Mohon tunggu...
Isar Dasuki Tasim
Isar Dasuki Tasim Mohon Tunggu... Administrasi - Profil sudah sesuai dengan data.

Sebagai Guru SMA yang bertugas sejak tahun 1989 di Teluknaga Tangerang. "berbagi semoga bermanfaat"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masa Kuliah di IKIP Bandung

2 Desember 2016   11:14 Diperbarui: 2 Desember 2016   11:36 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendaftar Sipenmaru

Kelas 3 IPA 2 di SMA Indonesia Raya Bandung, pada semester 2 seluruh siswa sudah disarankan oleh gurunya untuk mempersiapkan Ujian, saat itu namanya EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) tahun 1984. Segala bentuk persiapan sudah dilakukan oleh masing-masing teman sekelasku, ada yang ikut bimbingan belajar, ada yang belajar kelompok, ada yang ikut belajar di sekitar masjid kampus seperti di salman ITB dan lain sebagainya.

Sementara aku yang tidak memiliki modal banyak untuk mengikuti bimbingan belajar yang ada di kota Bandung seperti Teknos, Ganesha, GO, dan lainnya, cukup dengan mempesiapkan diri serta meminta kisi-kisi yang akan di ujikan kepada teman-teman yang mengikuti bimbel di tempat lain. Orang tua ku sudah bicara bila tidak lulus di Perguruan Tinggi Negeri jangan kuliah. Inilah yang menjadi pemicu semangat untuk terus mempersiapakan diri agar bisa di terima di perguruan tinggi negeri.

Waktu terus berjalan, aku terus  setiap saat selalu membaca dan berlatih soal-soal yang pernah di ujikan dalam penerimaan masuk ke perguruan tinggi negeri seperti soal dari SKALU, Perintis 1 dan Perintis 2. Saat itu penerimaan mashasiwa baru di kelompokan sesuai dengan perguruan tinggi yang ada. Tidak begitu beda dengan kondisi saat ini, hanya kalau saat ini ada yang melalui jalur undangan dahulu jalur undangan itu di namakan PMDK (Penelusuran minat dan Kemampuan) ada juga dengan jalur Ujian Bersama Masuk Perguruan Tinggi atau SMPTN, Jalur Khusus dan Lain-lain. Pada saat saya masuk perguruan tinggi di tahun 1984 namanya Sipenmaru (sistem penerimaan mahasiswa baru).

Setelah lulus SMA pada tahun 1984, saya mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur Sipenmaru. Ada dua pilihan, bila mengambil jalur IPA dan IPS ada tiga jurusan bila mengambil IPC. Dalam memilih jurusan saya bimbang karena belum ada dari kakak-kakaku yang pernah mengikuti seleksi ini, sehingga dalam memilih jurusan atau program studi harus didiskusikan terlebih dahulu di rumah. Cita-citaku memang ingin menjadi seorang dokter, tetapi melihat kemampuan orang tua dan persaingan masuk ke kedokteran UNPAD sangat berat persaingannya, apa lagi sekolahku bukan sekolah negeri ternama yang ada di kota Bandung, hanya sekolah swasta yang sedang di minati oleh warga perumnas Sarijadi dan Sukajadi.

Dalam diskusi dengan orang tuaku terhadap pilihan jurusan, beliau menyarankan masuk diploma, biar bisa langsung di angkat menjadi pegawai negeri. Saya tidak mengerti diploma dan sarjana, hanya di katakana ketika itu kalau D2 mengajar di SMP dan D3 mengajar di SMA, hanya itu yang terpikir oleh ku. Jadi itulah yang menjadi pilihan dan akhirnya saya memilih teknik industry ITB dan D3 Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP Bandung.

Dalam proses pendaftaran, saya di kumpulkan di GSG ITB. Proses Pendaftarannya lama memakan waktu dari pagi sampai sore karena antrian yang mendaftar cukup banyak. Di gedung itulah biasanya dilakukan regristrasi untuk mendaftar dan mendapatan kartu tes serta lokasi tempat dimana akan dilaksanakan tes. Setelah proses pendaftaran selesai, saya memperoleh kartu tanda peserta tes. Tempat tes saat itu di SMAK BPK Bandung dekat pasar Baru Bandung. Pelaksanaan tes tidak begitu lama, namun yang lama itu menunggu pengumuman hasil, ada sekitar satu bulan dari proses pendaftaran sampai hasil pengumunan yang di umumkan melalui media masa.

Melihat pengumuman hasil seleksi sipenmaru

Pagi-pagi saya  sudah mencari Koran Pikiran Rakyat untuk melihat hasil pengumuman seleksi sipenmaru. Berlembar-lembar saya mencari nama, tetapi sampai jam 9 pagi tidak ketemu, tidak lulus pikirku, akhirnya saya berangkat ke alun-alun kota Bandung bersama kaka sepupuku yang kebetulan tinggal di rumahku, yang akan masuk tentara.

Ketika sedang berjalan-jalan di jalan dalem kaum pusat belanja di kota Bandung, kakaku yang sedang bekerja di PT Amka jaya ketemu di dalem kaum dan memperilhatkan hasil seleksi sipenmaru dalam Koran Pikiran Rakyat “nih keterima di itb”, “masa”, jawabku, dia memperlihatkan Koran yang dia bawa dari kantor, saya melihatnya dan mengambilnya, ternyata memang ada namaku tapi di jurusan mana  belum di ketahui, saya merasa senang memperoleh informasi dari kakakku, padahal saya telah berucap mau sujud syukur bila di terima di perguruan tinggi negeri, tapi karena memperoleh informasi di tempat keramaian saya menjadi pikir-pikir untuk melakukan sujud syukur, akhirnya saya masuk ke Mall yang ada di sekitar dalam kaum dan mencari tempat mencoba pakaian, disitulah saya melakukan sujud syukur atas diterimanya masuk ke perguruan tinggi negeri.

Dirumah saya bergegas untuk mencari kartu peserta tes yang didalamnya terdiri dari nomor peserta dan kode program studi yang di pilih, ternyata kode yang lulus dalam pengumuman Koran pikiran rakyat adalah jurusan pendidikan matemaika Program D3, bukan di itb seperti yang disampaikan oleh kakaku di dalem kaum. Tidak apalah masuk D3 juga yang penting perguruan tinggi negeri.

Mengikuti Kegiatan Kampus

Memasuki awal perkuliahan, seperti biasa sebagai mahasiswa baru harus melalui regrestasi terlebih dahulu dan mengikuti Ospek di Fakultas, dan penerimaan warga jurusan, di himpunan mahasiswa matematika (Himaptika “Identika”) FMIPA IKIP Bandung. Proses itu dilalui, saya berusaha untuk menjadi mahasiswa berprestasi dan tidak mau mengikuti kegiatan himpunan, tetapi ternyata teman-teman saya yang satu jurusan berasal dari beberapa SMA di daerah yang memiliki prestasi yang luar biasa, ada juga yang dari SMAN 3 Bandung yang satu jurusan, padahal teman-teman nya banyak yang di terima di UNPAD, ITB, UI, UGM dan lain-lain.

Temanku yang dari SMAN 3 Bandung ternyata rangking ke 3 terakhir di kelasnya pada waktu di SMAN 3 Bandung, dia mengikuti tes sipenmaru merupakan tes yang ke dua setelah tahun sebelumnya tidak diterima masuk perguruan tinggi negeri. Ada 36 mahasiswa D3 Pendidikan Matematika angkatan tahun 84, padahal yang lulus berdasarkan seleksi ada sekitar 60 mahasiswa, namun ketika itu sebagian perkuliahannya di laksanakan di Unsil Tasik Malaya, sehingga ada beberapa mahasiswa yang seharusnya di UNSIL kuliahnya, akhirnya pindah di IKIP Bandung, mungkin mereka protes, pengumumnya di terima di IKIP ko kuliahnya di UNSIL, sebenarnya di UNSIL juga para dosenya hampir seluruhnya dari jurusan Pendidikan Matematika IKIP Bandung, dan perlakuannya sama, mungkin prestise.

