Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Pilihan Boleh Berbeda, Indonesia Tetap "Rumah Kita"

11 Februari 2024   10:26 Diperbarui: 11 Februari 2024   10:32 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
God Bless | dok. Foto: Promotor Jogjarockarta

Usai sudah hiruk pikuk masa kampanye menjelang dilakukannya Pemilu Serentak pada tanggal 14 Februari 2024 mendatang. Artinya, hari ini (11/2/2024) mulai memasuki masa tenang.

Tapi, kemungkinan di media sosial akan sangat sulit dikontrol kalau masih banyak yang memposting tulisan, foto, dan video yang mengajak memilih paslon tertentu.

Ya, sudah setahun terakhir ini grup-grup percakapan di media sosial penuh sesak dengan konten politik, khususnya berkaitan dengan siapa calon presiden (capres) yang akan dipilih.

Maka, tak terhindarkan lagi, sering terjadi adu konten yang terkesan saling menyerang sesama anggota grup percakapan.

Ada yang berupa saling hujat antara kelompok yang pro postingan politik dengan yang anti postingan politik, dalam arti grup percakapan hanya untuk bersilaturahmi semata.

Ada pula saling hujat antara sesama yang memposting konten politik, namun dengan pilihan capres-cawapres yang berbeda.

Bahkan, tak sedikit "perang" di media sosial berujung dengan terputusnya hubungan silaturahmi antara dua orang yang sebelumnya bersahabat baik.

Antar suami dan istri, antar orang tua dan anak, dan antar adik dan kakak, ada yang terpaksa "perang dingin" karena perbedaan capres yang didukung.

Boleh-boleh saja kita fanatik pada pilihan kita masing-masing, tapi jangan sampai menganggap orang lain yang juga fanatik pada pilihannya sebagai musuh yang harus dilawan.

Mari kita saling menghargai pilihan masing-masing, toh semuanya sebagai wujud kecintaan kita semua pada Indonesia. Ya, Indonesia adalah rumah kita bersama.

Lalu, siapkan mental baik-baik, agar sekiranya jagoan yang kita dukung gagal terpilih jadi presiden-wakil presiden, kita tidak terlalu kecewa.

Bahkan, kecintaan kita terhadap tanah air yang alamnya sangat indah dan penduduknya sangat heterogen ini, janganlah meredup.

Maka, ada baiknya di masa tenang ini kita menghibur diri, misalnya dengan menikmati lagu-lagu yang liriknya bernada sejuk.

Salah satu lagu yang sudah melegenda hasil karya grup God Bless dengan judul "Rumah Kita", menjadi contoh yang layak kita dengar dan meresapi makna yang terkandung dalam liriknya.

Hanya bilik bambu tempat tinggal kita, tanpa hiasan tanpa lukisan.

Beratap jerami beralaskan tanah, namun semua ini punya kita, memang semua ini milik kita sendiri.

Hanya alang-alang pagar rumah kita, tanpa anyelir tanpa melati.

Hanya bunga bakung tumbuh di halaman, namun semua itu punya kita, memang semua itu milik kita.

Haruskah kita beranjak ke kota, yang penuh dengan tanya?

Lebih baik di sini, rumah kita sendiri.

Segala nikmat dan anugerah yang Kuasa, semuanya ada di sini. Rumah kita.

Sewaktu Ian Antono, gitaris God Bless, menciptakan lagu Rumah Kita di tahun 1977 mungkin bukan dimaksudkan untuk hal-hal yang berbau politik.

Namun, dalam konteks kekinian, lirik di atas bisa kita tafsirkan bahwa dengan segala kekurangannya, Indonesia sebagai "rumah kita bersama" tetap membuat kita nyaman.

Nyaman dengan berbagai kondisi yang kita hadapi, termasuk ribut-ribut antar saudara yang punya berbagai ide demi memperbaiki "bilik bambu" menjadi kamar yang lebih bagus.

Nah, ribut-ribut itu harus kita akhiri, mari bersama-sama kita ikut berkontribusi membangun "rumah kita" sesuai profesi dan kapasitas kita masing-masing.

God Bless yang telah berkarya selama setengah abad, mengingatkan kita untuk tidak silau dengan segala yang berbau asing. Lebih baik di sini, rumah kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun