Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Mengenang KRL Zaman "Jahiliyah", Penumpang Berjubel di Atap Kereta

23 Januari 2022   10:08 Diperbarui: 23 Januari 2022   15:11 18431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PT Kereta Commuter Indonesia, yang merupakan anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia, adalah perusahaan yang mengelola kereta rel listrik (KRL) di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Sekarang diberitakan bahwa tarif KRL naik dari tarif termurah Rp 3.000 menjadi Rp 5.000. Tentu, bagi mereka yang sangat tergantung pada KRL sebagai transportasi harian, kenaikan harga tersebut akan menambah pengeluaran yang tak terhindarkan.

Padahal, saat ini banyak sekali harga kebutuhan pokok yang naik, terutama untuk urusan dapur, seperti minyak goreng, telur, dan gas elpiji.

Sebagai warga ibu kota sejak 35 tahun lalu, saya sudah mengalami naik KRL di era "jahiliah" hingga di zaman teknologi canggih sekarang ini.

Jadi, saya bisa dikatakan sebagai salah seorang saksi betapa sebetulnya KRL sudah lumayan bagus perkembangannya, meskipun masih ada hal lain yang perlu diperbaiki.

Tapi, sebelum kembali membahas KRL di Jabodetabek, saya sedikit menyimpang dengan mengisahkan pengalaman saya di negara tetangga, Singapura.

Ilustrasi KRL ketika penumpang belum bisa ditertibkan|Foto: ANTARA, dimuat kumparan.com
Ilustrasi KRL ketika penumpang belum bisa ditertibkan|Foto: ANTARA, dimuat kumparan.com

Kebetulan, tahun 1995 saya ikut short course selama 3 bulan di Singapura dikirim oleh kantor tempat saya bekerja. Dari berbagai moda transportasi yang ada di negeri Singa itu, saya dan beberapa teman paling sering naik kereta api.

Di situlah saya baru mengalami bagaimana majunya kereta api di Singapura. Memang, kalau dilihat dari kacamata sekarang, kemajuan tersebut juga ditemui kalau naik Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta. 

Tapi, itu artinya kita tertinggal puluhan tahun dari Singapura, meskipun tetap perlu disyukuri, akhirnya Jakarta punya moda transportasi MRT dengan kenyamanan yang tak kalah dari kota-kota besar di negara maju.

Kembali ke "album kenangan", saat di Singapura itu saya berdecak kagum karena penumpang kereta bisa membeli tiket melalui mesin otomatis di stasiun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun