti Fatimiyyah...kok bahasa artikelnya sangat provokatif, seolah-olah Syam adalah juga negeri Syiah saat itu, sampai harus dibasmi segala... pasca wafat Sultan Nuruddin, pelanjutnya adalah sultan yang lemah, karena itu Sultan Shalahuddin mengambil alih kontrol atas Syam... dan setelah menyatukan kekuatan kesultanan-kesultanan Islam untuk berada dalam komandonya, iapun memimpin ekspedisi membebaskan al Quds...

Penaklukan Shalahuddin atas daulah-daulah Islam yang terpecah2, tidak ada kaitannya dengan Sunni-Syiahnya suatu Daulah, melainkan tidak adanya loyalitas suatu daulah terhadap perjuangan membebaskan kiblat pertama umat Islam dari kaum Salibis...

Musuh hanya bisa dihadapi dengan persatuan... itu yang hendak dipesankan oleh Sultan Shalahuddin al Ayyubi... semoga anda bisa paham bahasa persatuan pak/mbak PKS Piyungan....

Wallahu ‘alam Bishshawwab…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun