Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Garingnya Daging Goreng Soto Padang, Ini Dia 5 Termaknyus di Jakarta

17 September 2021   10:10 Diperbarui: 17 September 2021   10:26 1527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soto Padang|dok. femalesia.com

Bagi mereka yang menghabiskan masa kecil dan masa remajanya di Sumatera Barat, apalagi sebelum tahun 2000, yang namanya soto, ya, apa yang oleh orang luar Sumbar dikenal sebagai Soto Padang.

Jadi, bila ada warung soto di Sumbar, katakanlah namanya Soto Lamak Bana, tak perlu ditulis di papan namanya "Soto Padang Lamak Bana", karena "default"-nya sudah jelas, soto Padang.

Hal itu mirip kasusnya, kenapa tidak ada Rumah Makan Padang di Sumbar. Ya, karena mayoritas rumah makan sudah pasti menyediakan masakan Minang, jadi di papan namanya tak usah dituliskan Rumah Makan Padang atau Masakan Minang.

Tapi, kalau di luar Sumbar, Rumah Makan Padang semuanya mencantumkan tulisan Padang-nya. Meskipun sebetulnya tanpa ditulis pun, dari tampilan rumah makan, sudah ketahuan bahwa itu rumah makan Padang.

Demikian pula warung Soto Padang di Jakarta atau di kota lain selain di Sumbar, juga mencamtumkan "Padang" di papan namanya.

Hanya, soto Padang belum sedahsyat nasi Padang jika dilihat dari jumlah warungnya dan sebarannya di luar Sumbar.

Harus diakui, soto Padang memang belum sepopuler Nasi Padang dengan lauk rendang, dendeng balado, gulai tunjang (kikil), dan sebagainya.

Bukan semata-mata karena saya orang Padang (lebih tepatnya orang Minang, karena asal saya dari Payakumbuh, 125 km di utara Padang), saya jadi sangat menyukai Soto Padang.

Dari kecil, saya memang senang makanan berkuah. Kalau saya makan nasi tanpa kuah, rasanya kurang nendang. 

Dulu, ibu saya rutin memasak sayur berkuah yang ditumis. Sesekali ibu juga memasak sop, yang bagi saya betul-betul terasa enak.

Namun, kalau memasak soto, seingat saya  sangat jarang ibu membuatnya. Apakah ibu tidak tahu resepnya atau mungkin tingkat kesulitannya tinggi, saya tidak tahu.

Jadi, kalau waktu kecil dulu saya makan soto, sudah pasti itu dibeli. Kebetulan ayah saya penggemar soto, makanya kegemaran itu menurun ke saya.

Ayah sering membeli membeli soto di sebuah warung soto di Pasar Payakumbuh. Kalau tidak keluru, namanya Kedai Soto Yas.

Sesekali ayah membeli soto yang lebih mahal dari Restoran Minang Asli, restoran terkenal di Payakumbuh.

Kalau lagi berwisata ke Bukittinggi (biasanya ayah mengajak anak-anaknya jalan-jalan beberapa hari setelah lebaran), kami pasti makan Soto Bang Karto.

Apakah Bang Karto orang Jawa yang merantau ke Sumbar, saya tidak tahu. Yang pasti soto yang dijualnya soto Padang yang sungguh maknyus.

Waktu sekolah menengah, di kantin juga dijual soto. Tapi, saya hanya sesekali makan soto, karena lebih mahal dibanding pilihan lain.

Nah, sejak tahun 1986, saya sudah menjadi warga ibu kota, karena diterima bekerja di salah satu BUMN.

Berbagai warung soto Padang di Jakarta telah saya jajal, baik di restoran yang khusus menjual soto Padang, atau di rumah makan Padang, yang salah satu menunya menyediakan soto Padang.

Lazimnya, dalam penyajiannya, nasi sudah dicampur ke dalam soto. Tapi, kalau di rumah makan Padang yang menu utamanya bukan soto, nasi terpisah dengan mangkok soto.

Soalnya, yang menyiapkan nasi dan yang menyiapkan soto berasal dari sudut yang berbeda. Nasi disiapkan oleh pelayan di bagian depan, tempat berbagai lauk pauk dipajang di atas piring yang berdempet di balik kaca.

Sedangkan soto disiapkan dari bagian belakang, yang merupakan "markas" makanan yang bukan lauk pauk, seperti soto, sate, martabak, gado-gado, es campur, aneka jus, puding, dan sebagainya.

Dari hasil "penjelajahan" saya, ini dia 5 tempat mangkal soto Padang yang termaknyus.

Pertama, Soto Padang Sutan Mangkuto di Jalan Pintu Air, tak jauh dari Masjid Istiqlal. 

Kedua, Soto Padang Bunda di Jalan Bendungan Hilir Raya, Jakarta Pusat.

Ketiga, soto Padang yang menjadi salah satu menu di Restoran Rumate, Jalan Sabang, Jakarta Pusat.

Keempat, soto yang menjadi salah satu menu di Rumah Makan dan Restoran Sari Bundo, Jalan Juanda, Jakarta Pusat.

Kelima, Soto Padang H. Bang Karto (merupakan cabang dari Soto Bang Karto Bukittingi yang di atas telah saya tulis) di Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang.

Semua yang direkomendasikan di atas sudah punya pelanggan setia, seperti Sutan Mangkuto konon banyak digemari pejabat. 

Pada bagian awal, saya telah menulis bahwa saya suka makanan berkuah. Jadi, pada dasarnya, saya suka semua jenis soto nusantara.

Selain soto Padang, Soto Mie Bogor, Soto Madura dan Soto Lamongan termasuk sering saya santap. 

Khusus untuk soto mie Bogor, memang ada pedagang yang mangkal setiap pagi tak jauh dari rumah saya.

Lalu, meskipun jarang, saya juga sesekali makan Soto Betawi, Soto Kudus, dan Coto Makassar.

Masing-masing soto nusantara, menurut saya punya kelebihan tersendiri. Bagi saya, kelebihan soto Padang ada pada daging sapi gorengnya yang garing.

Daging sapi tersebut sengaja dipotong kecil dan tipis, mirip dendeng dalam ukuran kecil. Apalagi ada perkedel, kerupuk merah, soun, kuah kaldu sapi, dan sambal goreng merahnya.

Itulah yang membuat orang luar Minang yang sudah pernah mencoba soto Padang, biasanya akan ketagihan. 

Tapi, jangan kaget, harga seporsi soto Padang relatif lebih mahal dibanding soto nusantara lainnya. 

Anda tertarik mencoba Soto Padang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun