Sekiranya Ina perlu bantuan seseorang, selain ia bisa menghubungi anak sulungnya, ia juga akrab dengan beberapa tetangga.
Kembali ke soal kepergian Ina ke Depok, ia baru mau berangkat, dengan catatan hanya selama 2 minggu saja paling lama.Â
Artinya, selama dua minggu itu anaknya harus bisa mencari asisten rumah tangga. Soalnya, anak Ina dan suaminya sama-sama bekerja, dan tempat penitipan anak balita tidak ada di sekitar rumahnya.
Kenapa Ina tidak betah lama-lama tinggal di rumah anaknya, padahal statusnya "bebas" sebagai seorang janda, sejak suaminya meninggal 3 tahun lalu?
Justru sebagai orang bebas, Ina merasa tidak bebas di rumah anaknya. Menurut Ina, "rumah orangtua adalah rumah anak juga, tapi rumah anak bukan rumah orang tua."
Ina memang sangat sayang kepada kedua cucunya. Tapi karena sayang cucu itulah Ina jadi sakit kepala melihat cara anak dan menantunya mendidik anak.
Contohnya, anak tidak diajar disiplin dalam makan pagi, siang dan malam. Sering cucunya makan berlama-lama, itupun tidak habis sepiring kecil.
Ketidakbebasan juga dirasakan Ina dalam menu makanan. Meskipun Ina senang memasak, tapi apa yang mau masak harus ia tanyakan dulu ke anaknya.
Mau makan pun, biasanya menunggu waktu menantu makan dulu. Kecuali bila menantunya tidak di rumah, seperti saat makan siang di hari kerja.
Ina juga sangat tidak tahan melihat rumah berantakan. Di rumahnya di Padang, hampir setiap hari ia merawat bunga di halaman rumahnya serta merapikan semua barang-barang di dalam rumah.
Tapi, anaknya dan menantunya di Depok, membiarkan beberapa barang tergelatak tak beraturan di sebuah ruangan yang difungsikan sebagai gudang.