Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekonomi Inklusif, Kuantitas, dan Kualitas Sama Pentingnya

27 Juli 2022   16:38 Diperbarui: 27 Juli 2022   16:41 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ekonomi inklusif|dok. solider.id

Maksudnya, tidak hanya soal kesenjangan antar daerah Jawa dan luar Jawa, atau antar lapisan masyarakat kelas atas, menengah, dan bawah, tapi juga ada kelompok perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas yang perlu diberi perhatian khusus.

Jadi, pembangunan ekonomi di Indonesia perlu dirancang yang menciptakan akses dan kesempatan yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan, meningkatkan kesejahteraan, serta mengurangi kesenjangan antar kelompok dan wilayah.

Pembangunan ekonomi inklusif tersebut mempunyai tiga pilar utama, yakni pertumbuhan ekonomi tinggi, pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan, serta perluasan akses dan kesempatan.

Dari ketiga pilar di atas diturunkan lagi dalam tiga sub pilar, yakni kapabilitas manusia, infrastruktur dasar, dan keuangan inklusif.

Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral di Indonesia sudah punya sejumlah program agar mendukung pertumbuhan berkelanjutan dan bersifat inklusif.

Tentu, dilihat dari sisi ekonomi inklusif, BI lebih terfokus pada upaya mewujudkan inklusi keuangan (financial inclusion). Dalam konteks G20, ada forum Global Partnership for Financial Inclusion (GPFI).

Pada pertemuan GPFI Planery Meeting di Nusa Dua, Bali, 12-13 Mei 2022 lalu, telah dibahas komitmen GPFI untuk terus memanfaatkan peluang di era digital agar inklusi keuangan menjadi lebih baik.

Selain itu, dibahas penguatan pedoman pembiayaan Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM). Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yakni kaitan pembiayaan UMKM dengan fintech, resiliensi UMKM, transisi hijau, dan ketersediaan data granular.

Kemudian, juga dibahas pentingnya peningkatan peran perempuan dan pemuda, serta mendorong upaya pemanfaatan digitalisai untuk mencapai inklusi keluangan.

Jika inklusi keuangan lebih mementingkan data kuantitatif, misalnya dengan melihat parameter jumlah rekening bank, maka untuk menambah jumlah nasabah sebuah lembaga keuangan, relatif tidak sulit.

Paling tidak, setiap orang di atas usia tertentu mempunyai minimal satu rekening tabungan di bank, sudah lazim di zaman serba online sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun