KDM sendiri belum lama jadi gubernur, belum sampai setengah tahun. Jadi, soal penghematan biaya perlu dilihat konsistensinya dalam jangka panjang.
Peneliti media sosial dan demokrasi dari Monash University Indonesia, Ika Idris, mengatakan apa yang dilakukan KDM masih tergolong "wajar".Â
Namun, menurut Ika Idris, masalahnya wacana yang diutarakan gubernur tersebut kerap kali belum matang dan karenanya memicu kontoversi.
Contohnya, wacana wajib vasektomi bagi laki-laki berkeluarga untuk persyaratan dapat bantuan sosial (bansos).
KDM mewacanakan kewajiban vasektomi bagi laki-laki berkeluarga dari kelompok miskin, yang berniat mendapat bansos dan akan memberikan insentif Rp 500.000 bagi pria bersedia menjalani vasektomi.
Tujuan KDM dengan kewajiban vasektomi tersebut guna mengurangi laju kelahiran dari warga penduduk miskin.
"Saya harapkan suaminya atau ayahnya yang ber-KB [keluarga berencana], sebagai bentuk tanda tanggung jawab terhadap diri dan keluarganya. Jangan terus-terusan dibebankan pada perempuan gitu loh," ujar KDM.
Wacana ini memicu polemik, dengan sejumlah pihak mengatakan kebijakan ini "diskriminatif". Bahkan, kalangan ulama pun cenderung menolak wacana itu.
Memang, sejak pelantikannya pada 20 Februari lalu, KDM telah beberapa kali melontarkan wacana kabijakan yang memicu pro dan kontra.
Dua minggu setelah resmi menjabat gubernur, KDM terekam kamera jurnalis sedang menangis saat melakukan inspeksi mendadak ke tempat wisata di area Taman Nasional Gede Pangrango, Kabupaten Bogor.
KDM disebut menangis saat menyaksikan kerusakan akibat alih fungsi lahan di Kawasan Puncak, yang menjadi salah satu destinasi wisata utama di Jawa Barat.