Masa perkuliahan sebagai mahasiswa harus banyak berinteraksi. Interaksi yang dilakukan bukan hanya pada sesama teman mahasiswa tetapi bersama dosen pembimbing dan dosen mata kuliah jurusan. Interkarsi adalah modal utama untuk mendekatkan diri dan memperoleh informasi yang sangat luas bukan hanya pada matakuliah tersebut.

Keinginan untuk berprestasi tidak kesampaian akhirnya saya terjun beraktifitas di kampus melalui kegiatan himpunan, maklum saya tidak kos, sementara teman yang lain ada yang kos diseiktar Ledeng, sehingga mudah untuk bolak balik kekampus untuk kuliah, sementara saya tinggal di Perumnas Sarijadi yang jarak rumah ke kampus harus dua kali naik angkot. Jika teman-teman habis kuliah pagi dan jam berkutnya kuliah sore bisa ke kosan dahulu untuk beristirahat dan saya harus berada di kampus menunggu perkuliahan berikutnya.

Akhirnya saya menunggu di himpunan sambil mempersiapkan kegiatan kegiatan kemahasiswaan. Kegiatan tersebut ada kegiatan tahunan, seperti PPM (Pengabdian Pada Masyarakat), CTM (Cerdas Tangkas Matematika) forum diskusi, seminar dan lain-lain. Selama tiga tahun saya mengikuti kegiatan kampus dan sudah tiga kali pula sebagai kepanitian. Selama tiga tahun tersebut proses perkuliahan berjalan normal, prestasi tidak begitu bagus yang penting orang lain lulus dan saya pun lulus.

Mengikuti kegiatan kampus sangat menyenangkan, karena bisa bertemu dengan teman-teman mahasiswa yang berasal dari daerah sekitar Jawa Barat seperti Garut, Tasim Malaya, Purwakarta, Cirebon dan kota-kota lainnya. Pada kegiatan PPM pertama kali dilaksanakan di Sukabumi, PPM yang kedua di lakasanakan di Purwakarta dan kegiatan PPM ketiga dilaksanakan di Garawangi Kuningan. Dari kegiatan PPM kita bisa mengetahui akar budaya masyarakat sekitar, bagai mana kita membantu warga dalam melaksanakan cara hidup sehat, berdagang, membuka bazar buku dan kegiatan olahraga bersama masyarakat yang di kunjungi. Yang saya ikuti itu selama saya aktif kuliah, kegiatan-kegiatan sebelumnya tentunya telah di lakukan oleh senior-senior angkatan sebelumnya, mungkin terus berlanjut di laksanakan oleh adik-adik mahasiswa berikutnya.

Selama aktif di kemahasiswaan, selain aktif di himpunan, aktif juga sebagai BPM (Badan Perwakilan Mahasiswa) dari Jurusan Pendidikan Matematika, yang Ketua Senatnya  ketika itu di jabat oleh Teten Masduki yang saat ini menjadi staf ahli Presiden Jokowi. Berikutanya di masa akhir perkuliahan saya menjadi pengurus Senat Mahasiswa FPMIPA sebagai Biro Olahraga yang ketua senatnya di pimpin oleh Nana Umar dari Jurusan Pendidikan Kimia.

Tiga tahun kuliah ternyata menyisakan kenangan yang tidak bisa dilupakan dimana dengan uang saku yang paspasan kita ikuti perjalanan perkuliahan selama tiga tahun tersebut. Mengikuti kegiatan kampus ditemani dengan sohib-sohib yang bernama Moch Soleh, Parmono Priono. Moch. Soleh adalah sahabat ku yang tinggal di Wates Sukajadi, dia lulusan SMAN 3 Bandung yang hobinya menggangu teman mahasiswi, orangnya memang ganten siapapun wanita pasti tertarik dengannya. Sekarang beliau mengajar di SMA Negeri di daerah Cimahi. Parmono Priono sahabat saya yang berjasa menjemput dan mengantar saya pulang kuliah bersama motor bebek yang lumayan memilki tenaga untuk membonceng saya.

Bagaimana tidak berjasa, saya di beri uang saku saat kuliah Rp. 300,- dari uang sebesar itu Rp. 200,- untuk transport dan sisanya Rp. 100,- untuk makan bila tidak ada makan gratis dari kegiatan himpunan. Begitulah selama perkuliahan berlansung, jadi kalau di bonceng sama PP (Pangilan Parmono Priono), masih ada Rp 200,- untuk di simpan atau foto copy tugas kuliah dan kadang untuk membeli buku. PP sekarang tinggal di serang dan mengajar di SMA Negeri di Serang Banten.

Ada cerita menarik dengan kedua sahabat ku, yaitu ketika tentamen (Ujian Akhir) Mata kuliah Aljabar Linier kedua orang ini dan saya sendiri tidak lulus dengan nilai G (Gagal), pada hal hanya satu matakuliah ini yang belum lulus dan Dosen nya tidak mau melaksanakan Her (Perbaikan). Dan akhirnya saya yang di dorong untuk menghadap ketua jurusan untuk memohon dilaksanakan perbaikan, dengan alasan yang jelas maka permohonan kami di kabulkan. Bila permohonan tidak di kabulkan, maka harus mengikuti mata kuliah tersebut pada semester depan, selain rugi waktu dan kesempatan menjadi CPNS tertinggal dari teman-teman yang sudah lulus terlebih dahulu.

Akhirnya lulus juga

Pada perbaikan mata kulian Aljabar Linier saya bertiga belajar bersama di rumah saya di Perumnas Sarijadi, mereka berdua menginap di rumah. Sebenarnya tidak ada yang sulit mempelajari mata kuliah Aljabar Linier, hanya karena banyak sekali aksioma, fostulat dan teori yang jelimet maka salah sedikit saja bisa berakibat patal dari langkah-langkah jawaban yang kita jawab. Sahabat ku yang berdua juga bukan karena bodoh-bodoh amat mengikuti perkuliahan tetapi dosen ini orangnya tertib, mungkin ketika tentamen pertama ketiga orang ini banyak bergerak, sehingga di curigai bekerjasama.

Hari  berikutnya kami bertiga di panggil oleh dosen Drs. Tatang Mulyana untuk mengikuti ujian khusus. Khusus karena hanya mata kuliah ini yang belum lulus dan harus mengikuti ujuian khusus. Kami di panggil bertiga untuk menlaksanakan ujian, saya duduk di pisahkan dari dua sahabat saya, untuk mengerjakan soal ujian, ternyata ujian yang diberikan soalnya tidak begitu beda dengan yang di ujikan pada saat ujian pertama. Saya yakin bisa mengerjakan soal tersebut, dan ternyata 120 menit mengerjakan soal menurut saya ketika itu tidak ada yang salah tetapi yang mengoreksi kan dosen pengampu, dan ternyata memang benar hasil pengumuman dari dosen, saya mendapat nilai C dan kedua teman saya nilainya D, yang penting lulus.

Akhirnya saya dan kedua teman saya lulus dan dapat mengikuti yudisium bersama teman-teman yang lain. Alhamdulillah, saya dapat wisuda bersama di bulan oktober tahun 1987, dengan IPK tidak begitu bagus hanya 2,53 nilai ini pada saat itu masih termasuk bagus karena untuk menjadi dosen di IKIP Bandung syaratnya IPK nya 2,75 dari Program S1 (Sarjana). Karena saya hanya Diploma 3, tidak perlu tinggi-tinggi yang penting lulus.

Dan akhirnya pada bulan Januari 1989, saya dan teman-teman yang lain mendapat undangan untuk mengambil SK CPNS di gedung Olahraga Saparua Bandung. Disinlah saya memulai kehidupan baru sebagai CPNS yang di tempatkan di wilayah Jawa Barat yang memiliki sekolah baru. Ketika itu Kecamatan Teluknaga, Tangerang Banten, masih wilayah Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun