Mohon tunggu...
Isharyanto Ciptowiyono
Isharyanto Ciptowiyono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pencari Pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden yang Dipaksa Hidup dalam Pengasingan

29 April 2013   07:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:26 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jean-Bertrand Aristide, pastor karismatik di kalangan penduduk Haiti, mempersembahkan hidupnya untuk memimpin negaranya sebagai Presiden (1991, 1994-1996, dan 2001-2004). Dia lahir dari keluarga petani pada tanggal 15 Juli 1953 di kawasan Barat Lau Haiti. Ayahnya meninggal dunia saat Aristide masih usia kanak-kanak, keluarganya berpindah tempat tinggal menuju ibukota Haiti, Port-au-Prince. Setelah menjadi pastor, Aristide memperdalam ilmu di Israel, Yunani, dan Kanada, yang mana dia kemudian memperoleh master psikologi dan doktor teologi. Dia dinobatkan menjadi pastur pada tanggal 3 Juli 1982. Pada tahun 1985, dia dikirim ke daerah St.Jean Bosco, suatu kawasan kumuh di ibukota.

Aristide dengan cepat memperoleh reputasi karena keberaniannya saat dia dengan berapi-api menyampaikan khutbah yang mengkritik kepemimpinan Jean-Claude Duvalier (terkenal dengan julukan “Bebe Doc”, 1986-1991), pemimpin otoriter Haiti saat itu.  Sikap Aristide kemudian dibenci oleh Duvalier dan menjadikan Aristide sebagai target dalam 7 kali usaha pembunuhan.

Pada 11 September 1988, saat Aristide memimpin aksi massa di St. Jean Bosco, tentara merangsek dan menyerang gereja, membunuh 13 orang di sekitarnya sebelum membakar tempat beribadah itu, namun Aristide selamat dari peristiwa itu.  Sikap Aristide yang revolusioner menyebabkan komunitas gereja setempat memecat dan mengusirnya pada bulan Desember 1988 (kelak ia dikukuhkan kembali pada Desember 1994).

Suatu pemilu yang diawasi komunitas internasional pada 16 Desember 1990, mendorong Aristide memenang pemilu presiden dalam satu kali putaran dan memperoleh suara 67,48% suara. Kontroversi politik segera mengganggu Aristide dalam masa kepresidenan yang pertama (7 Februari-30 September 1991; 15 Oktober 1994-7 Februari 1996), terutama terhadap pandangan miring kepemimpinannya soal hak asasi manusia.

Pada 29 September 1991, Raoul Cedras, yang ditunjuknya menjadi Panglima Angkatan Bersenjata, menyerang Aristide dalam suatu kudeta. Aristide mengungsi ke Venezuela dan mengasingkan diri untuk kemudian tinggal di Washington D.C. (1993). Pada tanggal 19 September 1994, pasukan Amerika Serikat tiba di Haiti  dan pada tanggal 15 Oktober 1994 kembali ke Haiti. Dia menyelesaikan jabatan Presiden hingga selesa masa jabatan yang pertama pada Februari 1996.

Aristide kembali mememangkan pemilu Presiden dan memulai jabatan pada Februari 2001. Masa jabatan ini ditandai dengan kekacauan politik dan krisis ekonomi. Kalangan oposisi menuduh pemilu di bawah Aristide penuh kecurangan dan mereka memboikot pada pemilu yang diselenggarakan pada tahun 2000 yang kemudian mempertanyakan legitimasi Aristide sebagai Presiden. Oposisi juga menuduh Aristide mendalangi pembunuhan politik melalui tindakan represif kepolisian Haiti dan sedadu paramiliter. Karena situasi politik ini, lembaga donor internasional menunda pemberian bantuan dan menyebabkan Amerika melakukan intervensi pada 2004. Menyusul pemberontakan yang semakin luas yang diduga disokong bekas sekutunya, Prancis dan Amerika Serikat, Aristide meninggalkan Haiti pada 29 Februari 2004 untuk mengasingkan diri di Republik Afrika Tengah dengan alasan adanya aksi penculikan oleh pasukan Amerika Serikat terhadap dirinya. Sepeninggal Aristide, otoritas keamanan di Haiti dikendalikan oleh pasukan Amerika Serikat dan Prancis. Kemudian dibentuk suatu panitia untuk mempersiapkan sistem multipartai guna membentuk pemerintahan di Haiti. Presiden Haiti yang sekarang, Rene Preval terpilih dalam pemilu tahun 2005. Sebenarnya Preval pernah menjadi Presiden untuk masa jabatan Februari 1996-2001, akan tetapi kemudian dipecat oleh militer. Untuk sementara, posisi Perdana Menteri dipegang oleh Jaques-Edouard Alexis.

Sementara itu, Aristide melanjutkan hidup di Afrika Selatan dan masih menganggap dirinya sebagai Presiden Haiti yang sah. Dia merasa hidup di pengasingan karena digulingkan dan dipaksa oleh pemerintah Amerika Serikat. Meskipun demikian pada 2011, dia kembali ke Haiti dengan pengawasan ketat pemerintah Presiden Obama. Ada semacam kesan supaya Aristide tidak boleh lagi terlibat dalam politik praktis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun