Mohon tunggu...
Iskandar Mutalib
Iskandar Mutalib Mohon Tunggu... Penulis - Pewarta

Pengabdi Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nyai Berdarah Bangkok

4 Desember 2018   10:54 Diperbarui: 4 Desember 2018   11:15 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kau tau Budhie itu bekas seorang pembunuh. Mengapa kau mencintainya sedemikian rupa, menyerahkan segala yang kau punya. Kau tau aku juga mencintaimu sepenuh rasa.

Nyai Kurniasih namanya. Ia puteri pasangan Abah Lulung dan Umi Shanti. Wajahnya boleh di bilang sangat cantik.Tak kalah dengan model papan atas di kelasnya. Tak sedikit lelaki yang mencoba mengambil hati Nyai, termasuk Okta. Tapi sayang semua harus menyerah kalah oleh Budhie.

Konon kecantikan Nyai berasal dari sang nenek yang memiliki darah Bangkok. Jangan heran kalau bapak-bapak di komplek menyebut Nyai sebagai bunga komplek. Soalnya, setiap pagi ada saja pejantan yang pasang aksi tak jauh dari kediaman Nyai.

Ada yang sekadar berjalan mondar-mandir di lapangan, bernyanyi, melompat sampai dengan membawa makanan kesukaan Nyai. Warna pakaian mereka pun berbeda-beda, ada putih, merah, hitam, burik, belorok, merah kehijau-hijauan.

Semua pemuja gadis itu mulai berkurang waktu mengetahui hubungan cinta antara Budhie-Nyai terjalin. Itu artinya harapan mendapatkan cinta Nyai pupus. Kecuali Okta. Cintanya kepada Nyai tak pernah padam.

Tak sedikit yang mengatakan hubungan Nyai-Budhie sangat cocok. Yang satu cantik dan yang lainnya rupawan. Yang satu primadona dan satunya lagi cover boy. Nyai berdarah Bangkok, Budhie asli Bangkok. Semua serba cocok..Cok..Cok..

Siapa bilang kalau Budhie mendapatkan cinta  Nyai dengan mudah. Justru, Budhie baru berhasil mendapatkan cinta Nyai setelah berulang kali ditolak. Sampai akhirnya Nyai luluh melihat keseriusan Budhie mencintainya.

Itupun setelah Nyai mengalami peristiwa pilu. Budhie sebagai lelaki petarung rela bergelut dengan dua lelaki sekaligus untuk menyelamatkan kehormatan Nyai. Walaupun ia sendiri hampir kehilangan nyawa karena mendapatkan pukulan dan tendangan bertubi-tubi.

"Nyai, aku ini petarung tidak akan mudah dikalahkan. Semua yang ku lakukan murni atas dasar cinta," kata Budhie kepada Nyai.

Nyai sadar, apa yang dilakukan Budhie adalah cinta sejati. Tidak semua jago bertampang rupawan mau membela mati-matian dirinya yang hendak diperkosa. Semua tentu akan berpikir dua sampai lima kali.

Apalagi mereka harus berhadapan dengan si Jalu dan Makcekak. Dua lelaki yang memang ingin mencicipi keperawanan Nyai. Tapi tidak bagi Budhie yang memang mencintai Nyai. Siapa pun akan dihadapi, walau nyawa taruhannya.

Semua sudah berlalu. Konon kabarnya si Jalu meregang nyawa setelah mendapatkan tendangan keras dari Budhie. Senjata tajam di kaki Budhie berhasil merobek wajah Jalu. Sedangkan Makcekak tak lagi terlihat Batang hidungnya. Kini tak ada lagi pengganggu Nyai. Semua berjalan sesuai skenario alam.

Budhie dan Nyai pun menjalankan cinta dengan bahagia. Bahkan Nyai rela memberikan keperawanannya untuk dibuahi Budhie, walau belum mendapat izin dari KUA. Manis pahit cinta dikayuh berdua.

Dengan sepenuh hati, Budhie menumpahkan zigot dalam rahim Nyai. Dan itu dilakukan berulang-ulang. Nyai yang tengah dimabuk asmara melupakan seluruh tata krama dan aturan agama. Ia menerima sperma Budhie suka cita.

Sayang cinta mereka harus terpisah.  Budhie meregang nyawa di atas ring perjudian. Lehernya patah ditendang lawan tandingnya. Tidak ada suar di masjid ataupun gereja soal kematian Budhie. Tidak ada bendera kuning terpasang di ujung jalan, tidak ada karangan bunga sebagai ungkapan duka cita di kediaman Budhie, serta tidak ada uang belasungkawa.

Pemilik Budhie sangat kecewa menyaksikan kematian itu. Napasnya sesak. Wajah putihnya memerah. Dia menahan seluruh emosi yang terpendam. Ia sadar sepenuhnya bahwa dengan matinya Budie, itu artinya ia telah kehilangan uang ratusan juta rupiah di atas ring sabung ayam.

"Ayam sialan, loe mati aja ngerugiin gua ratusan juta. Makanya jangan kebanyakan kawin," kata Ahong sambil menendang bangkai Budhie. Ia lupa kalau Budhie juga telah memberikan keuntungan miliaran rupiah sewaktu berjaya.

Orang-orang hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Ahong. Namun mereka tak bisa berbuat apa-apa. Ahong ya Ahong, seorang penjudi sejati yang tak mengenal agama, apalagi neraka dan surga. Tuhan baginya adalah uang.

Sementara di komplek perumahan tempat Ahong tinggal.Okto terus merayu Nyai. Ia mematokan paruhnya berulang-ulang di tanah. Membiarkan Nyai mencari makan disampingnya. Sesekali menunjukan kejantanannya mengusir para pengganggu.

Okto berharap satu waktu Nyai akan memberi apa yang kebanyakan lelaki hidung belang inginkan. Selama ia belum menjadi opor, dendeng, ayam goreng. Harapan itu terus bergelora.  Tabik 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun